16. Ijab Kabul

Revan POV

Pagi ini sangat indah, terik matahari bersinar sangat terang seakan menembus melalui jendela kaca balkon rumah. Tepat di mana acara pernikahan akan segera berlangsung beberapa jam lagi, aku bergegas mengenakan jas pengantin berwarna hitam. Setelah rapi, tak lupa untuk menyemprotkan parfum di seluruh bagian badan.

Wangi sangat memesona membuat aku jatuh cinta pada penampilanku kali ini. Tak henti-hentinya kedua bola mata menatap mantap cermin berbentuk segitiga. Dengan tangan kanan, aku menyisir rambut beberapa kali. Memakan waktu hampir tiga puluh menit, akhirnya semua telah selesai.

Pernikahan tidak berlangsung di rumah. Akan tetapi, kami memilih gedung serba mewah yang ada di pusat kota. Sementara di rumah juga ada Marissa, apa kata orang-orang nantinya jika aku menikah lagi sedangkan sang istri masih dalam keadaan gila.

Langkah kaki membawaku untuk segera keluar kamar, berjalan santai sambil bersenandung tanpa henti.

Tepat di sebuah koridor yang menghubungkan antara ruangan tamu menuju kamar—Marissa. Seketika aku berhenti dan memalingkan posisi tatapan menuju pusat penglihatan.

Pintu menuju akses ke ruang bawah tanah itu terbuka lebar, mungkin karena Bi Ira sedang memberi makan sang istri yang aku pasung beberapa minggu lalu.

Hati dan perasaan seketika sangat bimbang, kemudian aku membatin. 'Marissa sedang apa, ya, di sana? Tiba-tiba aja kangen ini memyergap. Ah, apa salahnya jika aku meminta izin dan doa restu pagi ini. Agar suatu saat nanti ia enggak begitu terkejut kalau aku telah menikah lagi.'

Menelusuri anak tangga yang terbuat dari susunan semen, begitu terjal dan langkah pun harus ekstra hati-hati. Dari ambang penglihatan, Bi Ira sudah ada di sana menyuapi sang istri penuh dengan kasih sayang.

Tanpa ada berontak, sepertinya Marissa sudah sedikit tidak anarkis seperti biasanya. Sedikit demi sedikit, langkah kaki sampai di pusat lokasi.

Aku pun berhenti seraya menatap lirih sang istri yang masih terpasung sangat kencang, pergelangan kakinya tampak memerah karena bekas dari belenggu rantai dan besi sebagai alat pengunci pergerakannya. Seraya menadahkan kepala, aku kembali berjalan.

Sampailah di samping wanita yang dulu pernah menjadi bidadari di hidupku. Akan tetapi, saat ini berubah tiga ratus enam puluh derajat, kecintaan itu perlahan sirna dan digantikan oleh Siska yang telah berhasil merajai hati ini.

Bi Ira mendongakkan kepalanya, ia pun berkata. "Tuan ... rapi benget pagi ini, emang mau ke mana?" tanyanya, lalu wanita paruh baya itu meletakkan piring di pangkuannya.

"Saya hari ini akan menikah dengan Siska, Bi." Setelah menjawab, kemudian tatapan berpaling menuju lantai.

"Astaghfirullah ... Tuan. Nyonya sedang sakit seperti ini, tetapi Tuan tega menikah lagi?" katanya dengan menaikkan nada suara.

"Bi, saya enggak punya pilihan lain. Siska sedang mengandung anak saya sekarang, kalau tidak segera saya nikahi, apa kata orang-orang."

Bi Ira pun menyambar. "Tuan, ingat karma. Kalau Allah enggak tidur, suatu saat nanti pasti akan ada pembalasan akan semua yang Tuan telah lakukan."

"Saya tidak perduli dengan karma, karena sampai saat ini Marissa tak bisa memberi saya keturunan. Ia bukan wanita yang sempurna, apa salah kalau saya cari penggantinya!" hardikku seraya menunjuk wajah Marissa yang sedang mendongak ke atas langit-langit.

Seketika suasana sangat hening, wanita paruh baya yang aku sudah anggap sebagai ibu kandung justru membela— Marissa—istri gila itu. Seraya mengubah posisi jongkok, aku pun menatap wajah sang istri dari jarak dua puluh senti meter.

Menggunakan tangan kanan, aku mengelus rambut wanita yang sedang menadahkan kepalanya. "Mar, hari ini saya akan menikah. Please ... berikan doa restu itu pada saya. Kelak, jika ingatan kamu udah pulih. Kita akan hidup rukun kembali, akan tetapi kalau kamu tetap tidak bisa sembuh. Pasung ini akan menemanimu hingga akhir maut yang membawamu pergi selamanya."

Sang istri membuka perlahan mulutnya, mungkin ia ingin mengatakan sesuatu. Namun, selama ini ia berkata hanya mengandalkan halusinasi tak tentu arah. Mungkin kali ini aku bisa pastikan kalau wanita gila di samping kiri bakal mengatakan hal yang sama.

"Mas, suatu saat nanti kita akan bertemu dalam sebuah permainan yang sesungguhnya. Untuk saat ini, kamu berhasil membuat saya seperti sampah. Ingat ucapan saya untuk tujuh belas tahun yang akan datang, kamu akan merasakan sepuluh kali lebih sakit dengan apa yang terjadi hari ini."

Mendengar ucapan itu, aku menarik napas. Kedua bola mata mulai berkaca-kaca, akhirnya Marissa mulai bisa mengingat sedikit demi sedikit apa yang sedang terjadi.

Karena aku tak mau berlama-lama di tempat kumuh tersebut, akhirnya posisi badan berubah menjadi berdiri tegap dan melangkah pergi.

"Aku bersumpah demi langit dan bumi yang sedang menyaksikan saat ini, suatu saat nanti kau akan merasakan apa yang aku rasakan, Mas."

"Dasar perempuan gila! Terlalu banyak mengkhayal kamu, Mar. Berjalan aja enggak bisa mau menyumpah saya, ha ha ha ...," cibirku seraya membuang ledekkan padanya, dengan menatap tajam menuju arloji di tangan kiri, aku meninggalkan kamar yang terletak di bawah tanah.

Di sepanjang jalan, aku hanya membayangkan kata-kata sang istri yang mulai konyol. 'Untuk berdiri tegak saja ia tak mampu, pakai acara mau balas dendam. Barang kali katak saja akan tertawa mendengar ucapannya itu,' batinku berkata.

Sesampainya di halaman rumah, aku memasuki mobil dan segera meluncur ke lokasi ijab kabul. Tempat yang sudah aku bayar mahal serta hiburan dari artis-artis mancanegara juga turut ambil andil dalam momen bahagia pagi ini. Memakan waktu hampir dua puluh menit, akhirnya aku sampai di depan pusat lokasi.

Para tamu sudah memadati halaman dan beberapa ada yang telah menghambur masuk. Sebagian dari mereka sudah duduk di kursi bernuansa serba merah. Dengan menggunakan kedua tangan, aku memperbaiki jas hitam dan mendekat menuju para saksi dan penghulu berkopiah. Serta, dibalut serban putih.

Jantung berdetak sangat kencang, karena ini adalah momen paling bahagia seumur hidup. Sebelum menikah, aku sudah memiliki anak dalam kandungan Siska, tak seperti Marissa yang tidak becus menjadi seorang istri. Dengan menarik napas panjang, aku menatap mantap sebuah mobil yang telah berhenti di ambang pintu.

Siska pun datang bersama dengan sanak saudaranya, ia berjalan sangat anggun dan cocok sekali memakai mahkota berwarna biru muda itu. Apalagi gaun pengantinnya juga sangat mahal dan bagus, menambah nilai lebih untuk diri ini memandang tanpa jemu.

Yang aku herankan saat ini adalah, mengapa—ibu kandung—Siska tak ikut menghadiri pernikahan putrinya. Karena aku pun tak ingin ibunya yang kampungan itu hadir, sehingga diri ini tetap stay cool dan menanti ikrar itu cepat terlaksana.

Akhirnya, Siska sampai di hadapanku. Ia mengedarkan senyum semringah dan sesekali menadahkan wajah menuju lantai.

Dari samping kiri, penghulu berkata. "Apa acaranya bisa kita mulai sekarang?" tanyanya.

"Bisa, Pak, kita mulai aja sekarang," sambarku seraya menatap lawan bicara.

Kemudian, para saksi pun duduk di tempat yang telah tersedia. Pak penghulu juga duduk berhadapan denganku saat ini, ia menyodorkan tangan kanannya dan tangan sebelah kiri memegang microphone.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Saya nikahkan engkau, Ananda Revan Maulana Rikas Santoso Bin Jamaluddin Maulana Rikas Santoso dengan Siska Veronika Anastasya Binti Sulaiman, dengan emas kawin lengkap, uang tunai dan satu buah mobil dibayar tunai."

Aku pun menjawab dengan lantang.

"Saya terima nikahnya, Siska Veronika Anastasya Binti Sulaiman, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?" tanyanya pada ketiga saksi. Dan ia pun menoleh ke arah akan dan kiri.

"Sah ...," ucap ketiga saksi diikuti dengan para tamu yang berada di sekitar ijab kabul.

"Alhamdulillah ...," timpal pak penghulu lagi.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوْذَ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Latin:

Allahumma inni as aluka khoyrohaa wa khoyro maa jabaltahaa alaih. Wa a'udzubika min syarri haa wa min syarri maa jabaltahaa alaih.

Artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang Engkau ciptakan atasnya dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan atas yang Engkau ciptakan." (HR Abu Dawud, Ibnu Majah).

Selesai membaca doa, aku menyodorkan tangan kananku pada istri sah di samping. Ia pun meraih dan mencium sangat lembut. Sebagai respons, lalu kukecup keningnya penuh dengan kasih sayang.

Selang beberapa menit, kami pun bergegas menuju pelaminan dan akan melakukan pemotretan untuk mengabadikan sebuah momen indah hari ini. Tampak para pengunjung yang datang dari kalangan karyawan atau pun dari CEO terkaya tanah air memadati acara, mereka pun berbaris rapi menaiki pelaminan dan memberikan doa untukku saat ini.

Bersambung ...

Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!