Henry menciumku lagi, bibir hangatnya menyentuh erat bibirku. Tangannya yang memeluk dan jemari satunya yang menyentuh pipiku dengan lembut. Entah apa yang merasukinya, namun aku membalasnya. Merasakan ritme yang sama seperti sedang berdansa di lantai dengan alunan musik yang belum pernah didengar. Namun gerakan kami seakan mengalun seirama. Tidak ada yang memandu, hanya bimbingan gairah.
Tubuhnya bergetar seakan menahan sesuatu. Lalu melepaskan pelukan itu dengan lembut dengan napas yang masih memburu di depan wajahku. Henry menyentuh wajahku sekali lagi dan berucap, “aku menyukaimu," sembari memberikan tatapan yang paling jernih dan memukau yang belum pernah kulihat dan kurasakan sebelumnya.
Tiba-tiba pintu lift terbuka dan para petugas segera menolong kami dan membantu berjalan.
Para perusak kesenangan akhirnya muncul, pikirku dalam hati.
“Lagi seru juga,” ujarku pelan.
“Kamu bicara apa?” tanya Henry.
“Ah, tidak syukurlah pintunya terbuka hehe …,” balasku berdalih.
Semua staf hotel meminta maaf atas insiden itu dan menyiapkan jamuan untuk makan siang, namun kami harus segera mengejar pesawat menuju Jakarta. Akhirnya pihak hotel meminta bantuan kepolisian lalu lintas untuk membuka jalan untuk kami.
Setelah semua sudah siap dengan bawaan, kami diantar oleh pihak hotel dan pengawalan polisi. Sepanjang jalan Henry kembali dingin dan kaku, tidak seperti tadi dalam lift.
“Kenapa aku mengingatnya terus, ciumannya, napasnya selalu berseliweran.”
Sedangkan Henry masih saja sibuk dengan ponselnya, membicarakan laporan, perencanaan, apa dirinya tidak pernah memikirkanku sedikit saja.
“Cynthia, tolong berkas hal 10,” ucapnya sembari mengambil dari tanganku.
“Tidak bilang makasih pula,” seruku jengkel.
“Apa yang kamu katakan Cyn?” tanyanya.
“Ah, tidak … aku hanya haus, ya haus.” Sembari mengangkat bibir atasku 45 derajat dan menggerakkannya.
Dasar canggung, cah nanggung.
***
Kembali ke kantor pusat semua karyawan sedang berkerumun melihat sesuatu.
“Pagi semuanya,” ucapku.
Semua menoleh kearah Pak Henry dan serentak bubar barisan.
“Selamat pagi Pak Henry,” ucap semuanya berbarengan.
Pak Henry hanya menganggukkan kepala tanpa kata. Aku mengikutinya dari belakang namun penasaran dengan yang sedang mereka bicarakan.
Kemudian rasa penasaranku semakin besar ketika mba Silvi memanggilku untuk keluar ruangan. Memperlihatkan sebuah bacaan yang popular, “Scandal Magazine”. Sebuah spoiler yang terdapat dihalaman belakang, skandal di Kalimantan. Terlihat foto yang disamarkan Pak Henry dan seorang wanita sedang bermesraan disebuah ruangan. Tergelak aku ingin memastikannya dan menarik majalah itu lebih dekat.
Mencoba untuk memastikannya, ini adalah restoran di hotel itu dan wanita yang dipeluknya adalah … aku. Tapi, kenapa nama yang tertulis adalah Thalifa Guzman.
“Kamu tidak lihat wanita ini disana, Cynthia?” tanya Silvi padaku.
Aku masih mencoba menalar ini semua, kemana arahnya akan bermuara.
“Hei, kamu selalu bersama Pak Henry kan? Apa kamu tidak lihat wanita ini bersamanya?” tanya lagi penasaran.
Aku hanya menggeleng-geleng kebingungan.
Pak Henry sedang menelepon diruangannya dan raut wajahnya berubah, seperti ada yang gawat. Pak Benny selaku manager dan beberapa staff penting memasuki ruangannya. Dan membawa majalah itu. Mereka menutup tirainya dan membicarakan hal rahasia.
Selang lima belas menit Henry dan manager pergi dengan tergesa-gesa. Dirinya tidak memberitahuku apa yang terjadi, bahkan menengok saja tidak.
“Setidaknya beritahu aku, apa yang harus dikejakan!”
Pak Darma seorang staff eksekutif memberikanku sebuah map berisi tugas yang harus dikerjakan.
“Cynthia, mulai hari ini saya yang ditugaskan untuk beberapa hari menggantikan Pak Benny.”
“Perhatian semuanya, jika ada telepon dari media atau apapun yang tidak ada kaitannya dengan bisnis perusahaan, tidak perlu ditanggapi … dan mulai hari ini saya akan menggantikan sementara,” ucap Pak Darma kepada seluruh karyawan.
Semua mulai bergunjing tentang kaitannya dengan spoiler pada majalah itu. Aku hanya kuatir dengan Henry. Sebenarnya apa yang terjadi.
***
Henry menghilang, sudah sebulan ini dirinya tidak muncul di kantor. Kemungkinan Henry sedang berada dibelahan dunia yang lain, yang jauh dari sini. Tanpa kehadirannya membuatku sangat rindu.
Rindu jika mengingat bicaranya yang kaku dan datar seperti robot. Cara berjalannya yang serius dan menawan, dan tatapannya yang penuh kharisma. Aku tidak mengenal baik dirinya, tetapi ada perasaan misterius yang tidak bisa diterka soal dirinya. Membuatku semakin tertarik ingin tenggelam bersamanya.
“Aku merindukanmu,” ucapku sembari tersenyum.
“Aku merindukanmu juga … Cynthia,” balas Pak Darma.
Sontak aku berdiri tidak sadar jika aku mengucapkan itu didepannya. Sosok yang ada dimeja Pak Henry adalah Pak Darma.
“Maaf pak,” seruku menahan malu.
“Makanya jangan kebanyakan nonton drama korea,” ucapnya menegur.
“B-baik Pak, tidak akan saya ulangi.”
***
Melangkah pulang dari kantor, sebelumnya nenek menelepon untuk membelikannya seporsi capcay goreng. Aku tinggal hanya dengan nenek, kedua orangtuaku sudah meninggal dunia ketika masih kecil. Hanya aku satu-satunya keluarga nenek, makanya selepas lulus SMA ingin langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan.
Teringat kejadian tadi di kantor, aku mengatakan yang tidak seharusnya.
“Masa aku bilang merindukanmu di depan Pak Darma,” ucapku kesal.
Sembari melompat-lompat kecil dan mengacak-acak rambutku. Aku sudah gila sepertinya.
“Kenapa sih Henry tidak memberiku kabar, apa dirinya baik-baik saja?”
Sejak tadi aku ingin meneleponnya atau mengirimnya pesan singkat, cuma aku takut.
Kuberanikan diri saja mengirim pesan singkat. Alasannya pekerjaan, pura-pura bertanya dan bilang kalau Pak Darma kurang jelas menerangkannya. “Iya seperti itu saja.”
“Henry, eh salah hapus. Pak ….” Tulisku dalam pesan singkat itu.
“Kirim tidak yah? Kirim, tidak, kirim, tidak, kirim ….” ampun sembari berjongkok dan menutup kedua
telinga. Aku takut mendengar balasannya.
Tiba-tiba,
“Apa?” balasannya.
Cepat-cepat melihat kedalam pesan itu.
“Apa? cuma Apa? benar-benar ini orang yah tidak tahu perasaan, kalau ada yang merindukannya setengah mati,” melompat-lompat kesal, ingin rasanya kubanting saja ponsel ini.
“Kangen apa kesal?” ucapnya
Aku jawab, “Kangen ….” Sembari menoleh suara itu berasal.
Ternyata Henry sejak tadi sudah berdiri dalam kegelapan, dibawah tiang lampu taman.
“Oh tidak, Henry sejak tadi melihatku … aku malu,” aku berlari menjauh menghindarinya.
“Tunggu, Cynthia. Jangan pergi, aku ingin bertemu denganmu,” ucapnya.
Langkahku terhenti dan berbalik padanya tanpa mengucapkan apa-apa. Rasanya jantungku berdetak lebih cepat dan membuat mulut ini tidak mengeluarkan suaranya. Henry berjalan kearahku, semakin dekat dan dekat.
Orang yang sudah kurindukan selama sebulan ini berada didepan, dan hanya mematung. “Payah banget aku.”
“Hihihi … pakaian apa ini? Kenapa seperti anak muda,” ucapkku geli.
“Sstttt … tadi katanya kangen, koq diam saja.”
“Tadi kangennya sekarang cuma kesel,” seruku sembari merengut.
“Yauda, aku peluk saja biar reda keselnya,” ucapnya memelukku dengan erat. Dibawa lampu taman ini semuanya terlihat indah dan hangat.
“Cynthia, ikut aku yuk,” serunya.
“Kemana?”
“Sebentar saja, aku tidak punya banyak waktu. Besok harus ke London!”
“Baiklah.”
Lalu, tangannya menggenggam tanganku erat.
“Tunggu, nenekku sedang menunggu capcay goreng dan aku harus memberitahunya jika pulang terlambat!”
“Baiklah akan kusuruh orangku untuk mengantarkannya.”
Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
***
Aku dibawanya kesebuah apartemen yang eksklusif dengan penjagaan sangat ketat. Hanya orang-orang tetentu saja yang bisa membelinya. Terutama saat ini pengawalan beberapa orang yang menjaga kami hingga kesini, sebenarnya ada apa ini.
“Masuklah …,” ucapnya menyuruhku untuk masuk kedalam.
Aku terkesima dengan indah dan luasnya apartemen ini. Seluas bangunan rumah utuh yang menapak. Bahkan lebih indah dengan perumahan yang ada. Untuk apa orang-orang kaya membelinya, sedangkan mereka bisa membeli tanah dan membangun rumah dimanapun.
“Ini tempat rahasiaku, tidak ada yang tahu selain dirimu.”
“Apa kamu mau sesuatu, aku akan membuatkannya!”
“Apa saja, boleh aku berkeliling?”
“Silakan.”
Henry membuatkan roti sandwich dan sup untukku. Dirinya tahu jika aku belum makan malam dan berharap bisa makan bersama neneknya. Henry menaruh sajiannya didepan meja dan menyalakan televisi.
“Cynthia, kemarilah kamu pasti lapar!”
“Baiklah.”
Aku tersenyum dan melihat semuanya terlihat enak, lalu kami makan bersama. Aku terlihat sangat lahap ucapnya. Memang benar sandwich ini sangat lezat dan penutup semangkuk sup sangat cocok untuk menghangatkan perutku yang mudah kembung.
“Enak sekali, terima kasih Henry … maksudku Pak Henry!”
“Hehehe ….” Senyumannya menyeringai.
“Cynthia, kemarilah,” ucapnya sembari memupuk-mupuk sofa itu agar aku menempatinya.
Henry melihatku tidak dengan mata didahinya lagi, dan mengatakan jika aku bisa memanggilnya dengan Henry saja tidak perlu pakai Pak. Jika sedang bersamanya, berbeda jika sedang di kantor.
“Ingin rasanya membawamu pergi, tapi posisiku saat ini belum kuat. Tapi, aku akan kembali.” ucapnya.
“Setelah beberapa bulan purnama? ...,” ucapku meledek.
“Apa?”
“Ah tidak aku becanda, itu di film yang lain,” ucapku.
“Hahaha … kamu sangat lucu Cynthia, bisa membuatku selalu tertawa.”
“Selalu?”
“Yah.”
“Apa kamu suka denganku karena aku lucu?”
“Ehem” jawabnya sembari berdehem.
“Bagaimana dengan sifatku yang lain?”
“… yang mana?”
“Yang ini ….”
Aku menciumnya dengan kerinduan memuncak. Menaiki yang sedang tidak siaga, Henry menerimaku dengan pelukan yang lebih erat. Seakan inilah perjumpaan kita yang terakhir.
**********, menyentuhnya dan merabanya. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Aku ingin melucutinya, dengan gejolak gairah yang sudah menggebu-gebu.
Seluruh tubuhku mulai merasa panas seperti ada kebakaran disana, sini. Sirene berbahaya memanggil, tidak ada yang bisa memadamkannya kecuali dengan pelampiasan hasrat.
“Oh Henry ….” Eranganku menjadi-jadi.
***
Di pencet like tiap episode, pencet rate 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
cyntia,kamu.nakal y
2020-08-31
0
Jeng Anna
wadidawww
2020-08-26
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
hai... aku mampir salam hangat dari Rahasia Hati...
2020-07-24
1