5. Sebuah Rencana Tuhan

Malam itu, di sebuah rumah sakit H. Anwar Mangunkusumo. Aku berjalan mondar-mandir seraya menatap mantap pintu ruang dengan portal bertuliskan, Ruang Gawat Darurat. Aku kembali merumuskan sebuah pertanyaan yang datang secara bertubi-tubi.

"Tuan ... duduk dulu sini," ajak Bi Ira dengan wajah sedikit lebih semringah.

Kemudian, aku mengikuti perkataan itu dan duduk bersanding dengannya. Ia pun mengambil kantong plastik berwarna biru muda, dan menyodorkan sesuatu padaku.

"Tuan ... makan dulu," timpalnya lagi.

Aku pun menggunakan dua tangan untuk menolak sodorannya. "Ah, enggak, Bi. Saya enggak lapar, Bibi aja yang makan."

"Tetapi, Tuan belum makan dari kemarin."

"Enggak usah, Bi. Saya sebentar lagi juga akan pulang, nanti makan di rumah aja. Ya, udah, Bibi makan dulu. Entar kalau pingsan di sini, malah bikin repot dokter lagi. He-he-he ...," ledekku dengan mengedarkan cengir pada lawan bicara.

"Ih, Tuan suka banget ngeledek. Ya, udah, kalau enggak mau makan."

Beberapa menit duduk dan bercanda, kedua telinga menangkap suara seseorang yang sedang berteriak histeris. Ya, suara itu terdengar dari dalam ruangan istriku yang ada di samping sebelah kiri. Seketika aku beranjak dari tempat duduk dan berlari menuju ruangan.

Dari balik pintu yang terbuat dari kaca, kelihatan jelas bahwa Marissa sedang menangis dan membuang semua bantal. Serta infus di tangannya juga ia lepas. Aku langsung berlari menuju ruang paling depan, seraya mencari dokter yang masih ada di sore ini.

Setelah sampai di sebuah koridor, dua orang dokter melintas bersama dengan perawat yang menenteng berkas berwarna hijau muda. Aku berlari menuju ke posisi mereka dan berhenti dengan napas yang ngos-ngosan.

"Dok! Tolong istri saya, Dok,"

"Tenang, Pak. Anda bicara pelan-pelan. Apa yang terjadi pada istri Anda?" tanyanya serius dan memberhentikan percakapan pada perawat wanita di sampingnya.

Karena napas sangat ngos-ngosan, aku hanya bisa menunjuk sebuah lorong ruang UGD dengan menggunakan tangan kanan.

Dokter dan perawat mendelik ke arah yang sedang aku tunjuk. "Di sana? Kenapa di sana, Pak?"

"Istri saya sedang membanting semua barang-barang di dalam ruangan."

Mendengar ucapanku, kedua dokter itu pun berlari menuju pusat sebuah insiden. Aku memandu di depan dengan berlari sedikit lambat, dari ambang penglihatan, Bi Ira sudah masuk untuk menenangkan Marissa. Sementara dua dokter sangat bingung hendak melakukan apa.

Mereka saling sapa pada sesama dokter. "Kita suntik obat penenang saja, Dok," kata salah satu dari meraka.

"Iya, kita suntik obat penenang," respons dokter di sebelahnya yang menggunakan kacamata bulat.

Ketika perawat wanita itu hendak menyuntikkan obat tersebut, Marissa menendang perut perawat hingga terjatuh di lantai. Kami pun menjadi panik dan tak bisa menenangkan Marissa yang selalu memberontak.

"Saya ingin pulang! Saya ingin bertemu dengan anak saya ...!" teriak Marissa dengan nada yang sangat histeris.

Aku pun mendekati tubuhnya dan mencoba untuk memberikan pandangan. "Sayang ... kamu tenang, kita akan pulang sebentar lagi," ucapku lirih.

"Saya mau pulang ... saya enggak mau berada di sini. Mana anak saya? Mana ...?" rengek Marissa bersama tangis yang tersedu-sedu.

Beberapa menit mengamuk, Marissa pingsan dengan sendirinya. Aku tak mampu tuk membendung air mata, yang menjadi impian kami sejak awal menikah adalah hadirnya keturunan hasil buah cinta yang kami perjuangkan dari dulu.

Akan tetapi, sepertinya Tuhan berkata lain. Dengan berat hati, akhirnya aku harus menerima kenyataan pahit ini bersama Marissa. Mungkin ia punya cara lain untuk membuat kami bahagia ke depannya. Itu adalah harapanku dalam kehidupan ini.

"Dok!" kupanggil salah seorang dokter yang menggunakan kacamata bulat.

"Ya, Pak. Ada apa?" responsnya.

"Bagaimana kalau saya membawa istri saya pulang saja. Soalnya ... ia dari tadi sudah memberontak dan ingin segera pulang ke rumah," ucapku penuh harap.

Lawan bicara tak mampu berkata, terlihat dari ekspresinya bahwa ia tengah menelan ludah berkali-kali dan menarik napas panjang.

"Baiklah, Pak. Anda bisa membawanya pulang, dengan syarat ...," ia menggantung ucapan sejenak.

"Apa syaratnya, Dok?" sambarku spontan

"Ketika ia mengalami sesuatu, segera hubungi kami. Takutnya, ia belum pulih benar. Apalagi ia sedang mengalami depresi yang luar biasa. Kalau bisa Anda jangan memberikan tekanan mental padanya," jawab dokter berkumis tipis itu.

"Baik, Dok. Saya akan segera lapor jika ia mengalami sesuatu di rumah."

Kedua dokter itu pun berhambur keluar ruang UGD. Dengan dibantu Bi Ira dan para perawat, kami membereskan tempat tidur yang sempat berserak. Menggunakan kursi dorong, perawat membawa tubuh Marissa menuju sebuah mobil pribadi milikku yang ada di parkiran rumah sakit.

Sementara aku, bergegas menuju tempat pembayaran semua biaya-biaya perobatan Marissa selama beberapa hari dirawat di rumah sakit. Setelah selesai, aku pun bergegas menuju mobil dan masuk di bangku paling depan. Sementara Marissa, duduk bersanding dengan Bi Ira di bangku belakang.

Tangan kanan membuka jendela mobil. "Mas, terima kasih sudah membantu," ucapku pada dua perawat laki-laki yang masih berdiri di samping mobil.

"Sama-sama, Pak."

Dengan mengangguk dua kali, aku menginjak gas mobil dengan frekwensi lambat. Meski memakan waktu lama, setidaknya semua aman-aman aja hingga sampai rumah. Setelah dua puluh menit berkendara lebih kurang, kami bertiga sampai di depan pintu gerbang.

Mobil memasuki halaman rumah dan kami berhenti di depan teras. Bersama dengan Bi Ira, aku mengangkat tubuh Marissa dan berjalan menuju kamar tidur. Ruangan yang sudah beberapa hari aku tinggalkan, terlihat seperti tak terurus lagi. Sementara istri tercinta masih tertidur pulas.

Beranjak keluar dari kamar, aku menuju ruang tamu dan duduk di kursi sofa berwarna hitam. Bi Ira datang setelah beberapa menit ke dapur, rupanya ia membawa sesuatu dan meletakkan satu gelas kopi hangat di atas meja.

"Tuan ... minum dulu kopinya," celetuk Bi Ira seraya menatap mantap wajahku.

"Iya, Bi. Terima kasih. Oh, ya, besok saya akan ada acara di rumah ini. Bibi bisa bantu-bantu, 'kan?" tanyaku.

"Acara apa, Tuan?" ia malah balik nanya.

"Ada syukuran. Soalnya, perusahaan mendapatkan sebuah rezeki. Sambil membuat syukuran kalau Marissa udah pulang lagi di rumah ini."

"Oh, bisa, Tuan. Makanannya, bibi yang masak? Atau Tuan pesan di luar."

Aku terdiam. Di sisi lain, tidak ingin merepotkan siapa pun di rumah ini. Akan tetapi, masakan Bi Ira sangat enak dan bisa diperhitungkan.

"Tuan ...."

"Eh, Bi." Seketika lamunan membuyar karena Bi Ira melambaikan tangannya.

"Bagaimana dengan masakannya?"

"Bi, saya bisa minta tolong untuk masak di rumah aja. Soalnya ... kalau beli di luar, takut rasanya enggak enak. Karena yang hadir adalah tamu-tamu dari perusahaan lain," pintaku seraya menurunkan nada suara sangat melas.

"Oh, bisa-bisa. Kalau begitu ... nanti Tuan berikan apa saja yang kau dimasak. Biar besok pagi, bibi belanja ke pasar."

"Oke, Bi."

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

✨Happy_wolf◖⚆ᴥ⚆◗🐺❤️

✨Happy_wolf◖⚆ᴥ⚆◗🐺❤️

Boom like.. next

2022-01-01

1

El_Tien

El_Tien

hai kak bom like untuk mu

2022-01-01

0

💋ShasaVinta💋

💋ShasaVinta💋

udah rate ⭐5 + favorit .

semangat berkarya , mari saling mendukung yah 😁

2022-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!