Suara burung willow tit kecil yang bercuit di atas atap kayu, ukurannya seperti burung Gereja dengan tubuhnya yang mungil dan warna bulu hitam di kepala mirip burung Cendet Blangkon. Suara angin bergemuruh yang terasa menakutkan untuk berada di luar saat ini. Cynthia kembali menarik selimutnya dan tidur untuk beberapa saat lagi.
Hingga terasa menghangat dan perapian yang sudah terbakar habis hingga menjadi abu. Sinar matahari yang menerangi, merasuk sukma. Menjalar hangatnya keseluruh tubuh hingga bulu kuduk kembali merunduk.
Berada dalam pelukan seseorang tanpa pakaian meskipun terbalut selimut seluruh tubuhnya, tetap membuatnya merasa telanjang. Sontak membuatnya terkejut. Kepala Cynthia yang bersandar di bahu Steven dengan tangannya yang mungkin sejak semalam memeluk. Dirinya berteriak sangat kencang.
“Ada apa?” keluh Steven yang masih rapat kedua matanya sembari terduduk.
Cynthia menamparnya hingga membuat Steven membelalak. Cynthia langsung meninggalkannya dengan wajah marah, mengambil pakaiannya yang dijemur dan mencari tempat untuk memakai baju.
“Apa salahku, apa?” keluh Steven planga-plongo kebingungan.
Menyiapkan sarapan bersama, makanan kaleng berupa ransum dengan daging kornet dan secangkir kopi panas, perpaduan yang sangat ciamik. Seteguk kopi panas yang langsung membuat tenggorokan terasa nyaman.
“Bagaimana kamu bisa menyukainya?” Steven penasaran sembari meneguk kopinya di depan katel yang menyala. Cynthia terkejut hingga hampir menyemburkan kopi itu.
“Kenapa? Apa Henry tidak pantas disukai?” jawab semaunya.
“Aku hanya penasaran saja, kenapa Henry suka dengan singa betina yang galak sepertimu,” ucapnya sembari menuangkan ransum yang sudah matang.
“Menyukai seseorang itu tidak perlu alasan, tiba-tiba terasa mendebarkan. Itu saja,” celoteh Cynthia santai.
“Jadi, bagaimana kamu tahu jika debaran itu tepat untukmu?” sembari memberikan semangkuk makanan untuknya. Cynthia mengambil dengan senyuman. Perutnya sudah sangat lapar.
“Aku tidak tahu, ini debaran pertamaku,” ucapnya jujur.
“Apa kalian sudah melakukannya?” timpal Steven sembari memasukkan sesendok besar makanan. Cynthia hampir tersedak hingga ingin memukul Steven yang sudah bertanya seperti itu.
“Apa, aku hanya bertanya. Lagipula kamu sudah dewasa,” ledek Steven menggodanya. Sembari menanti jawaban itu yang membuatnya penasaran.
Cynthia tidak menjawabnya, hanya memakan sarapannya hingga mulutnya penuh.
“Jangan-jangan, tadi malam adalah pengalaman pertamamu tidur tanpa busana dengan seorang laki-laki?” Steven yang semakin senang menggodanya.
“Steven! Kamu sangat menyebalkan,” keluh Cynthia semakin geram. Hingga tidak menghabiskan makanan itu.
“Habiskan makannya, aku hanya becanda,” tutur Steven sembari mengambil mangkuk itu dan memberikannya pada Cynthia untuk dihabiskan.
Aku hanya cemburu saat ini.
Batin Steven mengerang hebat.
***
Ketika keluar kuda putih bernama Wine yang diikat Cynthia tidak ada di sana.
“Astaga, kemana perginya Wine itu?” sembari mengelilingi sekitar gubuk. Wine tidak ada di sana.
Steven keluar melihat Cynthia yang kebingungan mencari kuda putihnya.
“Wine menghilang?” semakin frustrasi memikirkannya. Cynthia kuatir jika harus mengganti kuda mahal itu.
Wine tidak mungkin tersesat kan.
“Mungkin tadi malam ikatannya tidak kencang dan saat ini Wine sudah kembali ke kandang,” tutur Steven mencoba menenangkannya.
Mereka sudah bersiap-siap untuk kembali, Braco akan menuntun jalannya. Menunggangi Braco bersama. Di perjalanan ada yang mengganggu pikiran Steven sejak tadi. Dirinya ingin menanyakan satu hal padanya.
“Cyn, apa kamu tetap akan pergi ke London menemuinya?” Steven sedang berusaha mengutarakan apa yang ada dipikirannya. Di atas kuda Braco kesayangan Henry berwarna hitam pekat dengan rambut dan mata yang indah.
“Maksudku, apa kamu sudah siap dengan bahayanya. Aku hanya kuatir kamu terluka,” sambung Steven sembari menoleh pada Cynthia.
Cynthia membalas tatapannya, cukup lama mereka memandang dan terasa debaran yang berbeda dengan milik Henry. Cynthia pernah merasakan debaran di dekat Henry dan kali ini hatinya kembali berdebar. Mungkinkah seseorang bisa berdebar dengan dua pria bersamaan.
Benar ucapan Steven, bagaimana bisa membedakan debaran itu.
Tangan Cynthia yang melingkar pada pinggangnya, membuatnya semakin erat mendengarkan debaran itu.
“Hei, koq melamun?” keluh Steven yang menanti jawabannya.
“Aku enggak tahu jawabannya saat ini, namun Henry patut kuperjuangkan,” balas Cynthia.
“Lalu, bagaimana denganku? Apa aku tidak patut? Kamu bisa memilih di sini saja dan pergi denganku,” raung Steven tanpa sadar mengeluarkan seluruh isi pikirannya.
“Apa?” Cynthia terlihat bingung dengan ucapan Steven.
“Maaf, sepertinya benturan di kepalaku semakin parah saja.” Steven berusaha menutupi isi hatinya. Memacu tali kekang Braco agar lebih cepat berlari. Cynthia semakin erat memeluknya di belakang.
***
Braco melaju dengan kencang, terang saja kuda hitam ini menjadi kesayangan Henry. Selain pintar dan gesit, kuda ini sangat penurut. Braco seakan mengerti dengan keinginan tuannya. Mudah sekali menyuruhnya untuk berjalan atau berlari kencang. Henry benar-benar beruntung bisa memiliki apa saja yang diinginkannya. Pasti dirinya membeli Braco dengan harga selangit.
Hingga sampai kerumah kayu yang megah itu. Mr. Jack sudah menanti sejak tadi dengan beberapa pengawal yang telah bersiap untuk diperintahnya mencari Cynthia dan Steven.
“Syukurlah kalian sudah kembali, hampir saja aku menyuruh orang untuk mencari kalian setelah Wine kembali tanpamu, Cynthia,” seru Mr. Jack menjelaskan. Mendekati mereka yang sejak tadi hanya berdiam diri seperti sedang berpikir.
Braco menurunkan mereka dengan menekuk kakinya agar Steven dan Cynthia bisa turun dengan mudah. Steven tanpa bicara apa-apa seakan menahan amarah berlalu ke dalam.
Mr. Jack seakan bingung dan bertanya dalam hatinya.
Ada apa dengannya?
Tiba-tiba Steven berbalik dan bertanya.
“Oiya, berapa harga Braco?” ungkapan Steven sedikit kesal.
“Apa? Braco tidak dijual itu kesayangan Henry,” Jawab Mr. Jack sembari menelaah apa tujuan Steven bertanya tentang Braco.
“Maksudku, berapa Henry membeli Braco?” sembari menolak pinggang. Hatinya sedang gusar karena Henry selalu mendapatkan apa yang disukainya.
“Braco tidak dibelinya …,” timpal Mr. Jack santai.
“Yang benar saja?” balas Steven tidak percaya. Cynthia juga semakin penasaran dengan cerita Braco.
“Lalu darimana Henry mendapatkannya?” tanya Cynthia mendekati Mr. Jack.
Mr. Jack menceritakannya kalau Braco dibawa pulang oleh Henry ketika dirinya menghilang di hutan. Suatu hari, ketika dirinya hilang semalaman, keesokan harinya membawa Braco dengan menunggangnya. Terdapat luka di dekat matanya yang hingga kini masih membekas.
Braco adalah kuda liar yang hidup di lereng seberang hutan ini. Entah kedatangannya menyebrangi wilayah yang cukup curam dan berbahaya hanya untuk menolong Henry. Terlebih Braco tidak bisa ditunggangi selain olehnya.
“Sepertinya Braco yang menyelamatkan Henry ketika menghilang di hutan,” cerita Mr. Jack.
Sesungguhnya Mr. Jack hanya mendengar sedikit dari Ayahnya yang mengasuh Henry sejak kecil. Ketika Ayahnya meninggal, Mr. Jack yang mengelola seluruh properti milik keluarga Henry yang tidak diketahui keberadaannya itu.
“Hah … beruntung sekali Henry, apa dirinya semacam malaikat atau manusia super!” Steven semakin berang mendengar kisah henry dengan Braco.
“Seharusnya kamu bangga bisa menunggangi Braco dan tidak mengeluh soal itu,” sindir Mr. Jack sambil lalu. Lalu Mr. Jack memberikan informasi jika sebentar lagi helikopter akan menjemput kita ke hanggar. Pesawat jet pribadi sudah menunggu untuk tujuan ke London.
“Sepertinya, pekerjaanmu sudah selesai di sini,” sindir Mr. Jack berteriak.
Steven semakin kesal karena merasa dirinya tidak berguna. Seharusnya Steven senang jika pekerjaannya sudah selesai. Misinya membawa Cynthia kepada orang kepercayaan henry telah komplit. Namun, hatinya gundah karena ada sesuatu yang mengoyak dirinya. Steven merasa akan kehilangan Cynthia jika melepasnya pergi ke London.
***
Setengah jam menunggu akhirnya helikopter itu datang. Kuda-kuda mulai berlarian. Entah kenapa berat meninggalkan tempat yang membawa kenangan bersama Cynthia dan juga Braco.
Cynthia dan Mr. Jack sudah naik ke helikopter. Tiba-tiba Steven berlari kearah helikopter dan ikut naik kesana.
“Tugasku belum selesai! Henry menyuruhku untuk mengantar Cynthia hingga bertemu dengannya,” gertak Steven sembari menatapnya. Mr. Jack hanya memberikan tatapan balik sinis itu dengan senyuman kecut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
yulia ari
semangatt
2020-07-17
1
Angela Jasmine
Semangat kakak 👍👍
2020-07-15
1
yuli novelis🕊🕊
Semangat 🙂🙂
2020-07-13
1