Setelah merasa lebih baik, Nara kembali menjalani tugasnya sebagai pembantu. dia membereskan seisi rumah sampai dia lihat didepan gerbang ada mobil yang hendak masuk, Nara gak tahu itu siapa tapi dia segera bukakan gerbangnya.
Ternyata yang datang adalah ibu dan kakeknya Azka. melihat keberadaan seorang gadis muda dirumah anaknya membuat ibu menaruh curiga. dia memandang Nara dengan tatapan sinis, Nara jadi malu.
"kamu siapa?" tanya kakek yang juga gak kalah penasaran.
"Saya..assistent rumah tangga disini.." jawab Nara lalu menunduk lugu, Ibu dan kakek saling bertatapan, mereka gak percaya begitu saja dengan jawaban Nara.
"heh..kamu sengaja ya menguntit anak saya?? mana mungkin kamu mau jadi ART.." ujar ibu sangat tajam, bikin Nara semakin kikuk.
"sudah..sudah, Azka mana?" tenangkan kakek.
"ada didalam, sedang istirahat.." tukas Nara.
Ibu dan Kakekpun mulai melangkah masuk kedalam rumah, saat masuk mereka memang cukup takjub karena sebelumnya rumah Azka tak pernah serapi ini. kakek kini mulai merasa kalau Nara seorang Asisten yang baik.
Azka yang baru terbangun sampai terkejut dengan kehadiran mereka, saat kakek dan ibu masuk Azka sudah ada dianak tangga, dia panik melihat situasi ini apalagi Ibu langsung menatapnya dengan penuh tekanan.
Mereka duduk diruang tengah.
Nara segera membuatkan kopi, dari tampilannya terlihat berbeda, dia buatkan dalgona coffe yang dulu menjadi andalan di cafenya. Kakek cukup terkesan dengan Nara.
"ini..minuman kopi instan?" tanya kakek dan langsung mencobanya.
"bukan, saya yang buat langsung barusan.." tukas Nara malu-malu.
"Wah..rasanya juga enak, berbakat sekali kamu ya.." puji kakek yang mulai bisa menerima kehadiran Nara disana, sedangkan Ibu? dia masih menatap sinis pada Nara.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Ibu bersikap seperti itu, dia hanya tidak mau Azka jadi korban kenakalan groupis seperti yang dialaminya selama ini. Ibu sangat khawatir kalau Nara adalah salah seorang groupis yang sengaja menyamar jadi Art untuk mengelabui Azka.
Nara kembali kedapur dan mengerjakan pekerjaannya.
"tanganmu sudah baikan?" tanya kakek dan dia terus nikmati kopi buatan Nara.
"lumayan.." tukas Azka singkat.
"sekarang jelaskan, siapa dia?" ibu malah langsung menghakimi Azka, dia gak tahu harus jawab apa.
"dia asisten Azka.."
"kamu percaya dia?? gimana kalau dia itu sengaja masuk ke kehidupan kamu trus dia melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.."
"Aira..sudahlah, gak usah curiga berlebihan begitu.." kata kakek menenangkan.
"gimana gak curiga kek, siapa yang tahu niat seseorang, apalagi orang baru yang belum kita kenal sebelumnya. Azka, gimana kalau dia punya rencana busuk, gimana kalau satu waktu dia menyelinap ke kamar kamu terus pura-pura tidur disamping kamu dan dia buat fitnah yang keji, lalu menyebarkan hal itu sampai mencoreng nama baik kamu.." Ibu benar-benar paranoid, dia sampai membuat teori yang membuat Azka kaget.
"ya ampun, kok bisa pikiran ibu sejahat itu! dia itu orang baik, gak mungkin lakukan itu!" bela Azka, Nara yang bisa dengar percakapan itu dari dapur jadi merasa sedih, dia merasa sangat hina saat ini.
"Aira.." tenangkan kakek lagi.
"dari mana kamu tahu kalau dia itu orang baik??"
"trus dari mana ibu tahu kalau dia itu orang jahat? udahlah bu, sejauh ini dia sudah sangat membantu Azka.." tenangkan Azka.
"iya, lihat saja rumah ini, tampak rapi dan asri..sebelumnya selalu berantakan dan tak terurus. jangan seperti itu Aira, mungkin ini satu-satunya pekerjaan yang bisa dia jalani.." kata Kakek bijak, sedikit mengobati luka dihati Nara.
kini Ibu terlihat lebih tenang.
"ceritanya panjang.. tapi yang pasti, Azka memang harus bantu dia!" kata Azka.
"trus, gimana kalau Kalyla tahu..apa dia sudah tahu ini semua?".
"memangnya kenapa kalau dia tahu.." tanya Azka malas.
"gimana kalau dia cemburu? kaliankan pacaran.." kata ibu membuat Azka tersenyum getir. 'pacaran? jauh..tahu kabarnya saja jarang' pikir Azka.
"kita gak ada hubungan apa-apa.." kata Azka pelan.
"trus, atlet basket yang gencar diberitakan di infotainment itu siapa? ibu kira itu kamu.."
"itukan cuma issu.." sangkal Azka.
Sesekali Kakek melirik kearah Nara yang jadi tampak sedih dengan kejadian ini. kakek bisa lihat dengan jelas hal itu, kakek jadi merasa kasihan pada Nara.
Beberapa saat berlalu, Kakek dan Ibu bersiap untuk pergi..
"hati-hati ya sayang, jangan terlalu baik sama orang.." kata ibu lalu memeluk Azka dengan penuh kasih.
"kami pulang dulu ya.." pamit kakek lalu masuk kedalam mobil diikuti Ibu dan akhirnya mereka pulang.
Azka masuk kembali kedalam rumah, dia cari sosok Nara. dia lumayan merasa bersalah dengan semua kecurigaan Ibu terhadapnya. dan Azka temukan Nara ditempat pencucian, walaupun tampak sedih Nara tetap berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik.
Azka mendekat, Nara jadi cenderung lebih diam.
"lo gak cape?" tanya Azka, Nara hanya menggelengkan kepalanya. Azka sadar kalau mood Nara terganggu, diapun pergi begitu saja. Azka memang bukan tipe orang yang yang mau meminta maaf, apapun alasannya, dia hanya akan mencoba menunjukannya lewat sikap, dan pertanyaan tadi tidak cukup mengobati rasa sakit Nara.
'jahat banget ibunya! kenapa dia punya pikiran kotor seperti itu? gue kan tulus pengen bantu anaknya..huhh.. nasib..nasib..' batin Nara.
***
Sejak kejadian kemarin Nara memang jadi pendiam, dan Azka sadar betul akan perubahan itu. tanpa banyak bicara Nara hidangkan sarapan didepan Azka yang sudah duduk menunggu dimeja makan.
"Lo marah sama ibu?" tanya Azka, Nara cukup menggelengkan kepala saja.
" dia gak bermaksud menyakiti perasaan lo kok, dia cuma terlalu khawatir sama gue!" tambah Azka, Nara mencoba mendengarkan itu walaupun dia pura-pura mencari kesibukan.
"Dulu pernah ada seseorang yang datang kerumah keluarga besar gue, dia mengaku kalau gue melecehkannya, gue gak tahu! ketemu aja belum pernah, setelah diusut ternyata dia fans fanatik Sunrise, dan dia juga pernah lakukan itu pada Yuki..sejak kejadian itu ibu jadi paranoid setiap gue dekat sama gadis yang baru dia lihat.."
Cerita Azka lumayan menarik perhatian Nara, kini dia mengerti kenapa ibu bersikap seperti kemarin.
"maafin dia.." sambung Azka.
"iya.. gue ngerti.." akhirnya Nara mau buka suara, dan itu cukup meyakinkan Azka kalau Nara sudah merasa agak lebih baik.
"trus, gimana nasib orang itu sekarang?" tanya Nara antusias, dia jadi penasaran juga dengan cerita Azka.
"dia masih SMA, masih dibawah umur! kita lepasin dia, dan gak melanjutkannya ke jalur hukum.."
"oh.. kenapa dia bertindak konyol begitu ya.."
Nara terus bertanya-tanya sembari mengerjakan pekerjaannya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Dinardie~
heum mamaknya azka gak kalah savage 😄 tapi masuk akal sih kalo emang dulunya prnah ada sasaeng kek gitu wajarlah mamakmu khawatir az 🤭🤭🤭
Aslinya aku larut lho dalam ceritamu ini thor, kayak nonton drakor drakor gitu, alurnya ringan dan gak ada bau bau kumneangissss ~~~ 😄😄😄
2020-10-23
2
Alif Darelwahyu
maklum ibu ibu klo pnya ank ganteng terkenal suka parnoan...sabarrr yaa Nara...😄👍👍👍
2020-10-06
5
SAKABIYA🌻
Sabar Nar, Ibunya tuh cuma traumatik sama groupis-groupis nakal yang suka bertindak diluar batas kewajaraaan , sabaar yaaa
2020-10-03
4