Kantor cabang dinyatakan bersih dari praktek korupsi dan suap. Pak Bram beserta jajarannya mendapatkan pujian besar di kantor British Oil & Gas langsung dari London. Bahkan, setelah kejadian itu dirinya dipromosikan jabatan untuk menjadi direktur. Semua karyawan bertepuk tangan menyambutnya.
Pak Bram semakin congkak dan lupa diri. Memang pujian itu bisa menjerumuskan, membuat seseorang merasa hebat dan berada di atas angin. Hingga lupa jika keberhasilannya berkat orang-orang yang dijadikan pijakan. Semua yang berada di bawahnya telah bekerja dengan baik. Namun, yang mendapat pujian hanya satu orang.
Dengan segala pujian untuknya, tidak ada ucapan terima kasih sedikitpun untuk Cynthia. Padahal semua itu berkat dirinya yang sangat jeli membaca laporan dan kejanggalan. Cynthia semakin diperlakukan sewenang-wenang. Disibukkan oleh pekerjaan yang seharusnya dibagi dua dengan Lulu.
Cynthia ingin menyerah, tetapi hanya berada di kantor ini dirinya merasa lebih dekat dengan Henry. Mungkin hatinya belum siap untuk menjauh, menunggu saat yang tepat meninggalkannya.
Tubuhnya semakin kurus dan terlihat lelah. Pekerjaan yang menumpuk dan harus mengikuti kemanapun Pak Bram berada, hingga mengurus hal yang tidak penting. Membelikan Lulu stoking atas perintahnya. Stoking yang dirobek oleh Pak Bram. Sebenarnya Cynthia merasa tidak kerasan berada diruangan mesum itu.
Namun, hatinya masih menyakinkannya untuk tidak menyerah saat ini. Cynthia berharap untuk dipanggil kembali ke kantor pusat. Tetapi, kemungkinan itu sangat sulit karena semua penilaian kinerja ditentukan oleh Pak Bram.
Aku tidak boleh menyerah dan tunduk pada keinginannya.
Aku tidak boleh takut untuk melangkah. Menunggu waktu yang tepat untuk keluar dari sini dengan elegan.
***
Henry datang ke kantor pusat di Indonesia, semua terguncang dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Mencari sosok yang ada dalam hatinya. Namun, tidak ada di sana. Seluruh sudut ruangan dilihatnya dengan mata di dahinya. Pak Darma segera memberikan kursi kebesarannya untuk Henry duduk. Memang sejak awal itu adalah tempatnya.
“Selamat pagi pak Henry,” ucap semua karyawan.
“Selamat datang kembali,” celoteh Pak Darma berbasa-basi. Wajahnya terkesan cemas karena kedatangannya yang mendadak.
Seorang sekretaris datang menyuguhkan secangkir kopi dan sepiring biscuit di atas mejanya.
“Di mana Cynthia, sekretarisku?” sentak Henry. Pak Darma terkejut dan menjelaskan jika dirinya memerintahkan Cynthia untuk dipindahtugaskan ke kantor cabang di bawah kepala cabang Pak Abraham alias Bram.
“Apa?” teriak Henry terlihat geram. Pak Darma bingung dengan respon Henry yang baru kali ini seperti itu. Biasanya Pak Henry meskipun tegas tetapi kalem, tidak pernah berteriak.
“Maafkan saya Pak, saya akan memanggilnya kembali kesini,” ungkap Pak Darma terkesan menyesali perbuatannya.
“Tidak perlu, biar saya saja!”
Cynthia di bawah kendali tikus got itu, aku mengkhawatirkannya.
“Oiya Pak, bagaimana dengan rekomendasi kenaikan jabatan Pak Bram?”
“Batalkan, saya tidak setuju,” jawab Henry lugas.
“Apa? B-baik Pak, saya akan membatalkan rekomendasinya,” ucap Pak Darma.
“Dan kamu kenapa masih di sini!” bentak Henry mengusir sekretaris itu. Sontak semua orang mendengar suara yang menyentak keras itu, hingga sekretaris itu lari terbirit-birit hingga menangis. Pak Darma semakin canggung untuk meninggalkan ruangan atau diam di tempat.
Pak Henry sedang mengalami Premenstrual Syndrome, mungkin. Batin Darma. Teringat istrinya yang sering mengalami perubahan mood yang meledak-ledak ketika akan datang bulan.
“Kenapa dari tadi kamu senyum-senyum sendiri? Sana kembali keruangan asalmu.” sindir Pak Henry lagi. Pak Darma segera keluar ruangan itu dan menutup pintu dengan hati-hati dan penuh perasaan.
“Lama banget, tutup pintunya!...,” bentak Pak Henry lagi.
Pak Darma keruangan asalnya yang sudah ditempati bawahannya, lalu Pak Darma melakukan yang sama membentak mereka semua sebagai pelampiasan dirinya yang habis dimarahin Pak Henry. Semua diusirnya lari tunggang langgang seperti kecoa yang disemprot disinfektan. Bubar seketika, ketakutan amukan suaranya yang menggelegar.
***
“Yonglex, cepat jemput di kantor!...,” ucap Henry. Tiba-tiba semua berdiri ketika Henry dengan tergesa-gesa tanpa ucapan pamit menuju lift.
“Ada apa yah dengan Bos? Tidak biasanya seperti itu, sikapnya menjadi emosional.” ujar semua karyawan heran.
Yonglex sudah menunggu Henry di depan lobi dengan mobil yang diminta. Henry ingin Yonglex yang mengantarnya bukan supir kantor.
“Bagaimana, Cynthia?” tanya Henry.
“Pak Bram mencoba merayunya, namun Cynthia menolak. Sehingga dirinya selalu diberikan tugas-tugas yang menumpuk.” jawab Yonglex memberikan laporan.
Sudah kuduga, Abraham sama sekali belum berubah. Jika bukan karena masih ada ikatan keluarga jauh, sudah kuhancurkan sejak dulu.
Sesampainya di kantor cabang, Henry bersama Yonglex langsung memasuki perkantoran itu dengan berjalan cepat. Semua orang terkejut hingga tidak sanggup memberinya penyambutan. Terperanjat kehadirannya yang hanya memandang ke depan tanpa menoleh apalagi mengucapkan salam. Cynthia yang sedang membawa berkas-berkas dari ruangan managemen tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya barusan. Sosok yang dirindukannya datang.
Henry, ada di sini.
“Se-selamat pagi Pak ….” Semua seakan diacuhkannya. Hingga berhamburan memanggil kepala eksekutif dan divisi. Namun, Henry hanya memberikan gestur jemari yang ditempelkan ke bibirnya seraya berkata, “tutup mulut, kalian!”
Membuka pintu kantornya, ruangan dalam adalah ruangan Pak Bram. Mendobrak pintu yang selalu tertutup itu. Henry mendapati mereka sedang berbuat mesum. Lulu berada dipangkuan Pak Bram yang sedang bercumbu mesra. Sontak mereka terkejut hingga Lulu terlempar ke lantai. Pak Bram membiarkannya terjatuh karena melihat Pak Henry yang tiba-tiba berada di ambang pintu.
“Braaaggg!” suara pintu itu terbuka oleh tendangan halilintarnya.
Tergesa-gesa Pak Bram dan Lulu membereskan pakaian yang terbuka dan celana yang melorot.
“Kamu dipecat! Tinggalkan kantor ini untuk selamanya!” bentak Henry sangat keras. Pak Bram mengejarnya sembari menaikkan celananya yang melorot.
Henry meninggalkan ruangan itu hingga bertemu dengan Cynthia di lorong. Namun, Henry mengacuhkan panggilannya yang pelan.
Henry
Sedikitpun Henry tidak menoleh pada Cynthia. Hanya berjalan lurus kedepan dengan sangat cepat.
“Pak Henry tunggu, Pak. Saya mohon beri saya kesempatan sekali lagi,” raung Pak Bram dibelakangnya berlari mengejar ketertinggalannya.
Meskipun memohon hingga ratusan kali sampai mengeluarkan darah, Henry hanya mengacuhkannya seperti kotoran di tepi jalan.
Pak Bram tersungkur bersimpuh dan menangis memohon ampunan Henry. Semua orang melihatnya dan menjadi perbincangan. Pakaian yang belum rapih tertutup, semua orang sudah tahu apa yang telah terjadi. Bahkan mereka senang akhirnya Bos mesum itu telah dipecat dengan tidak terhormat.
Henry meninggalkan kantor cabang tanpa menoleh. Misinya hanya menyelamatkan Cynthia dengan caranya sendiri.
Tubuhnya semakin kurus saja dan wajahnya terlihat letih. Batin Henry ketika berpapasan dengan Cynthia di lorong.
***
Cynthia masuk ke dalam ruangannya dan duduk dikursinya dengan pintu dalam ruangan Pak Bram yang rusak dan isakan Lulu yang masih berada di lantai. Cynthia masih syok karena kedatangan Henry yang tiba-tiba ke kantor ini. Bahkan sikapnya yang dingin terhadap panggilannya membuatnya berpikir keras.
Apa Henry membenciku sebesar itu, karena aku meninggalkannya di London.
Lamunannya terhenti karena tangisan Lulu yang semakin kencang. Cynthia membantu Lulu berdiri dan melihat dirinya yang terluka. Luka pada sikutnya akibat terbentur meja dan luka pada harga dirinya yang malu akibat perbuatannya sendiri.
"Kamu terluka?" tanya Cynthia.
***
Pencet Like, Vote, Rate 5, tambahkan ke favorit kalian dan komen yang banyak ya )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Angela Jasmine
Lanjuuuttt kakak 👍👍
2020-07-18
1
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
jejak thor
2020-07-01
1
Tw Renal
mampir lgi
2020-06-29
1