CINTA PERTAMA
"Tem-bak eng-gak, tem-bak eng-gak, tem-bak eng-gak." Ucap pelan seorang siswi sambil memetik kelopak bunga mawar.
"Tem-bak.." Siswi itu menutup mulutnya saat kelopak bunga terakhir. Ia menarik nafas, lalu melihat sekelompok siswa yang sedang bermain bola basket.
'Ok... Kita coba sekali lagi ya.' Ia kembali memetik bunga di sampingnya. Itu tah sudah bunga keberapa yang dipetiknya.
"Hei kamu... jangan buat sampah!" Seorang petugas kebersihan sekolah menghampirinya.
"Hah.." Gadis itu jadi terkejut. "Maaf, Pak. Biar saya bersihkan."
Siswi itu mengambil sapu dan serok milik petugas kebersihan. Dengan cepat membersihkan kelopak bunga mawar yang berserakan.
"Maaf ya, Pak." Sekali lagi ia meminta maaf dan kembali ke kelas. Bel sudah berbunyi tanda jam istirahat telah selesai. Dan jam pelajaran berikutnya akan segera dimulai.
Dyra Ayunda adalah Siswi di SMA ANGKASA. Ia duduk di kelas X3. Ia gadis cantik, manis dan imut. Berkulit putih dengan hidung minimalis.
Gadis yang baru beranjak remaja ini sedang merasakan jatuh cinta. Ia menyukai kakak kelasnya dalam diam. Namanya Rey Aditya, siswa kelas XII.
Rey itu siswa populer, pintar, ramah dan mudah senyum. Idola para siswi-siswi di sekolah. Saingan Dyra cukup banyak.
"Hei.. Dyr." Panggil Mila pelan, teman sebangku Dyra itu menyenggol lengannya.
Dyra menoleh ke arah Mila dan temannya malah menyuruh melihat ke arah depan.
Dengan terpaksa Dyra melihat ke depan dan melihat sang Ibu guru berdiri di depan kelas menatapnya dengan sorot mata tajam.
'Kok seram ya?!' Dyra mendadak merinding.
"Dyra... kamu kerjakan soal di papan tulis!" Pinta Ibu guru menunjuk Dyra yang masih mencerna keadaan.
Dyra dari tadi hanya melamun dan tidak mendengarkan guru menjelaskan. Bahkan ia juga tidak tahu, kapan sang guru masuk ke kelas.
"Aku kenapa?" Bisik Dyra pelan pada Mira.
"Dari tadi kau ngelamun mulu. Mikiri Rey terus!" Mila tahu jika Dyra menyukai Rey. "Sudah sana maju saja, ntar makin murka Bu guru!"
"Aku nggak ngerti lho, Mil!" Dyra masih berbisik.
"Kau kira aku ngerti?!" Balas Mila yang sama lemahnya pada pelajaran tersebut.
"Cepat kamu kerjakan soal ini, Dyra!!!" Pinta Bu guru menaikkan satu oktaf suaranya.
Dyra pun terpaksa bangkit dari pada Ibu Guru yang terkenal killer itu tambah murka.
Siswi itu menatap soal di papan tulis. Rasanya angka-angka itu terlalu banyak dan begitu membebaninya. Padahal angka hanya 0-9. Tapi mengapa membuat kepala pusing 7 keliling lalu putar-putar. Itulah mengapa Dyra tidak suka pelajaran Matematika, yang biasa disebutnya dengan pelajaran Mematikan. Menurut versinya Dyra ya.
"Bu... saya tidak bisa mengerjakannya." Dyra berkata jujur. Ia tidak pernah mengerti pelajaran hitung menghitung. Tapi kalau hitung duit lain cerita.
"Kenapa tidak bisa?" Tanya Ibu Guru dengan suara tegas penuh intimidasi. Dyra tidak bisa menyelesaikan soal yang diberikannya.
"Saya nggak ngerti, Bu." Aku Dyra sejujurnya.
"Gimana kamu mau mengerti, kalau saat saya menerangkan kamu malah melamun? Bagaimana ilmu yang saya berikan bisa-"
Tet...
Bel pergantian pelajaran berbunyi. Ibu Guru tidak jadi menasehati Dyra.
"Kumpulkan PR semalam pada Dyra!" Ucap Bu Guru pada para murid.
"Baik, Buk.." Satu kelas kompak menjawab.
"Dyra... nanti kamu bawakan ke ruang guru!"
Dyra mengangguk patuh. Ia pun membawa setumpuk buku PR teman sekelasnya dibantu Mila. Mereka berjalan menuju ruang Guru.
"Dyr... Itu Rey loh." Bisik Mila pelan saat mereka sampai di ruang guru.
Wajah Dyra mendadak merona dan rasa gugup melanda. Rey ada di sana juga sedang berbicara dengan seorang guru laki-laki.
Dyra dan Mila keluar dari ruangan guru setelah memberikan buku-buku itu.
"Apa aku tembak sekarang saja, Mil?" Tanya Dyra sambil mengintip dari balik tembok.
"Tembak?" Mila bingung. "Oh... Mengungkapkan perasaanmu!" Tebak Mila dan Dyra mengangguk pelan.
"Masa sekarang?" Tanya Mila bingung.
"Jadi kapan? Ini lagi sunyi. Kalau nanti pasti dia sama teman-temannya, aku malu." Ucap Dyra yang mengingat Rey selalu bersama teman se-Genk nya.
"Ya sudah terserah mu. Aku tunggu di sana ya. Sukses ya. Itu-itu dia keluar lho!" Mira melihat Rey keluar dari ruang Guru. Gadis itu langsung menjauh dari Dyra.
Dan kembali Dyra mengintip dari balik tembok. Ia mulai menarik nafasnya panjang. Rencananya nanti saat Rey akan berjalan memasuki lorong tempatnya berdiri sekarang dan di saat itu juga ia akan mengungkapkan perasaannya langsung. Bahwa ia menyukainya.
Dyra tidak pedulilah Malu atau ditolak nantinya. Yang penting diungkapkan dulu dari pada penasaran dan jadi beban di dada.
"Dyra semangat !!!" Ucap Mila tanpa suara menyemangati sang teman. Ia memantau sang teman dari tempat yang tidak terlalu jauh.
Tak... tak ...tak...
Suara langkah kaki terdengar dan makin mendekat. Dekat dan semakin dekat. Dyra menundukkan kepala, rasa gugup dan takut jadi satu. Seseorang pun berhenti di depannya.
"A-aku menyukaimu. Apa kamu mau jadi pacarku?" Tanya Dyra cepat tanpa basa-basi. Ia tidak berani melihat orang yang ditembaknya. Hanya melihat sepatu orang itu. Rasanya ia sangat malu...
'Astaga Dyra!!!' Mila menepuk jidatnya melihat Dyra sekarang.
"Karena aku sedang berbaik hati. Aku akan memberikanmu kesempatan untuk menjadi pacarku."
Deg...
'Kok suaranya beda ya?' Batin Dyra.
Dyra memberanikan diri mengangkat kepala dan melihat sosok yang berada tepat di hadapannya.
"Hah... I-itu..." Dyra mulai gelagapan. Kaget jangan ditanya. Gadis itu mematung di tempat. Bukan seperti ini rencananya.
"Kenapa, Nik?" Tanya Rey yang baru saja datang melihat temannya berhadapan dengan seorang siswi.
"Ayo Dyr... kita masuk kelas!" Mila menghampiri Dyra dan menarik tangan gadis itu cepat, agar segera pergi dari sana. Tanpa mengatakan apapun.
"Itu cewek baru saja mengungkapkan perasaannya padaku!" Ucap Niko santai, kedua matanya masih menatap kedua siswi yang berlari menjauh dan perlahan makin menjauh.
"Oh ya..." Rey tersenyum penuh arti.
Sampai di kelas, Dyra dan Mila kembali ke tempat duduknya. Dyra langsung meletakkan kepala di atas meja. Meruntuki dirinya yang tidak melihat target saat mengungkapkan perasaan. Yang ujung-ujungnya malah mengungkapkan perasaanya pada siswa lelaki yang tidak dikenalnya.
Dan anehnya lagi, siswa lelaki itu menerima perasaannya.
"Mila..." Panggilnya Dyra lirih dengan wajah sedih.
"Kau kenapa nggak lihat-lihat dulu, Dyr?" Mila juga tidak habis pikir, Dyra yang bisa-bisanya mengungkapkan perasaan tanpa melihat target dahulu.
"Mana aku tahu ada orang lain lagi di sana. Gimana ini Mil?" Dyra rasanya ingin menangis. Mana Rey, cowok yang ditaksirnya juga ada di sana.
"Sudahlah... lupakan saja! Cowok itu juga nggak tahu kau kelas berapa." Mira menepuk-nepuk pundak temannya itu. Menenangkan sejenak.
\=\=\=\=\=\=\=
Di siang yang terik, seluruh murid berkeluaran kelas untuk pulang. Jam pelajaran juga sudah selesai.
Dyra dan Mila berjalan bareng sambil sesekali mengobrol diselingi tawa. Hingga tidak terasa mereka sudah berada di luar gerbang sekolah. Menunggu angkot di bawah rindangnya pohon.
"Dyr... Aku duluan ya. Angkotku sudah datang." Mila melambaikan tangan dan naik ke angkot.
Dyra membalas lambaian tangan saat angkot itu mulai melaju perlahan, meninggalkan dirinya.
Gadis itu masih menunggu angkot bersama beberapa siswa lain di sana. Tak lama fokus mereka melihat sebuah sepeda motor besar berhenti disana.
"Aku mau bicara denganmu!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Muhammad Alwi
nyimak dulu author kaya nya kata2 nya bagus
2022-02-09
1
afilla
kayanya seru nih novel , kesukaan ku novel remaja jadi keinget jaman dulu waktu masih muda 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-02-06
4
Elwi Chloe
hadir
like and fav
semangat kk
2022-02-02
1