9. Awal Dari Segalanya

Sella POV

Malam ini adalah momen yang aku tunggu sepanjang hidup di dunia, yaitu bisa memiliki Mas Revan dan mencampakkan Marissa sebagai istri sahnya di rumah. Emang enak lu, Marissa. Dulu waktu SMA gue pacaran sama Revan dan sekarang lu yang menikah sama dia, omelku dalam hati.

Tangan kanan mengambil obat tidur yang ada di dalam tas. Dengan segera, aku memasukkan tiga butir sekaligus pil tidur untuk membuat Revan tak berdaya. Dengan begitu, aku bisa menjebaknya di sebuah hotal dan memintanya untuk menikahiku secepatnya. Terakhir, aku bisa menguasai semua harta dan perusahaan milik Revan.

Dasar, lelaki bodoh! Mudah banget lu dikibuli. Malam ini, kita akan lakukan sebuah adegan mesrah semalaman di atas ranjang. Van! Secepatnya lu bakal menjadi suami gue, batin berkata-kata.

Setelah obat itu larut dalam sebuah jus jeruk, Revan datang dengan berjalan sangat kencang. Ia pun menatap ke arah wajahku seketika, kemudian memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sis, kok, makanannya enggak dimakan?" tanyanya seraya mengubah posisi duduk di atas kursi sofa.

"Bos, saya sengaja ingin menunggu. Lagian enggak mungkin dong, kalau saya diteraktir tetapi malah makan duluan." Selesai berkata-kata, aku menggumam dalam hati.

Ih, kalau bukan karena harta lu, Van. Enggak mungkin gue bersedia melakukan hal ini, cepat lu minum jus jeruk itu. Biar lu pingsan dan kita bisa berkeringat di ranjang malam ini.

Tanpa berpikir panjang, Revan meneguk jus jeruk itu hingga tandas. Aku menelan ludah dan menarik napas panjang, terasa sangat bahagia hidup ini setelah semua rencana berjalan sesuai skenario. Tatapan pun seketika bertutar dengan sebuah arloji di tangan sebelah kiri, tepat di pukul 23:00 malam.

Dari depan penglihatan, sepertinya Revan mulai merasakan pusing dengan menekan beberapa kali kepalanya. Ia pun sesekali mengedipkan mata dan seperti orang yang tengah mengantuk berat, tanpa mampu berkata, Revan menadahkan kepala saja di atas meja.

Dari ujung tempat duduk, aku berujar. "Bos, kita pulang aja, yuk."

"Sell, kepala saya, kok, sakit sekali. Rasanya enggak kuat untuk menyetir mobil, kamu aja yang membawa, bisa?" tukasnya seraya merogoh kantong celana dan meletakkan kunci mobil di atas meja.

"Iya, Bos. Biar saya aja yang bawa mobilnya." Dengan perlahan, aku mengambil kunci mobil sodoran darinya di atas meja, kemudian Revan tertidur pulas.

Menggunakan tangan kanan, aku mencoba untuk membangunkannya. "Bos-Bos, bangun, Bos."

Akan tetapi, Revan tetap saja tertidur. Dengan memanggil pelayan pria resto tersebut, kami memasuki mobil pribadi yang sudah terparkir di depan lokasi.

"Mas, terima kasih."

"Sama-sama, Mbak," respons palayan resto yang sudah membawa tubuh Revan untuk memasuki mobilnya.

Dengan menginjak gas secara perlahan, kami berdua keluar dari sebuah halaman resto dan segera pergi menuju rumah. Di sepanjang jalan, Revan memekik gelisah. Ia sesekali berkata sendiri karena telah hilang kesadaran.

Dari samping kanan, aku berkata. "Bos, kita pulang atau bagaimana?"

Revan terdiam seribu bahasa, sedikit demi sedikit ia mencoba mengangkat kepalanya. "Sis, kita berhenti di hotel aja terserah di mana. Soalnya ... saya enggak kuat lagi untuk membuka kedua mata saya."

"Oke, Bos. Saya akan menjalankan perintah." Selesai memberikan jawaban, aku membatin lagi.

'Ha ha ha ... mampus lu, Van! Emang enak gue jebak pakai pil tidur, pokoknya malam ini adalah langkah awal untuk aku memiliki kamu. Biar secepatnya aku bisa mencampak, 'kan Marissa dari rumah itu. Buat apa kamu mempertahankan istri gila seperti ia, jelas wajahku lebih cantik darinya.'

Malam itu, di sebuah kamar hotel 121. Aku menghabiskan suasana indah bersama dengan Revan yang telah tak menggunakan pakaian lagi, rupanya ia sedikit sadar seputar kejadian malam ini. Karena setiap kali aku mulai mendesah, ia pun mengikuti dengan irama yang mengasyikkan.

Arloji menunjukkan tepat di pukul 24:00. Tengah malam adalah ritual paling ******* untuk kami meluapkan nafsu birahi di atas ranjang putih, disaksikan oleh bulan dan bintang seraya menambah gejolak cinta yang setiap menit bertambah melonjak. Setelah Revan menghentikan aksinya, kami pun terlelap dengan saling berpelukan.

***

Pagi telah tiba, kicauan burung di luar taman hotel terdengar keras. Mereka seperti mengiyakan restu ini terjalin indah. Bagaimana tidak, aku yang sekarang dalam dekapan—suami—Marissa selalu menatap penuh cinta pada sosok pemuda macco di ruang hotel.

Dalam samar, aku membuka kedua bola mata diiringi dengan Revan yang juga terbangun. Ia pun terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini, dengan tangan kanan—Revan membuka selimut dan menatap ke dalam sebuah ruang penuh cinta.

Lalu, ia menutup kembali selimut itu. Dengan perlahan, aku membuka kedua bola mata. Seketika kami tukar tatap dan kubuang ekspresi sedang bingung.

"Van! Apa yang kamu lakukan sama saya? Kamu telah menodai saya, Van!" dari samping kiri, pemuda perkasa itu pun kebingungan. Ia menggeser posisi tidurnya dan sedikit menepis.

Revan mengernyitkan kedua alisnya. "Sis, saya enggak tahu kalau kita bisa satu kamar. Dan saya enggak ingat apa-apa tadi malam," pekiknya seraya membuang ekpsresi seperti orang bodoh.

"Van! Kalau saya hamil bagaimana? Karena kita belum menikah! Saya malu jika mengandung anak di luar nikah, Van ...!"

Seraya mendekatkan badan, Revan pun memeluk tubuhku dengan perlahan. "Sis, maafin saya. Pas-pasti saya akan tanggung jawab dengan apa yang terjadi hari ini."

"Kamu jahat, Van! Saya kira kamu adalah pemuda baik-baik, nyatanya enggak." Selesai berkata dipelukannya, aku pun memukul dada lawan bicara sambil menitihkan air mata.

Entah mengapa, kedua bola mata mampu untuk menangis natural tanpa diberikan tetesan apa-apa. Sehingga, Revan pun seperti tengah kebingungan dan memeluk tubuh ini erat.

'Ha ha ha ... akhirnya, gue bisa juga membuat pemuda bodoh ini merasa bersalah. Mudah banget untuk mendapatkan kamu, Van!' celotehku dalam hati.

Suasana semakin garang dengan beberapa persiteruan. Aku pun semakin yakin kalau Revan akan segera menikahiku dan mengatasnamakan seluruh hartanya untukku.

Satu jam kemudian ...

Kami sama-sama memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Keringat yang masih lengket karena peristiwa malam itu begitu melelahkan, jika tidak untuk masa depan yang cerah, mungkin aku tidak mau melakukannya.

Setelah selesai mandi, kami kembali menuju kamar hotel dan duduk di ranjang berwarna serba putih. Tatapan lurus mendelikkan bola mata menuju cermin, rambut yang masih acak-acakan membuat pemuda tampan berkumis tipis itu mendekat dan duduk di samping kiri.

Kedatangannya yang secara tiba-tiba, membuat tubuh ini menggeser posisi duduk. Kemudian, Revan meraih sisir di atas meja dan sebuah bandana merah. Dengan penuh kelembutan, pemuda dengan sejuta pesona itu menyisir rambut ini dan mengikat rapi menggunakan bandana.

Kemudian, ia menarik tangaku sangat perlahan, sepertinya Revan akan mengajak keluar hotel. Akan tetapi, aku tak mau mengikuti ajakannya, tubuh pun masih terdiam bagai patung batu. Karena melihat wajah ini penuh dengan kelecewaan, akhirnya pemuda berkumis tipis itu merubah posisi tubuh menjadi jongkok dan bersipu di hadapan.

"Sis ... kita pulang sekarang, ya."

Dengan menggunakanan kepala sebagai bahasa tubuh, aku mengeleng dua kali. Kemudian, Revan meletakkan kedua tangannya tepat di bibirnya yang berwarna merah muda.

"Sis, kamu jangan takut sama saya. Kalau kamu hamil, saya akan bertanggung jawab," ucapnya sangat lirih, ia pun menelan ludah berkali-kali.

"Jadi, kalau misal saya enggak hamil. Kamu enggak akan tanggung jawab karena sudah mengambil keperawan saya, Van! Kamu kira saya pelacur?" pekikku sambil menekan wajah dengan kedua tangan.

Dari posisi depan, Revan mendekat dan semakin dekat. Ia pun memeluk tubuh ini lagi, sementara dari posisi wajah membelakangi tubuhnya aku membatin. 'Yes! Akhirnya, aku sebentar lagi akan hidup kaya raya. Setelah ini, dendam lama akan segera terbalaskan untuk membuat Marissa sengsara seumur hidup.'

Revan melepas pelukannya dan menarik tangan ini sangat erat, ia menggandeng penuh cinta untuk keluar dari kamar 121. Berjalan sangat lambat, kami sampai di depan sebuah parkiran. Pemuda berkumis tipis itu membuka pintu mobilnya dan aku segera memasuki mobil tersebut.

Ia menginjak gas dengan kecepatan normal untuk kami segera pulang ke rumah. Sesekali aku menatap samping kanan, kala itu Revan sedang menyetir sambil mengenakan kacamata hitam. Menambah karisma ketampanannya sebagai pemuda perkasa, kami pun sampai di depan pintu gerbang rumah.

Aku keluar pintu mobilnya dan berjalan lebih laju dari biasanya, Revan pun menarik tangan kiri ini dari belakang.

"Sis, tunggu!" pekiknya seraya menaikkan satu nada suara.

Posisi sedang berada saling tukar tatap. "Van! Kamu mau apa lagi dari saya? Enggak puas kamu udah menodai malam itu?" paparku seketika membungkam lawan bicara.

"Sis ... please! Jangan seperti ini."

"Cukup! Van! Lepasin tangan saya, biar saya masuk ke rumah dan merenungi perbuatan kamu sebagai lelaki yang enggak punya hati."

Langkah lebar membuatku sampai menuju rumah dengan cepat. Dengan tangan kiri, aku membanting pintu sangat keras. Lalu, kupandang dari balik horden jendela. Rupanya, Revan tengah kesal dan kecewa pada dirinya sendiri.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Boomlike mendarat kak..
semangat yaa

2022-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!