7. Perselingkuhan Awal Kehancuran

Bi Ira POV

Di sebuah ruang tamu, tepatnya di atas kursi sofa berwarna hitam kecokelatan. Kedua bola mata memandang dengan penuh hati-hati, seakan tidak percaya bahwa seorang pemuda tidur hingga pagi hari. Perasaan yang hancur ketika malam itu, pasti membuatnya merasa terpukul.

Apalagi perbuatan istrinya yang bertingkah seperti orang gila. Namun, untuk mengkaji rumah tangga orang lain begitu tidaklah pantas untukku. Apalagi, sekarang statusku adalah janda. Sebisa mungkin untuk tidak mencampuri masalah yang ada di rumah tempatku bekerja saat ini.

Arloji menunjukkan pukul 07:00 pagi. Dengan langkah lebar, aku sampai di samping tubuh pemuda yang menjadi bos dalam tempat saat ini bekerja.

Kusenggol tangannya perlahan. "Tuan ... bangun. Sekarang sudah pukul 07:00, entar telat pergi ke kantornya," ucapku dengan nada suara lembut.

Lalu, lawan bicara hanya menggumam saja. "Hmmm ...."

"Tuan ... sudah pagi, entar telat bangunnya," timpalku lagi.

Seketika ia membuka matanya spontan. Bangkit dari posisi rebahan, dan duduk menatap tajam ke arahku saat ini.

"Berisik banget, sih, kamu! Enggak lihat kalau saya lagi tidur!" hardiknya seraya menukar tatap menuju lantai.

Batin pun berkata. Astaga! Ya, Allah ... enggak biasanya Tuan Revan membentakku. Bukankah, setiap hari ia selalu meminta untuk dibangunkan. Ach, ya, sudahlah. Aku pergi aja dari sini, sebelum ia benar-benar marah.

"Tuan ... saya ke dapur dulu, ya?"

Tanpa balas kata, langkah kaki berlari memasuki ruang dapur. Waktu terus bergulir, sang waktu seakan mengajakku untuk melaksanakan berbagai aktivitas seperti biasanya. Ya, salah satunya adalah belanja keperluan rumah di pasar pagi.

Dengan menggunakan taksi langganan, aku menuju pusat perbelanjaan sayuran. Sesampainya di tengah jalan, rupanya sedang macet panjang. Pusing menyergap kepala, seraya menoleh menuju luar jendela taksi, aku melihat mobil Tuan Revan tengah ada di samping kanan.

Karena sangat penasaran, aku pun tetap menatap jendelanya yang terbuka. Tampak dari balik jendela kaca, bahwa ia sedang bercumbu dengan sekretaris—kantornya bernama—Siska.

Deg—

Aku pun membuang tatap menuju supir di depan. Lalu, tak berapa lama kutoleh lagi mobil yang masih berhenti di samping kanan. Posisi masih sama saja, bercumbu dan sangat mesrah di dalam mobil.

Batin kembali bekata. 'Astaghfirullah ... bukankah itu Tuan Revan dan Non Siska? Tetapi kenapa sangat mesrah banget seperti orang yang sudah menikah? Oh, Gusti ....'

Lima belas menit antrean panjang akhirnya kelar, macet pun berakhir dan membawa taksi yang tengah aku naiki berada di belakang Bos Revan. Karena volume kendaraan semakin banyak dan saling berimpit, aku kehilangan mobil yang tadinya berada di depan.

Sampailah di sebuah pasar pagi, aku membawa kating berwarna biru dan bergegas menelusuri tempat penjualan sayuran. Setelah semua terbeli, aku langsung menuju taksi dan kembali pulang ke rumah. Di sepanjang jalan, aku tak henti-hentinya berpikir keras akan sebuah penglihatan tak lazim tadi.

Merumuskan pertanyaan yang datang secara bertubi-tubi, aku membuang perasaan negatif dengan berpikir positif bahwa yang terlihat barusan adalah orang lain. Karena yang kutahu, Bos Revan penyayang pada istrinya. Enggak mungkin ia selingkuh pada wanita lain, apalagi dengan sekretarisnya sendiri.

Taksi pun sampai di depan pintu gerbang rumah, aku bergegas turun dan membayar ongkos pada supir.

"Pak, terima kasih sudah mau mengantar saya ke pasar," celetukku dengan wajah penuh kecemasan.

Dari ambang pintu, supir taksi menjawab. "Iya, Bi, Sama-sama. Oh, ya, saya jalan duluan."

"Iya, Pak."

Menjawab seperlunya saja, aku bejalan dua kali lebih kencang dari biasanya. Hingga di sebuah teras menuju pintu rumah, aku menabrak—Diman—penjaga rumah.

"Aduh ... Diman! Kalau jalan lihat-lihat, dong," omelku seraya mengernyitkan kedua alis.

"Yey! Situ aja kali yang buru-buru, sampai saya ada di pintu juga enggak kelihatan. Lagian, ada apa, sih, buru-buru gitu? Kayak lagi lihat hantu aja," ledeknya.

"Jangan kepo! Bukan urusan kamu, Man ...."

"Huh! Nih, perempuan kalau laki udah gue—"

"Gue apa hayo? Ngomong lu, Man." Kedua tangan kukepal seraya menantang lawan bicara.

Tanpa memperpanjang pertikaian, Diman langsung berjalan meninggalkanku. Setelah ia pergi, barulah aku meringis sendirian.

"Huh ... gitu aja takut lu, Man. Belum lagi gue keluarin jurus seribu bayangan seperti kartun apa, tuh? Maruko atau Marko, ya? Ach ... intinya begitulah," ucapku sendiri di depan pintu.

Tak lama, aku sampai di dapur dan memasak makanan laut sebagai kesukaan Non Marissa. Sudah hampir dua hari ia tak mau makan, mungkin dengan menu yang sedikit berbeda, ia mau untuk mengganjal perutnya. Agar lebih segar dan sehat kembali.

Selesai masak, aku membawa menu di dalam sebuah mangkuk dan berjalan penuh hati-hati menaiki anak tangga gedung lantai dua. Dengan tangan kanan, aku membuka pintu secara perlahan. Tampak jelas bahwa, Non Marissa sedang menangis seharian tanpa henti.

Mungkin karena terlalu depresi dengan kehilangan anaknya untuk yang ketiga kalinya. Setika awal masuk, aku gemetar dan takut kalau mengganggunya. Akan tetapi, ia tidaklah anarkis ketika malam itu.

Non Marrisa menoleh ke arah wajahku, ia pun berkata. "Kamu siapa?"

"Non ... ini saya, Ira. Masa Non lupa sama saya?" jelasku.

"Ira?" responsnya singkat.

"Iya, Non. Saya Ira, pembantu di rumah ini."

"Pembantu di rumah?" katanya lagi.

Aku pun mengangguk dua kali. Tak terasa, air mata turut ambil andil dalam suasana pagi ini. Wajah cantik seperti bidadari, sekarang berubah sangat kusam dan menyedihkan. Rasa tak tega tumbuh dari dalam lubuk hati paling dalam. Tanpa mampu memandang lagi, aku langsung memeluk wanita yang ada di depan mata.

"Ira ... kenapa nangis?" tanyanya.

"Non ... maafin saya, jika akhirnya Non harus keguguran karena kurangnya perhatian saya di rumah ini."

"Gugur? Apa yang gugur?" jawabnya.

Pelukan seketika kulepas, dengan air mata yang masih mengalir deras, aku menatap penuh hati-hati lawan bicara. Ia pun mendongak heran membalas tatapanku, dengan tangan kanan ia menghapus air mata di pipiku.

"Non, sekarang makan dulu, ya ... biar cepat sembuh." Selesai berkata, aku menyodorkan sesendok nasi padanya.

Ia pun menggeleng dua kali.

"Non ... makan, ya ... kalau enggak, nanti saya akan marah," cetusku.

Akhirnya, lawan bicara mengangguk. Sekian lama membujuk, pagi ini aku berhasil untuk merayunya dan ia makan sangat lahap. Mungkin jika ia diperlakukan dengan lembut maka ia akan bisa menurut, begitu pula sebaliknya.

Satu mangkuk nasi habis, air yang ada di atas meja juga habis ia minum. Perasaan ini pun menjadi sedikit legah.

"Non ... saya balik ke dapur lagi, ya ...."

"Jangan ...," ucapnya spontan.

"Bibi mau masak lagi. Nanti ... ketika kerjaan beres, pasti saya akan datang ke sini."

"Janji?"

"Ia, Non. Saya janji," timpalku.

Non Marissa pun memejamkan matanya. Kemudian, aku menutup tubuhnya dengan selimut berwarna putih. Setelah selesai memberikan makan, aku bergegas meninggalkannya. Sesampainya di depan pintu, kutoleh ke arahnya lagi.

"Non, semoga Allah memberikan kesembuhan. Serta bisa membuat Non sehat kembali seperti biasanya, amin ...."

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

AHMAD ARIANDI, S.M.

AHMAD ARIANDI, S.M.

Thank u kk

2022-01-13

0

El_Tien

El_Tien

aku mampir lagi untuk mu kak

2022-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!