"Biar ku antar sampai depan rumahmu!"
"Sudah stop di sini saja! Aku jalan kaki saja."
Niko memberhentikan motornya di persimpangan rumah Dyra. Ia membantu melepaskan helm yang dipakai Dyra dan merapikan rambut gadis itu.
"Kamu kirim pesab apa?" Tanya Niko merogoh saku celananya.
"Aku? Oh... yang kelamaan nunggui kamu tadi." Dyra mengeluarkan ponsel dan matanya langsung terbelalak saat membaca pesan itu.
"A-aku nggak ada kirim pesan seperti ini. Pasti tadi kamu kan!" Dyra tidak terima dirinya dikatakan mengirimkan pesan yang isinya tak jelas.
"Ini kan nomormu yang kirim pesan padaku." Niko menunjukkan ponselnya berisi chatan Dyra.
"Yang ini memang aku yang kirim. Sampai sini saja, yang ini aku nggak ada ketik. Sumpah!!!" Dyra menaikkan tangan membentuk tanda V. "Kamu tadi yang sempat pegang ponselku, pasti kamu yang ketik nggak jelas kayak gini!"
"Kenapa jadi nuduh aku?" Ledek Niko dengan wajah menyebalkan.
"Pasti kamu! Untuk apa aku nulis norak begitu. Aku sayang kamu. Itu-"
Cup
Satu kecupan cepat mendarat di pipi Dyra. Membuat hati dan pikiran gadis itu kini terpaku sejenak. Pipinya kembali mulai merona.
"Aku juga sayang kamu." Niko pun segera mengalihkan pandangannya sambil menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal. Ia merasa malu dan gugup jadinya.
"A-aku... aku pulang." Niko kemudian menghidupkan motor dan berlalu pergi.
Sementara Dyra berjalan pelan sambil memegangi pipinya. Kejadian itu bahkan terus menerus memenuhi pikirannya.
'Aku juga sayang kamu. Ngomong apa sih dia?'
"Bunda ngapain?" Tanya Dyra ketika gadis itu telah sampai di depan gerbang rumah. Ia melihat Bunda sedang memindahkan bunga ke halaman rumah.
"Ini bunganya dipindahkan dari pot. Kamu beli di mana bunganya?" Tanya Bunda.
Dyra merasa tidak pernah membeli bunga. "Bunga?"
"Bungkusan yang dalam plastik semalam di atas meja. Itu punya kamu kan?"
Otak Dyra berputar cepat mengingat kembali saat semalam. Ia pun mengingat Niko datang membawa bungkusan. Ternyata dalamnya adalah bunga.
"I-itu dikasih." Dyra berkata jujur memang itu pemberian orang.
"Dikasih siapa?" Bunda menatap curiga.
Dyra langsung menggerakkan tangan tanda tidak. "I-itu dikasih Mila."
Tatapan Bunda masih menunggu penjelasan.
"Waktu lagi jalan, Dyra lihat bunga itu bagus. Terus Mila beli dan dikasih ke Dyra, Bun."
"Oh... Bunda kira dari cowok."
"Nggak lah Bun!"
Sementara di sebuah rumah yang megah. Seorang wanita paruh baya menatap sang putra yang sedang menonton bola dengan tatapan tajam.
"Kamu kan yang bawa mawar putih Mama?"
"Kenapa sih, Ma? Niko lagi nonton lho." Fokus remaja itu menonton sambil memakan keripik singkong.
"Mama kenapa?" Seorang pria paruh baya datang dan bergabung di ruang nonton.
"Ini Pa, Niko mencuri bunga Mama." Adu Mama.
"Untuk apa Niko mencuri bunga Mama? lagian bunga Mama juga banyak lho di taman." Ucap Papa, mengambil toples keripik dari tangan Niko.
"Tapi masalahnya itu kan pemberian Papa lho." Mama menunjukkan wajah sedihnya.
"Ya, sudah... nanti Papa belikan Mama bunga yang banyak." Bujuk Papa.
"Janji yah."
Papa mengangguk membuat wajah Mama bahagia.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Tet....
Bel sekolah berbunyi panjang, tanda waktu belajar mengajar dimulai. Terlihat seorang gadis berlarian menuju kelas. Tampak juga beberapa siswa yang telat.
"Mampus... Ibu itu!" Dyra mempercepat larinya, saat melihat sang Ibu Guru pelajaran pertama keluar dari ruang guru dan akan menuju kelasnya.
Dyra bangun kesiangan lantaran tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi Niko. Lelaki yang membuat hati dan pikirannya jadi tidak menentu.
Dyra sampai di kelas dan mengeluarkan buku pelajarannya. Nafasnya masih ngosh-ngoshan.
"Dyr, kamu nggak apa?" Mila terlihat khawatir.
"Nggak Mil!"
Ibu Guru memasuki kelas, ruangan yang tadi cukup berisik mendadak hening. Dan tidak lama Bu guru mulai menerangkan pelajaran.
"Jika ada yang tidak mengerti silahkan bertanya." Ucap Bu guru setelah menerangkan angka-angka di papan tulis.
Hening... Tak ada murid yang bersuara. Semua sibuk mencatat.
"Jika tidak ada yang bertanya. Maka Ibu yang akan bertanya!"
Glek
Dyra menelan salivanya dengan susah, tatapan sang guru tertuju padanya. Dengan cepat ia pun mengangkat tangan.
"Kenapa Dyra?"
"I-tu Bu... saya nggak ngerti." Lebih baik Dyra jujur, karena perasannya mengatakan kalau Ibu Guru pasti akan bertanya padanya. Mengingat Guru itu seperti menyimpan dendam kesumat padanya.
"Yang mana kamu nggak ngerti?" Tanya Bu Guru.
"Se-se-semuanya Bu. Saya nggak ngerti, Bu. Ibu dari tadi menjelaskan apa saya juga nggak ngerti, Bu!" Ungkap Dyra jujur bahwa tidak ada satupun yang ia mengerti.
Ibu guru menepuk jidatnya, sementara murid lain menahan senyum.
"Nanti jam istirahat kamu ke ruang guru. Ibu tunggu di sana. Ibu akan mengajarimu sebentar!" Bu Guru mau marah, tapi mau bagaimana kalau muridnya bilang tidak mengerti. Selain harus mengajari ulang.
Saat jam istirahat tiba.
"Mil, temani aku ke ruang guru ya." Ajak Dyra. "Biar kita belajar bareng."
"Nggak deh Dyr! kamu saja yang belajar langsung sama Ibu Itu. Nanti kalau kau sudah pintar baru ajarin aku!" Mila menolak, gadis itu pernah dengar saat Ibu itu mengajar les privat. Sang murid hanya sehari doang diajari les olehnya. Galak, Keras, Tegas, dan cerewetnya minta ampun. Caranya seperti itu mengajar agar sang murid paham dan mengerti pelajaran.
"Ish... Mila pun!" Dengus Dyra kesal.
"Kenapa, Ra?"
Suara itu membuat Dyra tersentak kaget. "Ka-kamu ngapain di sini?" Wajah gadis itu merona melihat Niko dan ia kembali mengingat kecupan singkat di pipinya.
"Aku mau ajak kamu ke kantin."
"Aku mau ke ruang guru sekarang."
"Mau ngapain?"
"Ada urusan."
"Ya sudah... aku antar!"
Sepanjang jalan ke ruang Guru Niko terus menggenggam tangan Dyra. Walau gadis itu memberontak minta dilepaskan, ia tidak peduli.
"Sudah lepas aku mau masuk!"
Niko akhirnya melepaskan tangan Dyra.
"Kamu ada masalah makanya disuruh ke ruang guru?" Niko menatap gadis itu dengan tatapan lembut, membuat Dyra langsung mengalihkan pandangannya.
"Sudah sana!"Dyra pun mendorong Niko menjauh dari depan ruangan guru.
"Kamu nggak mau cerita ya?" Wajah Niko mendadak murung.
"Sudahlah... Aku mau masuk dulu!" Dyra masuk ke ruang guru tanpa memperdulikan ekspresi lelaki itu.
Niko melihat dari jendela, Dyra sedang bicara dengan guru Matematika. Lalu Niko pun pergi dari sana.
"Dyra Dyra... begini saja kamu nggak mengerti!" Ibu Guru menyuruh Dyra duduk.
"Maaf Bu... Ini buku-bukunya!" Rey mengumpulkan buku PR teman sekelasnya. Ia tersenyum melihat Dyra begitupun Dyra tersenyum sejenak.
"Rey... Ibu minta tolong sama kamu, ajarin Dyra sebentar. Ibu mau ke kamar mandi dulu!"
Rey mengangguk dan itu membuat Dyra merasa tidak enak.
"Mana yang tidak kamu mengerti?" Tanyanya seraya duduk di samping Dyra.
"Bi-biar aku tunggu Ibu Guru saja!" Ucap Dyra mendadak gugup.
"Ini yang kamu nggak ngerti?" Rey memperhatikan sejenak soal itu.
"Ini dikalikan..." Rey mengajari dengan perlahan. Ia sabar menjelaskan satu persatu angka-angka itu. Dyra yang canggung dan gugup hanya mengangguk.
"Jadi begini... nggak begitu sulit ternyata!" Dyra tampak senang melihat catatannya. Penjelasan Rey membuatnya sedikit mengerti. "Terima kasih yah."
Rey mengkerutkan keningnya membuat Dyra bingung. "Nggak ada yang Gratis!"
"Hah?" Gadis itu merogoh saku rok nya. "Uangku cuma ini!" Menunjukkan selembar uang berwarna hijau.
Rey tersenyum dan menulis sesuatu lalu menyodorkan padanya.
"Traktir aku." Rey pun bangkit dari duduknya. "Jangan bawa Niko ya!"
Dyra melihat Rey yang keluar dari ruang guru. Ia lalu membaca memo yang tadi diberikan padanya.
"Besok malam jam 7 di Cafe Timur."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Aba Bidol
Suka banget karya kamu othor 👍
2024-06-02
1
Mina Rasi
mau cerita jaman sekolah...
dulu pernah juga kaya Dyra ini. kagum bngt sama seseorang, kakak kelas juga. ganteng, baik, dekat sama guru², apa2 kayak pahlawan, idola bangt, pokoknya idaman bngt. suatu ketika dia ngasih respon sama aku yang asal mula g perduli amat ya aku seneng lah bahagia bngt tapi setelah mulai dekat ternyata oh ternyata dia tidak sebaik dan sesempurna ketika aku belum dekat sama dia. ternyata dia playboy😭 bahkan badboy pernah minta macam² untung pikiranku masih waras heh sejak itu aku g suka lagi sama dia, g pernah lagi kepoin dia g pernah lagi lirik² apalagi kagum sama dia.. uwekk
chapter ini mengingatkan aku masa² itu.
semangat trs nulisnya kak💙
2023-05-16
0
Widi Widurai
tikung menikung gaes
2023-01-20
0