14. Apakah Aku Seorang Pelakor

Siska POV

Momen indah akan segera tiba, tepat di hari ini aku akan diajak Revan membeli pakaian pengantin. Resepsi pernikahan yang sebentar lagi digelar besar-besaran. Seiring berjalannya waktu, kehadiran sosok pemuda tampan sebagai mantan kekasih ketika SMA sekarang kembali.

CEO di tempat aku bekerja, sekaligus menjadi suami untuk selamanya. Ternyata keinginan dulu dapat tersampaikan, bukan hanya khayalan semu karena Marissa berhasil menikahi Revan sejak lulus kuliah. Pagi ini, aku memilih pakaian gaun merah di dalam sebuah lemari yang masih tersusun sangat rapi.

Tanpa membuang banyak waktu, aku memakai gaun itu lengkap dengan sepatu hak tinggi. Karena penampilan sudah sangat pas, aku bergegas meninggalkan kamar dan keluar menuju lantai satu. Kedua bola mata menatap mantap menuju sosok siluet yang sedang duduk di kursi sofa, seperti seorang pria mengenakan jas warna hitam.

Langkah kaki yang menapak penuh hati-hati, membawaku menemui pemuda itu. Setelah menoleh sedikit, rupanya ia adalah Revan.

"Mas," panggilku singkat seraya menadakan kepala.

Ia pun menoleh sedikit. Dengan menggunakan tangan kanan, ia membuka kacamatanya. "Eh, Sayang. Udah siap kamu?" tanyanya sambil meringis dan menggigit bibir bawah.

Tak mau membalas ucapannya, aku hanya mengangguk dua kali. Rupanya ia paham benar kalau anggukan itu adalah sebuah bahasa tubuh yang banyak dipakai ketika wanita tak mampu berkata. Kemudian, ia beranjak dari sofa dan berdiri di samping kanan.

Pemuda berkumis tipis itu memberikan tangan kanannya, aku meraih sodorannya dan bersanding di samping kiri.

"Siska!" teriak seseorang dari belakang badan.

Karena sangat penasaran, kutoleh sedikit seraya memastikan siapa yang berteriak seperti itu. Ia adalah sang ibu, wanita super kepo dan sok suci keluar dari dalam kamarnya. Karena aku menjaga immage pada Revan, seketika kaki melangkah menuju posisinya.

"Mas, tunggu di sini sebentar, ya. Ibu saya manggil," celetukku sambil melepas tangan pemuda di samping kanan.

"Iya, Sayang," responsnya singkat.

Berjalan sangat cepat, aku menuju kamar tempat sang ibu berteriak tadi. Ia pun mengernyitkan kedua alis dan melipat kedua tangan. Sesampainya di hadapan wanita paruh baya itu, ia menarik tanganku erat dan kami masuk ke dalam ruang kamar.

Sang ibu menutup pintu sangat rapat, ia pun menarik napas panjang. "Siska! Berapa kali ibu bilang sama kamu, kalau Revan masih punya istri. Kamu jangan merusak rumah tangganya, pakai otak kamu." Wanita paruh baya itu menunjuk wajahku dengan jemarinya.

"Bu! Bisa enggak kalau kita jangan bahas ini mulu, Siska muak dengan semua larangan yang Ibu ucapakan setiap hari," tukasku menaikkan nada suara, setelah melawan perkataannya, aku menatap kanan dan kiri ruang kamar.

Wanita paruh baya itu pun menyentuh wajahku beberapa kali. "Siska, berapa kali ibu nasihati ke kamu. Jangan jadi pelakor, kita sama-sama perempuan, kalau kelak suami kamu selingkuh lagi dengan orang bagaimana?"

"Bu! Pikiran Ibu terlalu jauh tau enggak, mana ada pemuda yang sudah masuk dalam genggaman Siska bisa keluar begitu aja."

"Kamu bisa jamin dengan ucapan kamu?" sambarnya seraya membuang pertanyaan.

Aku pun terdiam seribu bahasa, karena ke depannya aku memang enggak bisa memastikan kalau Revan setia seperti saat ini.

"Kenapa kamu diam? Ingat omongan ibu sekarang Siska, suatu saat nanti kamu bakal dicampakkan sama Revan. Pelakor enggak bakal bisa bertahan lama, bukan begini cara ibu mendidik anak, paham kamu!"

"Bodo amat, Siska enggak akan mundur. Pokoknya Siska akan menikah dengan Revan."

"Terserah, selamat berjuang kalau gitu. Semoga Allah secepatnya membuka mata hati kamu, Nak."

Ibu pun keluar kamar dengan langkah lebar, ia menuju dapur lagi. Sialan Ibu, sama anak sendiri ngatain pelakor. Padahal kalau gue berhasil menikahi Revan, pasti ia juga akan hidup senang dan kaya raya, batinku berkata.

Tanpa menghiraukan perkataannya, aku tetap akan pergi bersama Revan hari ini. Langkah kaki sudah teramat jauh, enggak mungkin aku mundur dan menggagalkan rencana ini. Apalagi aku tengah mengandung anak Revan, bisa-bisa masyarakat akan mencemooh aku karena memiliki anak haram.

Keluar kamar dan kembali menuju ruang tamu, Revan pun masih berada di sana tanpa bergeser posisinya sedikit pun. Ekspresi wajahku seketika berubah, napas menjadi sangat ngos-ngosan dan tingkat emosi memuncak.

"Sayang, kamu baik-baik aja, 'kan?" tanyanya sangat serius, kemudian ia menghapus keringat yang mengalir di keningku.

Aku mengangguk dua kali. "Iya, Mas, saya baik-baik aja. Ya, udah kita jalan sekarang aja, yuk."

"Oke," respons Revan sangat singkat dan mencium keningku dengan mesrah.

Kami berdua keluar rumah dan menuju mobil berwarna putih. Mobil mewah limited edition itu menjadi daya tarik tersendiri dari pemuda yang sebentar lagi akan sah menjadi sang suami.

Seketika kami meluncur menuju toko penjualan pakaian pengantin. Lokasi berada tidak begitu jauh dari pusat kota. Kami hanya butuh memakan waktu sekitar tiga puluh menit saja. Sesampainya di toko itu, kami bergegas masuk dengan langkah penuh hati-hati.

Dari ambang pintu, tampak jelas pengunjung untuk hari ini sangat ramai. Begitu padat dan sela untuk berjalan hampir tidak ada. Revan pun menggandeng tangan kananku untuk menuju ruang kedua toko pakaian, kedua bola mata mendelik greget setelah mendapati sebuah busana pengantin sepasang berwarna putih.

Sangat mewah dilengkapi dengan hiasan memesona. Tak hanya itu, aku sangat tertarik dengan busana pengantin sebagai pilihan awal, karena tersedia mahkota berwarna sedikit kekuningan mengkilap cerah. Melepas gandengan tangan Revan, aku mendekati pusat tatapan.

Memegang sedikit baju itu, seketika kedua bola mata mendelik setelah muncul bandrol di samping kiri. Nominal harga yang sangat fantastis membuat badan gemetar hebat, aku menelan ludah beberapa kali.

Haduh! Mahal banget, sih, harganya. Mana mungkin Revan mau membuang uang hanya karena baju seperti ini aja, batinku berkata.

Tak lama, pemuda berkumis tipis itu mendekat. Ia menatap mantap ke arah jas hitam yang menjadi pasangan gaun putih sebagai pilihanku kali ini, tampak dari raut wajahnya kalau Revan sangat tidak setuju.

"Sayang, kamu suka sama baju ini?" tanyanya, lalu ia membuka bandrol harga yang terpasang di baju itu.

"Suka, sih," responsku singkat.

"Kok, suka, sih? Emang ada pilihan lain?" timpalnya lagi, ia pun mengeser posisi menjadi ke sebelah kanan.

"Saya suka banget, sih, Mas. Tetapi harganya mahal banget," ringisku seraya menutup mulut dengan tangan sebelah kanan.

"Oh, jadi kamu meragukan keuangan saya?" pungkasnya, ia pun melambaikan tangan kanan ke atas kepala.

Tanpa berkata panjang lebar, rupanya Revan mengiyakan apa yang menjadi pilihan hari ini. Penjual pun datang seraya menenteng besi untuk mengkait pakaian pengantin.

"Mas, kamu yakin mau beli yang itu? Apa tidak terlalu berlebihan?" ucapku basa-basi, padahal sedari tadi sangat berharap kalau pilihan pertama itu tak bisa lagi ditawar.

Revan pun mengernyitkan kedua alisnya dan menggandeng tangan kananku untuk mengikuti penjual tadi. Setibanya di kasir pembayaran, pemuda berkumis tipis itu menatap mantap penjual.

"Mas, harga pakaian ini adalah Rp 15.000.000,- karena sedang ada diskon akhir tahun, harga menjadi Rp 10.000.000,-" ucap penjual itu seraya memberikan sovenir cantik.

Calon suami pun merogoh kantong celananya dan mengambil sebuah ATM card. Kemudian, ia memberikan pada penjual itu. Harga dibayar cash. Penjual wanita itu menyodorkan pakaian pengantin padaku.

"Ini, Mbak, pakaiannya. Terima kasih telah percaya dan berbelanja pada kami, jika ingin berkunjung kembali kami akan memberikan diskon kedua."

"Iya, Mbak. Pasti nanti saya akan sering-sering ke sini, setelah menikah," jawabku seraya mengedarkan senyum semringah.

"Semoga acara pernikahannya lancar, Mbak. Jangan sia-siakan calonnya, soalnya tampan banget," lanjutnya dengan wajah penuh kemenangan.

Dari samping kanan, Revan meringis mendapat pujian itu.

"He he he ... iya, Mbak. Saya enggak salah pilih suami kalau gitu, 'kan?" sambarku lagi.

Tanpa balas kata, kami langsung bergegas pergi keluar toko pakaian. Mungkin hari ini akan lanjut membeli cincin, akan tetapi aku tetap tenang dan menunggu Revan.

Kami bergegas menuju toko penjualan cincin. Pilihan jatuh pada sebuah cincin lingkar dengan permata biru, dan Revan pun membayar semua tanpa berpikir panjang. Berbelanja sudah selesai, kami bergegas menuju sebuah resto yang menjual menu makanan paling nikmat seantero kota Medan.

Sesampainya di resto itu, sebagai kebiasaan bahwa kami memilih posisi tempat duduk paling depan. Untuk mendapatkan pemandangan yang cantik dan memesona. Lalu, Revan menyentuh tanganku sangat lembut.

"Sis, saya mau tanya sama kamu. Tolong jawab sejujur-jujurnya," ucap pemuda berkumis tipis di hadapan.

"Iya, Mas, katakanlah."

"Kamu benar mencintai saya?" tanyanya, senyuman semringah ia lempar seketika.

Aku pun tersipu malu, mulut terasa berat untuk menjawab. "Iya, Mas. Saya mencintai Mas setulus hati."

"Terima kasih, Sayang." Revan pun mencium tangan kananku dua kali, seketika degup jantung berdetak kencang.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

aku mampir lagi nih

2022-01-13

0

AHMAD ARIANDI, S.M.

AHMAD ARIANDI, S.M.

Amin kak hehehe thanks ud mampir

2022-01-08

0

abcd

abcd

bersenang senanglah kalian berdua, nunggu banget marissa balas dendam nanti.

semangat thor buat update nya semoga selalu diberikan kesehatan❤

2022-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Insiden
3 2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4 3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5 4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6 5. Sebuah Rencana Tuhan
7 6. Peristiwa Paling Memalukan
8 7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9 8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10 9. Awal Dari Segalanya
11 10. Dari Ranjang Satu Malam
12 11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13 12. Pasung Suami Kejam
14 13. Semesta Pun Ikut Bicara
15 14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16 15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17 16. Ijab Kabul
18 17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19 18. Istri Kedua Suamiku
20 19. Sepuluh Tahun Kemudian
21 20. Tujuh Belas Tahun
22 21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23 22. Wanita Pengkhianat
24 23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25 24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26 25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27 26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28 27. Rencana Yang Gagal Total
29 28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30 29. Dan Demi Waktu
31 30. Wafatkan Aku Secara Islam
32 31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33 32. Napas di Ujung Hela
34 33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35 34. Pria Misterius Itu Datang
36 35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37 36. Sengsara Selama-Lamanya
38 37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39 38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40 39. Anakku Amnesia
41 40. Anakku Sangat Membenciku
42 41. Wanita Penghancur Kehidupan
43 42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44 43. Hati Yang Mendadak Iba
45 44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46 45. Lelaki Misterius
47 46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48 47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49 48. Terjebak Di Situasi Genting
50 49. Siapa Lelaki Itu
51 50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52 51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53 52. ATM Yang Mendadak Aneh
54 53. Kenikmatan Dunia
55 54. SMA Tunas Bangsa
56 55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57 56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58 57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59 58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60 59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61 60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62 61. Minuman Yang Memabukkan
63 62. Lompat Pagar Sekolah
64 63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65 64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66 65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67 66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68 67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69 68. Sahabat Yang Tepat
70 69. Petunjuk Dari Buku Diary
71 70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72 71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73 72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74 73. Tidak Dapat Dijelaskan
75 74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76 75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77 76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78 77. Anak Baru
79 78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80 79. Ujian Pelajaran Fisika
81 80. Apa Kabar Mantan Istriku
82 81. Duda Punya Selera
83 82. Duda Berhati Baja
84 83. Duda Berhati Baja part 2
85 84. Salah Dalam Milih Pasangan
86 85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87 86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88 87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89 88. Anak Dari Sang Duda
90 89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91 90. The Most Wanted
92 91. Pelacur Teriak Pelacur
Episodes

Updated 92 Episodes

1
PROLOG
2
1. Insiden
3
2. Apakah Tuhan Itu Ada?
4
3. Dia Hadir Walau Hanya Dalam Mimpi
5
4. Lafal Doa Selamat Dunia Dan Akhirat
6
5. Sebuah Rencana Tuhan
7
6. Peristiwa Paling Memalukan
8
7. Perselingkuhan Awal Kehancuran
9
8. Cinta Yang Mulai Terbagi
10
9. Awal Dari Segalanya
11
10. Dari Ranjang Satu Malam
12
11. Tidak Dapat Diganggu Gugat
13
12. Pasung Suami Kejam
14
13. Semesta Pun Ikut Bicara
15
14. Apakah Aku Seorang Pelakor
16
15. Jalan Kebenaran Yang Ternodai
17
16. Ijab Kabul
18
17. Darinya Aku Menemukan Kebahagiaan
19
18. Istri Kedua Suamiku
20
19. Sepuluh Tahun Kemudian
21
20. Tujuh Belas Tahun
22
21. Wajah Di Balik Hijab Putih
23
22. Wanita Pengkhianat
24
23. Awal Permainan Yang Sesungguhnya
25
24. Cinta Saudara Berawal Dari Sandiwara
26
25. Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
27
26. Kucintai Bukan Karena Harta Dan Takhtamu
28
27. Rencana Yang Gagal Total
29
28. Kerugian Bagi Umat Yang Me-Nuhankan Uang
30
29. Dan Demi Waktu
31
30. Wafatkan Aku Secara Islam
32
31. Tepat di RS. H. Anwar Mangunkusumo
33
32. Napas di Ujung Hela
34
33. Hamba Allah Pendonor Ginjal
35
34. Pria Misterius Itu Datang
36
35. Dua Malaikat di Kedua Bola Mata
37
36. Sengsara Selama-Lamanya
38
37. Siapa Om Revan Sebenarnya
39
38. Dia Bukan Ayah Kandungku
40
39. Anakku Amnesia
41
40. Anakku Sangat Membenciku
42
41. Wanita Penghancur Kehidupan
43
42. Gosip Yang Mampu Membuka Mata Hatiku
44
43. Hati Yang Mendadak Iba
45
44. Lelaki Yang Membuat Hidupku Hancur
46
45. Lelaki Misterius
47
46. Teman Yang Paling Mengerti Aku
48
47. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
49
48. Terjebak Di Situasi Genting
50
49. Siapa Lelaki Itu
51
50. Tidak Ingin Menjadi Seorang Pelakor
52
51. Titik Hancur Dari Seorang Suami
53
52. ATM Yang Mendadak Aneh
54
53. Kenikmatan Dunia
55
54. SMA Tunas Bangsa
56
55. Guru Tampan Di Sekolah Baru
57
56. Dicampakkan Oleh Suami Sendiri
58
57. Keistimewaan Janda Beranak Satu
59
58. Sekadar Ingin Membalas Dendam
60
59. Sandiwara Di Atas Sandiwara
61
60. Halusinasi Dari Sebotol Minuman Keras
62
61. Minuman Yang Memabukkan
63
62. Lompat Pagar Sekolah
64
63. Orang Baik Akan Selalu Bertemu Dengan Orang Baik
65
64. Pesona Lelaki Berkumis Tipis
66
65. Sahabat Baru Di SMA Tunas Bangsa
67
66. Dipasung Tujuh Belas Tahun
68
67. Lelaki Yang paling Setia Adalah Pahlawan Keluarga
69
68. Sahabat Yang Tepat
70
69. Petunjuk Dari Buku Diary
71
70. Lelaki Bijaksana Dan Berwibawa
72
71. Berbagi Masalah Dengan Sang Putri
73
72. Tidak Ada Kata Maaf Untuk Seorang Pelakor
74
73. Tidak Dapat Dijelaskan
75
74. Reinkarnasi Kehidupan Manusia
76
75. Semoga Masalah Itu Larut Dalam Desir Ombak
77
76. Berada Di Fase Ingin Sendiri
78
77. Anak Baru
79
78. Komedi Bu Intan Dan Pak Reza
80
79. Ujian Pelajaran Fisika
81
80. Apa Kabar Mantan Istriku
82
81. Duda Punya Selera
83
82. Duda Berhati Baja
84
83. Duda Berhati Baja part 2
85
84. Salah Dalam Milih Pasangan
86
85. Aku Tak Malu Berstatus Janda
87
86. Aku Tidak Malu Berstatus Janda Part II
88
87. Hilangnya Kenangan Sang Duda
89
88. Anak Dari Sang Duda
90
89. Akibat Tidak Mau Mengalah
91
90. The Most Wanted
92
91. Pelacur Teriak Pelacur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!