Episode 11 Benci Melihatmu Terluka

Derungan kencang dari mesin mobil balap yang ditancap dengan kecepatan penuh. Mengejar waktu untuk segera berada di sisinya yang saat ini sedang mengalami kritis. Cynthia bertahanlah.

Melesat bagaikan peluru, menyalip mobil-mobil di depan. Yonglex menghubungi seseorang. Tiba-tiba dua mobil polisi memberikan pengawalan, mengiringi mobil ini, membuka jalan hingga sampai ke rumah sakit lebih cepat.

Suara decitan keras rem mendadak terdengar. Aku berlari ke dalam mencari Cynthia yang sedang ditangani. Berada di depan ruang operasi, lampu merah masih menyala. Pertanda operasi masih dilakukan. Sudah dua jam menunggu, kenapa operasinya lama sekali. Aku berharap, para dokter itu bisa menyelamatkannya.

Hingga lampu hijau menyala. Seorang dokter keluar dari ruangan itu. Aku mendekatinya.

“Mr. Henry…,” Seru dokter itu sembari melepas masker dan penutup kepalanya.

“How is she, doctor?” tanyaku berharap sangat cemas. Meskipun wajahku mungkin terlihat biasa saja, namun sebenarnya aku sungguh merasa sangat takut saat ini. Aku takut kehilangan dirinya.

“The carotid artery almost severed, due to a knife stroke. But we success to handle it,” terang dokter itu. Pembuluh arteri karotis Cynthia hampir putus, untung saja dokter bisa mengoperasinya dengan lancar, meskipun banyak kehilangan darah.

“Thank God, may i see her?” pintaku pada dokter untuk menemaninya. Aku sangat berterima kasih pada Tuhan dan dokter yang menangani.

“Alright, after she’s been transferred to recovery room,” ucap dokter itu sembari tersenyum. Aku dibolehkan menemaninya, setelah Cynthia dipindahkan ke kamar pemulihan.

Aku mengucapkan terima kasih dan menjabat tangannya. Bahuku terasa sakit, baru terasa sekarang.

“Your shoulder is bleeding, you have to treat it,” imbuh dokter itu. Sembari melihat perdarahan yang cukup parah. Bahuku harus diobati, dokter itu memaksa.

“Later, I’m fine,” timpalku. Meskipun rasanya semakin nyeri.

“No, what if the infection? Don’t worry about her, she will handled well,” saran dokter itu meyakinkan. Sembari memaksaku untuk segera memeriksakan bahu. Dokter itu kuatir terjadi infeksi, jika bahu yang terserempet timah panas tidak segera diobati.

***

Di ruangan IGD, dokter mengobati bahu yang terserempet peluru. Untung saja hanya menyerempet tidak bersarang di sana, ucap dokter itu. Tiba-tiba Yonglex menghampiri untuk melaporkan soal rapat besar.

Yonglex mendapatkan telepon, jika rapat pemegang saham akan dilaksanakan esok hari. Aku menjawabnya dengan tegas, “Tunda! Jika mereka masih melaksanakannya besok, mereka akan kehilangan diriku,” gertak Henry. Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, yang terpenting saat ini hanya kesembuhan Cynthia.

“Sampai kapan, Bos?” tanya Yonglex yang masih menggenggam ponselnya menempel pada telinga.

“Selama mungkin sampai aku melihatnya baik-baik saja,” jawabku. Akhirnya Cynthia keluar dari ruangan operasi dan dipindahkan ke sebuah kamar VIP. Aku mengikutinya hingga ke kamar.

***

Melihat seseorang yang kucintai terluka dalam keadaan nestapa, hanya terbaring lemah. Rasanya ingin kuhancurkan dunia dalam sekali genggaman. Namun, jika kulakukan apa Cynthia akan segera sadar. Sekuat apapun seorang laki-laki, jika tidak bisa melindungi wanitanya, jangan sebut aku “laki-laki” [Henry Elfred, RS London]

Menemaninya di sisinya dengan perasaan bersalah, aku sangat menyesal, semuanya terlambat kucegah. Pikiranku teralihkan karena harus menyakinkan para komisaris dan pemegang saham. Hingga, sebentar saja melupakanmu Cynthia. Sungguh, sedetikpun aku tidak bermaksud untuk itu.

Aku hanya ingin menyelesaikan semua ini, agar bisa segera kembali menemuimu.

Tidak kusangka, Paman Karl mengambil kesempatan dari kelemahanku. Ketika berada jauh darimu, kukira sudah menutupi identitas Cynthia dengan sangat hati-hati.

Yonglex datang membawakan secangkir kopi yang dibelinya disebuah café dan croissant sandwich. Aku tersenyum melihatnya.

“Ada yang lucu Bos?” tanya Yonglex penasaran. Sembari meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja.

“Mungkin Cynthia akan menyukainya? Croissant sandwich,” celoteh Henry sembari tersenyum melihatnya.

“Bos, kepolisian belum berhasil menemukan mayat Steven,” imbuh Yonglex. Aku memerintahkannya untuk mencarinya hingga ketemu.

“Kabari terus!” seruku dengan mata di dahi. Mataku hanya terpatri pada Cynthia yang masih saja belum sadar.

Ketika Yonglex akan keluar dan berjaga-jaga di pintu. Aku memanggilnya, menanyakan sesuatu.

“Bagaimana keadaan Paman? Apa dirinya terluka?” tanyaku.

“Paman Karl saat ini berada di penjara … dan keadaannya baik-baik saja hanya cedera ringan,”

Aku hanya memberikannya anggukkan, syukurlah.

“Bos, saya minta maaf karena terlambat mengetahui rencana Mr. Jack dan Paman Karl. Saya tidak mencurigainya jika mereka akan bersekongkol,” dirinya merasa gagal dan bersalah.

“Kalau begitu kamu harus menebusnya di lain waktu.” sembari memberinya perintah untuk keluar. Aku hanya ingin berdua saja dengan Cynthia.

“Jangan, jangan lakukan itu. Berhenti, jangan tembak,” keluh Cynthia dalam tidurnya. Kepalanya menggeleng cemas, Cynthia mengalami mimpi buruk. Aku melihat dirinya gelisah, berkeringat dan mengigau. Suaranya tidak begitu terdengar, seperti serak akibat pembuluh darah arteri karotisnya yang hampir putus.

“Cynthia, aku di sini, tenanglah,” ucapku lembut sembari mengusap keringatnya.

“Steven, jangan tinggalkan aku. Steven … kembalilah. Aku takut,” keluhnya lagi mengigau.

Hingga pukul 05.00 pagi, Cynthia baru saja bisa tertidur pulas. Semalaman mengingau tidak karuan, memikirkan Steven. Aku mendengar jelas namanya disebut berulang-ulang, kekhawatirannya pada keadaan Steven.

“Aku akan menemukan Steven untukmu Cynthia, tenanglah,” ujarku sembari memegang handuk bekas keringatnya yang terus menerus mengalir. Bahkan, airmatanya tidak hentinya membasahi wajahnya. Aku semakin menyesal dalam kesedihan ini.

Merasakan handuk yang basah atas keringat dan airmatanya, sembari menunduk, kelenjar airmata ini mulai memproduksinya hingga menetes butir-butir tetesan berwarna keruh. Sudah lama sekali  aku tidak pernah menangis. Ketika menghilang di hutan.

***

Usiaku saat itu 7 tahun, sedangkan Jack 15 tahun. Diajaknya bermain ke hutan sembari mengajariku menembak tupai. Sangat menyenangkan menyusuri hutan, untuk pertama kalinya merasa takjub dengan apa yang kulihat. Aku merasa sangat kecil di dalamnya. Pohon-pohon yang sangat tinggi hingga menyentuh matahari, mereka berbicara satu sama lain dengan hembusan. Berdansa dengan alunan angin yang menerpa. Bahkan, burung-burung yang hinggap di dahan, disapanya hingga betah.

Seekor tupai melompat sangat jauh dari dahan ke dahan yang berbeda, seperti sudah biasa. Ini taman bermainnya. Aku sungguh terpukau dengan tupai itu, hingga Mr. Jack menembaknya dengan senapan angin. Tupai itu terluka, jatuh ke tanah.

Aku berlari mendekatinya, tupai itu masih hidup meskipun kesakitan. Mr. Jack mengarahkan senapannya lagi kearah tupai. Aku segera mengangkatnya dan menyembunyikan dengan kedua tangan.

“Aku akan membawanya pulang, jangan tembak tupai ini lagi,” ucapku padanya. Namun Mr. Jack tidak menurungkan niatnya dan masih saja mengarahkan senapan itu.

Aku memohon padanya beberapa kali untuk tidak menembaknya. Tiba-tiba mata senapan itu mengarah padaku. Sepertinya sejak tadi Mr. Jack membidikku bukan tupai ini. Tubuh ini gemetar ketakutan, hingga hampir berkemih di celana.

“Jack … Jack, apa yang…,” ucapku ragu dan takut. Matanya sangat menakutkan, seperti mengancam. Rautnya berubah tidak seperti biasanya. Tiba-tiba, terdengar suara “Daarr” melesat dari senapan itu seperti slow motion aku bisa melihat peluru itu keluar dari selongsong. Tertembak di dada, mengeluarkan darah. Meringis dengan tupai yang masih kupeluk.

Mr. Jack, mendekatiku dan mengarahkan senapan itu sekali lagi ke kepala. Sembari berkata, “Aku membencimu, Ayahku lebih sayang padamu,” keluhnya dengan raut kebencian.

“Daaarrr ….” Peluru itu mengenai wajah. Di dekat mataku mengalir darah, aku tersungkur ke tanah. Mr. Jack berlari kencang meninggalkanku di hutan. Aku menoleh kearahnya pergi, airmata ini mulai mengalir. “Kenapa semua orang membenciku?” keluhku dalam hati.

Aku hanya terbaring dengan atap pepohonan yang menutupi matahari. “Kalau begitu aku akan mati saja di sini.” sembari menutup mata dan membiarkan kesakitan ini mendera.

***

Membuka mata, matahari menghilang digantikan rembulan. Hutan ini tampak berbeda penampilannya. Suaranya tidak seceria pagi, rasanya hampa seperti aku. Aku mencari tupai itu, tubuhnya sudah dingin dan kaku. Mencari kayu dan mulai menggali, “Aku akan menguburmu, kawan,” ucapku pada tupai.

Hingga galian itu cukup dalam untuk menutupinya, kuletakkan bangkainya kedalam hingga tertutup rapat dengan tanah. Aku bangkit dan mencari jalan pulang, hingga tidak sampai-sampai seperti harapan. Seakan berputar-putar melewati tempat yang sama. Aku tersesat sendirian, hingga terjerembab dalam lereng yang tidak terlihat.

Berguling-guling hingga berhenti sendiri, tulang keringku terbentur batu. Membuatnya terasa sakit untuk berjalan. Aku mulai menangis kencang berharap ada yang datang.

Malam semakin dingin, tubuh ini menggigil meringkuk sembari menarik dahan kering bagai selimut. Suara lolongan anjing hutan dan binatang malam terasa menakutkan. Aku ingin pulang, berada di kamarku akan terasa nyaman saat ini. “Aku hanya ingin pulang,” ucapku berkali-kali.

Hingga keesokan harinya.

Neeeiiighh!

Neeeiiighh!

Suara ringkikan, lengkingan yang membangunkanku. Jilatan lidahnya yang dingin meraba wajahku. Aku terkejut melihat kuda hitam dengan matanya yang besar. Dikibas-kibaskan rambutnya yang panjang seakan menanyakan keadaanku. Sontak aku terperanjat takut, karena kuda ini liar.

Perlahan kuda itu mendekat dan menyudutkanku ditepian lereng. Menatapku dengan matanya yang indah, membuatku tersenyum. Kuberanikan diri untuk menyentuh wajahnya dan membelai rambutnya.

Kuda itu membungkuk seakan mengajakku untuk naik keatasnya. Aku berusaha berdiri dan perlahan menaikinya. Kuda itu membawaku pulang dengan selamat. Mulai saat itulah, aku menamainya Braco dan menjadi teman sejatiku.

Tersadar dari ingatan masa lalu.

***

Hari sudah pagi, dokter datang memeriksa. Cynthia belum juga sadar meskipun kondisi fisiknya membaik. Aku menanyakan keadaannya ketika dokter memeriksa bekas operasinya.

“Doc, she went delirious overnight, is that a normal sign?" tanyaku tentang mengingaunya semalam. Aku kuatir keadaannya memburuk.

“What she experienced was very bad. It seems like she was traumatized. Comfort and support her,” terang dokter sembari menepuk bahu Henry, memberinya dukungan. Aku akan mengikuti saran dokter untuk selalu membuatnya nyaman.

Sebelum meninggalkan ruangan dokter itu menasehati agar menjaga kesehatan. Sebab, seseorang yang sedang menjaga pasien harus dalam kondisi sehat dan prima. Lalu, Yonglex datang membawakan sarapan. Aku menyantap makanan yang di bawa olehnya, setelah mendengar ucapan dokter itu.

Cepatlah pulih Cynthia.

***

Berikan like, vote, rate 5, tambahkan ke favorit dan komen yang banyak ya )

Terpopuler

Comments

Jeng Anna

Jeng Anna

Berasa spt di London beneran, thor....makasih, karyamu bagus sekali. Semoga yg like makin banyak, mgkn belom tau aja klo ada novel bagus

2020-08-26

0

yulia ari

yulia ari

semangatt terus kak, mampir di Istri Keduaku Adalah Cinta Pertamaku yaa lagi ada yang Bucin 🙏😍

2020-07-23

1

Angela Jasmine

Angela Jasmine

Semangat 👍👍

2020-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Episode Prolog
2 Episode 2 My Secret Hotel
3 Episode 3 Bahasa Hati
4 Episode 4 Canggung (Cah Nanggung)
5 Episode 5 Lari Bersamaku
6 Episode 6 Masalah adalah Masalah
7 Episode 7 Tidak Rela Melepasmu
8 Episode 8 Irama Berbeda
9 Episode 9 Lost In London
10 Episode 10 Betrayal
11 Episode 11 Benci Melihatmu Terluka
12 Episode 12 Nama Terakhir Dalam Ingatan
13 Episode 13 Nikahi Cynthia Untuk Bisnis
14 Episode 14 Aichmo Phobia
15 Episode 15 Biarkan Aku Pulang
16 Episode 16 Firasat
17 Episode 17 Out Of The Comfort Zone
18 Episode 18 Out Of The Box
19 Episode 19 Aku Datang Untukmu
20 Episode 20 Kemana Perginya Bintang-Bintang
21 Episode 21 Summer Dream
22 Episode 22 Erase Memories
23 Episode 23 Cara Mengetahui Seseorang Mencintaimu
24 Episode 24 Jealousy
25 Episode 25 Posesif
26 Episode 26 Cinta Itu Berubah
27 Episode 27 Yes, I Do
28 Episode 28 Wajah Asing Di Sampingmu
29 Episode 29 Cold War
30 Episode 30 Stay or Leave
31 Episode 31 Feel It
32 Episode 32 K.O.M.A
33 Episode 33 A Reason To Live
34 Episode 34 Come Back Home
35 Episode 35 90 Detik
36 Episode 36 I Can Hear You
37 Episode 37 Bersembunyi
38 Episode 38 A Long Road
39 Episode 39 Say Goodbye
40 Episode 40 Tapak Tilas Hati
41 Episode 41 Forgive Us
42 Episode 42 Soul Sound 1
43 Episode 43 Soul Sound 2 ; Fake Love
44 Episode 44 Gelas Sloki
45 Episode 45 Serangan GERD
46 Episode 46 Senyuman Alan
47 Episode 47 Cinta Sabrina
48 Episode 48 A Thousand Years
49 Episode 49 A Different Path To Love
50 Episode 50 Sejarah Keluarga Elfred
51 Episode 51 Edinburgh Bersejarah Hingga Mabuk Kepayang
52 Episode 52 Meet My Daddy
53 Episode 53 Morning Sick
54 Episode 54 New House
55 Episode 55 Yonglex Juga Manusia
56 Episode 56 Gadis Bernama Mentari
57 Episode 57 Seperti Namanya Sulit Digapai
58 Episode 58 Rafunzel Story
59 Episode 59 Nyanyian Merdu Pagi Hari
60 Episode 60 Dinner Party
61 Episode 61 Kelam Tak Mau Pergi
62 Episode 62 Titik Terang
63 Episode 63 Hal Tak Terduga
64 Episode 64 Kamar 77
65 Episode 65 Ironi
66 Episode 66 Wedding Party
67 Episode 67 The Truth
68 Episode 68 Move On
69 Episode 69 Passed Away
70 Episode 70 Liontin Berharga
71 Episode 71 Unforgetable Kiss
72 Episode 72 Women Need Talk
73 Episode 73 The Magical Of Bali
74 Episode 74 Serendipity
75 Episode 75 Memorable Kiss
76 Episode 76 Duniaku Dipenuhimu
77 Episode 77 How To Lose Someone
78 Episode 78 Parasailing, Essay, Shopping
79 Episode 79 Love Sickness
80 Episode 80 Crisis Identity
81 Episode 81 Step Back
82 Episode 82 Step Back 2
83 Episode 83 Step Back 3
84 Episode 84 Run Away
85 Episode 85 Diary
86 Episode 86 Tentang Airbayu
87 Episode 87 Airbayu Menghilang
88 Episode 88 Aku Datang Untukmu 2
89 Episode 89 Biarkan Aku Pulang 2
90 Episode 90 Sayonara
91 Episode 91 Summer Dream 2
92 Episode 92 Erase Memories 2
93 Episode 93 Swan Upping
94 Episode 94 Come Back Home 2
95 Episode 95 Love At First Sight (Sudah Tamat)
96 Episode 96 Love At First Sight (Session 2)
97 Episode 97 Kejutan
98 Episode 98 Gadis Misterius
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Episode Prolog
2
Episode 2 My Secret Hotel
3
Episode 3 Bahasa Hati
4
Episode 4 Canggung (Cah Nanggung)
5
Episode 5 Lari Bersamaku
6
Episode 6 Masalah adalah Masalah
7
Episode 7 Tidak Rela Melepasmu
8
Episode 8 Irama Berbeda
9
Episode 9 Lost In London
10
Episode 10 Betrayal
11
Episode 11 Benci Melihatmu Terluka
12
Episode 12 Nama Terakhir Dalam Ingatan
13
Episode 13 Nikahi Cynthia Untuk Bisnis
14
Episode 14 Aichmo Phobia
15
Episode 15 Biarkan Aku Pulang
16
Episode 16 Firasat
17
Episode 17 Out Of The Comfort Zone
18
Episode 18 Out Of The Box
19
Episode 19 Aku Datang Untukmu
20
Episode 20 Kemana Perginya Bintang-Bintang
21
Episode 21 Summer Dream
22
Episode 22 Erase Memories
23
Episode 23 Cara Mengetahui Seseorang Mencintaimu
24
Episode 24 Jealousy
25
Episode 25 Posesif
26
Episode 26 Cinta Itu Berubah
27
Episode 27 Yes, I Do
28
Episode 28 Wajah Asing Di Sampingmu
29
Episode 29 Cold War
30
Episode 30 Stay or Leave
31
Episode 31 Feel It
32
Episode 32 K.O.M.A
33
Episode 33 A Reason To Live
34
Episode 34 Come Back Home
35
Episode 35 90 Detik
36
Episode 36 I Can Hear You
37
Episode 37 Bersembunyi
38
Episode 38 A Long Road
39
Episode 39 Say Goodbye
40
Episode 40 Tapak Tilas Hati
41
Episode 41 Forgive Us
42
Episode 42 Soul Sound 1
43
Episode 43 Soul Sound 2 ; Fake Love
44
Episode 44 Gelas Sloki
45
Episode 45 Serangan GERD
46
Episode 46 Senyuman Alan
47
Episode 47 Cinta Sabrina
48
Episode 48 A Thousand Years
49
Episode 49 A Different Path To Love
50
Episode 50 Sejarah Keluarga Elfred
51
Episode 51 Edinburgh Bersejarah Hingga Mabuk Kepayang
52
Episode 52 Meet My Daddy
53
Episode 53 Morning Sick
54
Episode 54 New House
55
Episode 55 Yonglex Juga Manusia
56
Episode 56 Gadis Bernama Mentari
57
Episode 57 Seperti Namanya Sulit Digapai
58
Episode 58 Rafunzel Story
59
Episode 59 Nyanyian Merdu Pagi Hari
60
Episode 60 Dinner Party
61
Episode 61 Kelam Tak Mau Pergi
62
Episode 62 Titik Terang
63
Episode 63 Hal Tak Terduga
64
Episode 64 Kamar 77
65
Episode 65 Ironi
66
Episode 66 Wedding Party
67
Episode 67 The Truth
68
Episode 68 Move On
69
Episode 69 Passed Away
70
Episode 70 Liontin Berharga
71
Episode 71 Unforgetable Kiss
72
Episode 72 Women Need Talk
73
Episode 73 The Magical Of Bali
74
Episode 74 Serendipity
75
Episode 75 Memorable Kiss
76
Episode 76 Duniaku Dipenuhimu
77
Episode 77 How To Lose Someone
78
Episode 78 Parasailing, Essay, Shopping
79
Episode 79 Love Sickness
80
Episode 80 Crisis Identity
81
Episode 81 Step Back
82
Episode 82 Step Back 2
83
Episode 83 Step Back 3
84
Episode 84 Run Away
85
Episode 85 Diary
86
Episode 86 Tentang Airbayu
87
Episode 87 Airbayu Menghilang
88
Episode 88 Aku Datang Untukmu 2
89
Episode 89 Biarkan Aku Pulang 2
90
Episode 90 Sayonara
91
Episode 91 Summer Dream 2
92
Episode 92 Erase Memories 2
93
Episode 93 Swan Upping
94
Episode 94 Come Back Home 2
95
Episode 95 Love At First Sight (Sudah Tamat)
96
Episode 96 Love At First Sight (Session 2)
97
Episode 97 Kejutan
98
Episode 98 Gadis Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!