Menjadi topik perbincangan oleh rekan-rekan kerja dikantor siapakah pacar Bos?
Apalagi beliau masih bujangan, sehingga banyak yang mencoba tebar pesona kepadanya. Berbeda denganku yang berpenampilan sederhana tidak menarik dan fokus kepada pekerjaan saja.
Pemilik perusahaan itu bernama Henry Elfred. Nama yang keblaster-blasteran keturunan Jawa dan Inggris dari keluarga Ayah.
Sampai tiba saatnya, Bu Ratna merasa sudah ada pengganti dirinya. Sudah sejak tiga tahun yang lalu Bu Ratna ingin mengajukan pensiun, tetapi beliau selalu menolak karena belum ada pengganti yang bisa sehebat dirinya. Namun kali ini aku merasa bangga karena dianggap pantas untuk menggantikannya, sekaligus sedih karena harus berpisah dengan rekan kerja dan mentor yang hebat seperti beliau.
Bu Ratna ingin kembali mengurus keluarga, sudah lelah dengan hiruk pikuk hebohnya pekerjaan kantoran. Menjadi sekretaris bukan hanya sekedar berpakaian rapih, rok pendek dan senyum yang otomatis terpasang. Sekretaris adalah jembatan penghubung dari dalam dan luar perusahaan, tidak hanya itu sekretaris juga bisa dianggap sebagai keluarga karena lebih mengetahui seluk beluk setiap atasannya melebihi dari istrinya
sekalipun.
Namun, selama aku bekerja belum pernah mengurusi hal yang pribadi, menurutnya Henry memang seorang yang sangat misterius dan menyimpan masalah pribadinya sendiri.
Aku juga mendengar desas desus mengenai Bos Henry, rekan-rekan dikantor ada yang mengatakan bahwa beliau seorang playboy dan suka bermain kasar, maklum saja dirinya seorang bujangan kaya raya. Namun, aku tidak menggubrisnya mereka memang sering bergunjing. Lagipula aku hanya ingin fokus bekerja dan sebatas antara atasan dan bawahan, tidak mungkin akan terlibat hal-hal diluar batas.
Aku yakin mereka telah salah menilai Bos Henry, beliau tidak pernah memandang atau merendahkan selama bekerja disini.
Suatu hari aku beserta beberapa rekan kerja, pemilik perusahaan dan investor terbesar harus menghadiri sebuah tinjauan langsung ke lokasi pengeboran minyak ditengah lautan. Kami harus menggunakan pesawat komersil dan helikopter perusahaan untuk dapat ketempat tersebut. Ini adalah pertama kalinya ketempat seperti itu.
Pengalaman pertama tidak ada yang memberitahu soal pakaian. Tetap memakai rok dan sepatu hak tinggi seperti biasa. Tapi apa boleh buat sudah terlanjur. Dua helikopter kami mendarat mulus disebuah hangar kecil ditengah laut sebagai lokasi pengeboran.
Perusahaan Henry-lah yang membuat kerangka-kerangka besi itu bisa berdiri ditengah lautan sampai kedasarnya sehingga minyak yang ada didasar bumi bisa diambil. Aku takjub dengan besi-besi raksasa, kerangka-kerangka yang menjulang tinggi diatas kedalaman lautan. Saat itu mereka memberikan kami helm dan rompi pelampung.
Apakah ini untuk berjaga-jaga jika ada kondisi terburuk terjadi, saat itu bulu kudukku berdiri memikirkannya.
Angin kencang yang sering membawa tubuh kurus dan mungil ini kearah kanan dan kiri membuat jengkel pemilik perusahaan itu.
Menoleh kearahku yang seakan-akan jijik atau bisakah kau berjalan lurus atau sebaiknya kamu pulang saja, makan dan tidur, begitu pemikiranku tentang tatapannya itu.
Aku menjadi semakin tidak percaya diri olehnya. Apalagi dengan sepatu hak tinggi ini membuatku tidak seimbang berjalan diterpa angin dan medan yang tidak rata. Ingin pergi dari sini cepat-cepat rasanya. Berusaha untuk tidak terjatuh atau terpeleset. Lalu hal itu terjadi tapi lebih parah, karena terlalu fokus dengan jalan sampai tidak melihat bahwa harus menunduk. Aku terbentur kencang kerangka besi dan terjatuh lalu tidak sadarkan diri.
Terbangun, berada di hotel dan tidak ingat apa yang terjadi. Di sebuah cermin terlihat sebuah perban yang menempel menutupi dahi. Teringat membentur kerangka besi. ceroboh sekali aku. Cynthia mengecek telepon ada
Beberapa panggilan masuk tidak terjawab beberapa kali dari Pak Benny Manager kantor, dan pesan yang bertuliskan, “ Cynthia, kami kembali kekantor setelah melihat kondisimu cukup bagus. Jangan kuatir ada Pak Henry disana.”
Mati Aku, dalam hati.
Tak lama kemudian, Bos menelepon aku ragu-ragu mengangkatnya.
“Kamu sudah sadar? ayo turun temani saya makan malam,” ucapnya.
“I-iya pak saya siap-siap d-dulu,” sahutku.
“Jangan lama-lama saya tunggu pukul 19.00 di restauran.” sahut Henry tegas langsung menutup teleponnya.
Aku syok saat itu, Henry memang terkesan tegas, galak dan membenciku kenapa dia ingin aku menemaninya makan malam. Dasar Bos aneh.
***
Kemudian aku melihat jam dinding menunjukan pukul 18.45, padahal belum mandi dan bersiap-siap.
“Gawaaaattttt! ...,” ucapku sambil melompat kearah tempat tidur kesisi sebelah kanan dan berguling sebanyak tiga kali agar segera sampai ke lantai dan bangkit lalu berlari ke kamar mandi. Aku seperti Rambo yang sedang menghindari rentetan peluru yang bertubi-tubi.
Mandi dan dandan dalam waktu 15 menit, lumayanlah yang penting rapih dan wangi. Aku menggunakan gaun terusan pendek sederhana berwarna soft pink. Menurutku ini sopan, tidak
terlalu pendek. "Oh tidak sudah pukul 19.15, aku bergegas dengan berlari!"
Padahal kepalaku masih sedikit pusing.
Ketika sampai di restaurant, mengamati dan mencari Bos Henry berada. Seorang pelayan menghampiriku dan menanyakan.
“Ibu bernama Cynthia?” sahut pelayan itu.
“Iya ...,” sahutku singkat sambil mengangguk-anggukan kepala.
“Bapak Henry sudah menunggu sejak tadi … silakan lewat sini ruangan VIP,” sahut pelayan itu.
“Mas … mas … Bos Henry sudah berapa lama disini?” sahutku berbisik sambil mengikutinya dari belakang.
“Kira-kira setengah jam lebih,” sahut pelayan itu membalas bisikan.
“Bunuh saja akuuu …,” sahutku lemas. Kaki ini gemeteran melangkah sampai kepintu.
Menarik napas panjang dan menyuruh pelayan itu untuk tidak membuka ruangannya terlebih dahulu. “Biar Saya menenangkan diri dulu mas, Saya belum siap.”
Pelayan itu menyetujuinya sambil menunggu kode tanda siap dariku. Ketika keadaan sudah sedikit tenang dan dalam pikiran sudah ada beberapa alasan keterlambatan yang akan kukatakan kepada Bos.
"Aku siap! Bring it on."
Ketika pintu terbuka, aku melihat Bos Henry sedang berdiri membelakangiku didekat jendela-jendela berkaca besar itu, sedang memandangi kearah luar. Kami berada dilantai 28 dan sama sekali tidak takut melihat ketinggian. Memegang segelas minuman beralkohol dan sisa botol diatas meja yang hanya tersisa seperempat.
'Belum pernah aku melihatnya dengan seperti ini'
Aku takut bagaimana jika bos mabuk dan takut mengganggu ketenangannya. Situasi ini agak canggung. Lebih baik tadi bos menyambutnya dengan makian dan hinaan karena diriku sudah terlambat, lalu aku menangis kembali ke kamar, selesai. Namun situasi diluar bayangan ini membuatku frustrasi, apa yang harus dilakukannya.
Aku mulai melangkah mendekatinya dan mencoba menyapanya, melangkah sedikit demi sedikit, betisku terasa gatal. Aku menggaruknya dengan ujung sepatu. Begini kebiasaan jika aku gugup. Melakukan hal-hal aneh.
“Bo … eh Pak Henry, maaf saya terlambat, tadi … ada tel ...,” sahutku terpotong.
“Baru kali ini ada seseorang sepertimu yang membiarkan seseorang yang berharga sepertiku menunggu ....” Henry berbalik dan mendekati.
“Ma-maaf Pak sa-saya tidak bermaksud membuat anda menunggu ...,” sergahku sambil melangkah mundur.
“Bapak bisa saja langsung memulai makan malamnya, saya akan pergi saja,” ucapanku terpotong.
Pertama kalinya Aku melihat mata Pak Henry begitu indah, matanya begitu coklat dan guratan biru disekeliling retinanya.
"Jangan pergi Cynthia, kumohon temani aku makan malam, aku tidak suka makan sendirian."
"Baiklah," ucapku segan untuk menolak ajakannya.
Pak Henry menarik kursiku sebagai sikap kesopannya. Mendadak dirinya membungkam mulutku dengan tangannya. Memelukku lembut dari belakang. Aku hanya terpaku dengan perlakuannya.
Aroma tubuhnya tercium dan sangat menyegarkan. Baru kali ini ada yang memelukku seperti ini.
“Diam berpura-puralah kau menikmatinya selama 5 menit,” ucapnya berbisik.
"Apa?" aku tidak paham maksudnya.
Aku bingung harus apa, berada dibawah kendalinya.
Tiba-tiba, muncul seseorang yang langsung membuka pintu, seakan itu adalah penggerebekan sebuah skandal besar. Seorang wanita cantik dan elegan berwajah barat kearaban masuk tanpa diundang.
Sepertinya Bos Henry mengetahui bahwa wanita ini akan datang.
“Come on Henry you have never changed at all, lets talk about business,” sahutnya wanita itu.
Aku melihat ada seseorang diluar yang menggunakan kameranya dan mengambil foto wanita itu. Sebuah kilatan dari kameranya terpancar, siapa wanita itu.
“You ruined my dinner!” pungkas Henry kesal.
“I’m not interested in talking to business with you, Go Away. “Our business is
done, traitor.” Henry murka dan mengusir wanita itu.
Wanita itu jengkel melihat sikap Henry yang menghiraukannya lalu pergi.
Melihat wanita itu pergi Henry seperti semakin murka dan melimpahkan amarahnya kepadaku. Aku merasakan degup jantungnya yang cepat dan wajahnya yang berubah pucat menahan marah.
Lalu, Henry menempati kursinya dan memanggil pelayan. Aku melihat wajahnya sedikit gusar. Semakin bingung harus berbuat apa. Situasi ini sangat canggung. Aku takut jika bertanya akan merusak mood-nya.
"Bisakah kau tersenyum, paling tidak itu membuat hatiku tenang," ucapnya tiba-tiba.
Deg!
Deg!
Apa maksud ucapannya itu.
Aku menyeringai kaku.
"Kau sangat jelek," ucapnya lagi.
Sontak aku cemberut. Tadi disuruh senyum sekarang dia bilang aku jelek. Dasar aneh.
Makan malam dengannya berdua saja, seperti sepasang kekasih. Tergelak tawa namun menahannya sekuat tenaga. Aku tidak mau membuatnya kesal.
"Kenapa senyum-senyum?" tanyanya.
Kenapa Henry bisa tahu padahal matanya fokus pada makanan didepannya. Apa dia punya mata didahi juga.
"Tidak ... tidak apa-apa Pak, hanya teringat sesuatu yang lucu."
"Boleh aku tahu apa yang membuatmu bisa tertawa seperti itu," ucapnya sembari menatap dan tersenyum manis.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungku memompa lebih cepat. Sepertinya jantung ini diserang oleh martil senyumanya yang dahsyat.
"Pak, bisakah bapak tidak tersenyum seperti itu," ucapku spontan.
Glek!
Meneguk air mineral.
"Kenapa?" ucapnya santai sembari mengiris steak dipiringnya.
"Jelek ... ya jelek!" membalasnya.
"Apa? ... aku jelek? Hahaha ...." Dirinya tertawa terbahak-bahak. Seakan itu sangat lucu baginya. Mungkin baru kali ini ada yang mengatakan dirinya jelek.
"Emang lucu Pak?"
"Iya lucu ... baru kali ini ada yang berani mengatakan itu langsung di depanku!"
Setelah menyelesaikan makan malam, Henry mengajakku ke sebuah taman dihotel. Sehabis makan kebiasaannya untuk bertelanjang kaki menapaki rerumputan. Dan, aku menemaninya melakukan itu. Ternyata kaki ini terasa sangat geli seperti diserbu oleh ribuan semut yang menggerayangi.
"Hihihi ...."
"Ada apa?" tanyanya sembari tersenyum.
"Lucu sekali rasanya,seperti ada yang menjalar mengelitiki. Baru kali ini aku merasa sangat geli." seruku.
Henry memandangiku dan matanya bersinar. Aku tidak sanggup melihatnya. Sungguh sejak tadi hati ini seakan ingin keluar dari tempatnya. Aku kuatir terkena serangan jantung.
Tiba-tiba, Henry mencium bibirku lembut. Aku terbelalak dibuatnya, sedang dirinya menutup mata dan seakan menikmatinya. "Apa yang harus kulakukan?"
Mendorong tubuhnya agar menjauh. Aku bingung dan berlari darinya.
"Cynthia ...," ucapnya memanggilku. Namun aku terus berlari menuju kamar.
Masuk kedalam kamar dan menguncinya. Apa yang baru saja terjadi padaku. Pak Henry menciumku, apa dia pikir aku wanita murahan yang bisa diperlakukan seperti ini. Ciuman pertamaku dengannya, apa dia sedang mempermainkanku. Mungkin dia pikir aku anak kecil yang mudah diperalat. Tidak bisa, aku bukan perempuan seperti itu. "Awas saja yah, Bos. Akan kuberi pelajaran!"
Menelepon Pak Benny,aku berniat untuk melaporkan kejadian ini.
Nada sambung yang belum terangkat. Setelah sepuluh kali dering akhirnya tersambung.
"Halo, siapa malam-malam begini yang telepon?" seru Pak Benny yang terbangun.
"Halo Pak ini Cynthia ... maaf pak saya mau!"
"Cynthia ada apa, kamu sakit?" serunya lagi.
"Ah ... tidak pak ... saya mau melap ...," terpotong lagi.
"Pak Henry baik-baik saja?" tanyanya.
"Ah ... iya pak. Saya cuma mau tanya kapan bisa pulang?" mengurungkan niat untuk melaporkan kejadian ini. Aku malu.
"Sebaiknya kau tanya Pak Henry langsung yah, kau kan sekretarisnya," balasnya.
Tiba-tiba sambungan terputus.
***
Berikan like, vote, boom dan comment ya )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Sonetha
lanjut
2020-08-26
0
ayyona
nyicil baca 😍
2020-07-24
1
Pembacaaaa_
Aku mampir kak. Otw boom like😚
2020-07-13
1