18. Istri Kedua Suamiku

Marrisa POV

Hari berganti hari, musim juga turut serta dalam mengambil bagiannya dalam hidup ini. Seperti aku yang sekarang mulai bisa merasakan bahwa ingatan itu pulih, sebenarnya aku sudah bisa merasakan betapa sang suami ingin mengkhianati janji sucinya di depan penghulu dulu.

Sekitar dua minggu yang lalu, aku mencoba untuk pura-pura gila agar ia murka. Membuat perkara agar emosinya memuncak, aku sengaja melakukan itu semata-mata ingin menguji tingkat kesabarannya dalam merawatku.

Akan tetapi, sang waktu berkata lain. Ia malah memasung kedua kakiku sangat erat dan membelenggu menggunakan rantai besi, tetapi aku tak terima semua ini. Di sepertiga malam selalu aku lantunkan doa suci untuk kesadaran sang suami yang sepertinya sudah memiliki wanita lain, aku sadar bahwa ia meminta izin menikah lagi.

Di kala itu, aku sengaja berpura-pura tidak menanggapinya. Karena dari sana aku ingin melihat bahwa kesabaran itu diuji, semua berubah sejak sang suami memilih untuk menikahi—Siska—sekretarisnya di perusahaan milik ayahku. Sungguh manusia tak punya malu, hidup masih tergantung dengan harta orang lain tapi memperlakukan pemilik seperti hewan.

Mengambil napas panjang, dan mengembuskan dari mulut beberapa kali. Kedua telinga mendengar langkah kaki seseorang tengah menuju ke kamar tempat penyekapanku, sudah dapat ditebak kalau orang itu adalah Bi Ira.

Siapa lagi yang mau datang ke ruangan berbentuk persegi empat ini, sangat kumuh dan jorok penuh dengan kotoran. Beberapa menit aku berkata dalam hati, rupanya pemikiran itu benar. Wanita paruh baya yang selalu mengikat rambutnya dengan tali rafia datang, ia menenteng sebuah makanan dan minuman sebagai rutinitasnya setiap hari.

Turun melalui anak tangga yang terjal, wanita yang aku anggap sebagai malaikat di dunia itu datang dengan sangat ikhlas merawat. Kini, ingatanku sudah pulih sepenuhnya. Dan permainan yang sesungguhnya baru akan dimulai hari ini, tepat pada sebuah keadaan yang sekarang aku alami.

Ternyata selama dipasung dalam kamar, aku sudah memiliki janin yang berusia beberapa hari. Meski sebelumnya pernah gugur, Tuhan memberikan jalan untuk aku mengungkap segalanya sekarang.

Sesampainya di samping kanan, wanita paruh baya itu meletakkan makanan dan membersihkan tubuhku perlahan. Membasuh di seluruh tubuh dan memberikan pakaian yang bagus, pancaran wajahnya tampak sangat bercahaya.

"Nyonya, yuk, makan," katanya, lalu ia mengodorkan sendok berisi nasi dan sayur.

Aku membuka mulut dan menatap dengan bola mata yang mulai berkaca-kaca. "Bi, terima kasih selama ini sudah mau merawat saya dengan senang hati."

Deg—

Mendengar ucapan itu, Bi Ira menatap tajam ke arahku. Ia seakan enggak percaya bahwa akhirnya aku bersuara setelah beberapa bulan membungkam, karena memang hari ini mulut terasa sangat ringan dan ingatan pulih sepenuhnya.

"Bi ... kenapa melihat saya seperti itu?" kutanya ia seraya membuang senyum semringah.

"Nyo-Nyonya ...."

"Iya ... kenapa dengan saya?" lanjutku dengan wajah penuh kemenangan.

Dari depan penglihatan, wanita paruh baya itu menatap wajahku dengan mata girang. Ia pun terpaku dan hanya fokus menatap. Sementara sendok di tangan kirinya terjatuh, kemudian aku mengambil sendok itu dan menyodorkan padanya.

"Nyonya ...."

Untuk membalas ucapannya, aku mengangangguk dua kali. Air mata wanita paruh baya itu menetes, dengan menggunakan tangan kanan, aku menghapus dan menyentuh wajahnya yang masih melamun.

"Bi ...," kupanggil singkat, lalu lawan bicara membuyarkan lamunannya.

"Nyonya, benarkah? Bibi enggak salah lihat?" tanyanya bertubi-tubi.

"Enggak ... ini saya, MARISSA."

"Nyonya sudah mengingat semuanya sekarang?"

"Ingat, Bi. Alhamdulillah ... saya juga ingat kalau—Revan—suami saya meminta izin menikah lagi dengan wanita lain."

Seketika wanita paruh baya itu meletakkan piring berisikan nasi di sampingnya, ia memeluk tubuhku sangat erat.

"Nyonya ... akhirnya Tuhan mendengar doa-doa kita selama ini."

Seketika tangisanku pecah di pundaknya, seraya memeluk erat, aku mencium rambut wanita yang sekarang melebihi malaikat dalam hidup ini. Selesai memeluk, Bi Ira menatap wajahku tajam, ia juga menyisir rambut ini dengan sangat rapi.

"Bi, saya mohon jangan beritahu siapa pun kalau ingatan saya sudah pulih. Karena ada rencana besar yang akan kita lakukan ke depannya," ucapku seraya memasang wajah serius pada lawan bicara.

Wanita di samping kanan mendelik dan memekik gelisah, ia mengubah posisi duduknya dan sekarang sangat dekat padaku. "Baik, Nyah. Kita akan beri perhitungan pada manusia-manusia enggak tahu diri di rumah ini. Saya akan mendukung penuh rencana yang akan Nyonya lakukan, biar mereka merasakan apa yang telah Nyonya rasakan."

Mendengar ucapan itu, aku pun meletakkan tangan Bi Ira di permukaan perutku. Ia mengikuti pergerakan itu dan menatap wajah ini lagi, tampak sangat heran dan mengernyitkan kedua alisnya.

"Nyonya ... kok, tangan bibi diletakkan di atas perut?" katanya, lalu ia menoleh wajahku lagi.

"Bi ... saya sudah beberapa bulan enggak datang bulan, itu artinya ...?" kugantung ucapan, berharap kalau Bi Ira peka pada ucapan ini.

"Enggak datang bulan beberapa bulan? Memang sejak Nyonya dipasung enggak pernah datang bulan, bukan?" responsnya seraya memandang ke arah perutku.

"Benar, Bi. Artinya saya hamil," timpalku lagi, kemudian wanita paruh baya itu bergegas meninggalkan ruangan.

"Nyah, bentar. Bibi mau mengambil sesuatu di luar."

"Bi, mau mengambil apa ...!" teriakku sambil menyerat nada suara.

Bi Ira tetap keluar dari ruangan, ia tergopoh-gopoh menaiki anak tangga. Selang beberapa menit meninggalkan lokasi, ia kembali lagi membawa sesuatu. Tepat di samping kiri badan, wanita paruh baya itu menyodorkan sesuatu padaku.

"Alat untuk cek kehamilan, Bi?" kutanya, kemudian aku mengambil sodorannya dan membolak-balikkan benda tersebut.

Lawan bicara mengangguk dua kali. "Nyah, coba sekarang kita cek di sini. Kalau hasilnya positif, berarti Nyonya hamil."

Dengan mengikuti perkataannya, aku pun melakukan perintah itu. Selang beberapa menit, hasil pun keluar. Tak disangka, rupanya aku memang positif hamil.

Kusodorkan alat itu tepat di hadapan wanita paruh baya yang mengikat rambutnya dengan tali rafia, ia mendelik dan menelan ludah. "Nyah ... hasilnya positif, berarti ...."

Aku mengangguk dua kali. "Saya hamil, Bi ...."

Seketika Bi Ira memeluk tubuhku sangat erat. Perasaan pun seketika sangat senang. Akhirnya secara spontan aku berteriak keras. Rupanya, teriakan kami berdua terdengar hingga ke luar ruangan. Dari ambang pintu deruji besi, tapak, 'kan kaki seseorang seperti datang bertamu.

Kesigapan wanita paruh baya di samping kanan merempas hasil tes kehamilanku dan membuangnya di bawah lemari. Rupanya mereka adalah Revan dan Siska, kedua orang yang tak tahu diri sedang bertamu di ruangan tempat aku dipasung.

Mereka menatap geli dan sambil bergandengan tangan. Kemesraan itu membuatku harus memalingkan wajah, karena hati terasa sangat sakit bagai tertusuk pedang tajam. Siska pun bertepuk tangan, dan Revan juga berdiri di hadapanku seraya menadahkan kepalanya.

"Hebat ... hebat ... inilah cerita kehidupan seorang pembantu dan majikan di dalam kamar yang menjijik, 'kan," ucap Siska, ia kemudian mengubah posisinya menatap wajahku tajam.

Karena aku tak ingin ada yang mengetahui kalau saat ini aku telah berhasil pulih dari amnesia, akhirnya aku pun tetap memasang wajah bodoh dan sesekali memberikan kode pada Bi Ira.

Siska menyentuh rambutku sedikit. "Haduh ... Marissa. Wanita primadona SMA yang terkenal kaya raya dan paling cantik, sekarang sangat menjijik, 'kan bagai kotoran."

"Diam kamu! Jangan sentuh Nyonya, kalau ngomong yang sopan!" sambar Bi Ira mulai ngegas.

"Eh, biasa aja dong, ngomongnya. Di sini lu cuma pembantu, ingat itu. PEM ... BAN ... TU," jelasnya seraya melemparkan tawa kecil pada Bi Ira.

"Biar pun saya pembantu, tetapi hati saya tidak kotor seperti kamu! Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta orang lain," pungkas Bi Ira, mereka saling adu jotos.

Dari arah depan, Revan angkat bicara. "Bi! Cukup! Tolong yang sopan bicara sama istri saya."

"Biarin aja, Mas, mereka mau bilang apa. Lihat ini, ruangan yang sangat pantas untuk ukuran hewan dan manusia level rendah seperti mereka. Yuk, kita balik lagi ke rumah kita." Siksa merubah posisinya menjadi berdiri, kemudian ia mencium bibir—Revan—suamiku tepat di kedua bola mata ini.

"Terima kasih, Sayang ... kamu adalah wanita yang paling bisa menaikkan gairah saya, enggak seperti perempuan gila itu," papar sang suami sambil menatap ke arahku sekilas.

Seketika emosi memuncak. Dengan menyebut nama Allah, aku mencoba untuk sabar. Mereka pun pergi meninggalkan ruangan tempat di mana aku dipasung sendirian, mungkin sudah suratan takdir bahwa aku akan mengalami ini semua.

Dari samping kanan, wanita paruh baya itu memelukku erat. "Nyonya ... yang sabar, Allah itu enggak tidur. Suatu saat mereka akan merasakan apa yang sekarang Nyonya rasakan."

"Iya, Bi ... hati saya sakit banget melihat mereka berciuman di depan mata saya." Tangisan keluar begitu saja dari kedua bola mataku, puing-puing kesakitan itu seakan mengitari isi kepala ini untuk berpikir keras bagaimana cara terbaik menyingkirkan benalu seperti mereka di rumahku sendiri.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Farida Likhandra

Farida Likhandra

maaf thor..
bukankah sudah keguguran? lalu dr mana bisa hamil lagi? 😃

2022-03-19

0

El_Tien

El_Tien

aku mampir

2022-01-25

0

💋ShasaVinta💋

💋ShasaVinta💋

smangat kk

2022-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!