"Aku antar kamu!"
"Nggak mau. Aku bisa pulang sendiri!
"Aku antar!"
"Nggak mau!"
"Iya!"
"Ogah!"
Terlibat perdebatan dua anak manusia. Niko menarik paksa Dyra menuju parkiran. Gadis itu mencoba melepaskan genggaman tangan lelaki itu, tapi tidak cukup kuat. Tenaga Niko lebih besar darinya.
"Aku sudah bilang kita nggak ada hubungan lagi. Kita sudah putus. Ngerti putus. P.U.T.U.S. Putus putus!!!" Dyra mengulang-ulang kata-kata itu agar lelaki itu paham.
Niko hanya cengir. "Apa alasannya putus? Kamu tidak menyukaiku? Ingat, yang menembakku itu kamu bukan aku!"
Rasanya Dyra ingin menggigit Lelaki di hadapannya itu. Yang tidak mengerti bahwa saat itu adalah sebuah kesalah pahaman. Gadis itu tampak berpikir, mencari alasan agar putus dengan lelaki ini.
"Kamu membuatku tidak nyaman." Ucapan Dyra membuat Niko menatapnya sejenak.
"Kamu mau mengantarku dengan motormu ini?" Dyra menunjuk motor gede Niko. "Apa kamu tidak tahu, kalau mau naik saja aku harus bawa bangku. Terus di boncengan aku seolah melayang terbang di jalan. Kalau aku jatuh gimana?" Dyra mengungkapkan kekesalannya. Ia tidak suka naik motor gede.
"Lucu banget sih kamu!" Niko malah mencubit kedua pipi Dyra dengan gemas. Gadis yang sedang kesal saat ini tampak sangat imut di matanya.
Dengan cepat gadis itu menepis tangan Niko.
"Heh... Ada pesawat itu!" ucap Dyra sambil menunjuk ke belakang Niko. Membuat Remaja lelaki itu menoleh ke arah yang ditunjuk Dyra.
"Mana pesawatnya?"Tanya Niko menoleh kembali. Seketika lelaki itu tertawa. Dyra sudah tidak ada di depannya lagi. Sudah berlari menuju gerbang sekolah.
'Dasar bocah.' Niko tersenyum sambil menggelengkan kepala.
\=\=\=
"Kanan bunga, Kiri bunga, depan bunga, belakang bunga, bunga-bunga..." Senandung wanita paruh baya yang sedang menyemprot bunga-bunga di taman mini miliknya yang penuh dengan berbagai bunga beraneka warna.
"Ma..."Panggil seseorang dari belakang.
"Hmm..." Masih fokus pada bunga yang dirawat seperti anak sendiri.
"Mama..." Rengek sang anak.
"Apa sih kamu?" Mama yang masih fokus pada Bunga-bunganya.
"Dulu waktu Papa ngapelin Mama bawa apa?"
"What...?"
Mama langsung menoleh dan menatap sang anak aslinya dengan kerutan di dahi. Ia melihat saat ini sang anak sudah berpakaian rapi dan sangat wangi.
"Jangan bilang sama Mama kalau kamu sudah pacaran?"
Bukannya menggeleng Niko malah mengangguk.
"Kamu jangan macam-macam, Niko!" Mama meletakkan semprotan dan menjewer telinga Niko. Putranya itu tampak meringis kesakitan.
"Aduh Ma... Macam-macam apa sih? Belum juga dipegang masih disentuh!"
Mama membelalakkan mata mendengar omongan anaknya itu. "Kalau kamu sampai macam-macam. Mama sunat lagi kamu!"
Niko malah tertawa mendengar repetan sang Mama. Ia melihat satu bunga dalam pot kecil. Senyum di wajahnya terbit.
"Niko, mana bunga Mama?" Teriak Mama pada sang anak saat menyadari satu bunganya sudah hilang. Padahal Mama baru saja menyemprotnya.
Seolah tidak mendengar dengan setengah berlari Niko menuju garasi rumah. Ia mengambil kunci motor dari sakunya. Wajah penuh senyuman menghiasi pahatan maha karya itu.
"Kok kayak maling bunga aku ya?!" Niko kembali memasuki rumah dan meminta plastik pada pelayan rumah. Lalu kembali ke garasi dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Tak lama Niko sampai di depan rumah Dyra. Ia merogoh kantong dan menekan benda pipih seraya meletakkan di telinganya.
Deringan suara musik sebagai ringtone menggema di sebuah ruang kamar. Tampak seorang gadis sedang tidur terlelap. Dan tersentak karena suara deringan ponsel yang terus menerus.
"Siapa sih?" Dengusnya kesal, dengan malas ia bangkit dari ranjang mengambil ponsel yang terletak di atas meja belajar.
''Sayang Tampanku.'' Dyra menatap nama kontak yang tertera di ponselnya. Mencerna sambil sejenak mengumpulkan jiwa dan raganya yang belum menyatu.
Sedetik...
Dua detik ...
Tiga detik...
Dyra membelalakkan mata menyadari nama kontak tersebut. Lalu sebuah pesan masuk mengagetkannya.
"Aku di depan rumahmu." Dyra membaca pesan tersebut.
Ting Tong
Ting Tong
Dyra yang sudah mencuci muka dan berganti baju tidurnya segera berlari ke ruang tamu. Ia takut Ayah dan Bunda yang akan membuka pintu.
cekrek
"Hai... aku..." Belum sempat Niko menyelesaikan ucapannya, Dyra sudah menutup mulut lelaki itu dengan kedua tangannya.
"Aku bawa ini!" Niko memberikan bungkusan dan akan bergegas masuk.
Dyra meletakkan saja di atas meja. "Ngapain sih kamu ke rumahku?"
"Ngapelin kamu..."
"Dyr... siapa yang datang?" Suara teriakan terdengar dari dapur.
"Mi-mila, Bun. Dyra pergi bentar ya, Bun." Dyra menarik paksa Niko keluar dari rumahnya.
"Aku belum izin sama camer lho, sayang." Ucapnya tanpa merasa bersalah. Dan Dyra tetap menyeret Niko pergi dari rumahnya.
Tak lama mereka sekarang berada di sebuah kafe. Karena malam minggu pengunjungnya cukup ramai. Pelayan kafe membawa daftar menu pada mereka.
"Mau makan apa, sayang?" Tanya Niko melirik Dyra yang tampak masih kesal padanya.
"Terserah!" Jawaban sinis dari gadis imut itu terdengar.
"Mbak, nasi goreng komplitnya 2 terus..." Niko melirik Dyra yang sibuk melihat sekitar. "Jus cintanya 2."
'Jus cinta?' Karena penasaran Dyra melihat daftar menu dan tidak menemukan minuman dengan nama tersebut di buku menu.
"Mana jus cintanya?" Tanya Dyra polos.
"Nggak ada yah. Ya sudah lemon tea saja 2, mbak." Ucap Niko tersenyum senang mengerjai Dyra yang sekarang makin menunjukkan wajah kesal padanya.
"Baiklah. Tunggu sebentar pesanan akan segera disiapkan." Ucap pelayan kafe sambil tersenyum ramah.
Tak lama makanan pun datang. Tanpa basa basi Dyra langsung melahap nasi goreng yang menggoda selera.
"Pelan-pelan makannya, aku nggak minta kok!" Ucap Niko lembut sambil mengambil nasi yang menempel di sudut bibir Dyra.
Gadis itu terpaku sejenak merasakan perasaan aneh di hatinya. Ia pun menepis tangan Niko lalu mengambil tissu dan mengelap mulutnya sendiri.
"Kamu mau apa lagi sih?" Tanya Dyra ketika mereka telah selesai makan. "Kita sudah putus!"
"Kapan?" Tanya Niko santai.
Dyra membuang mukanya. Bicara dengan Niko membuat tensinya naik.
"Apa kamu begitu menyukai Rey?"
"Iya aku menyukainya!" Jawab Dyra yakin. Wajahnya merona hanya mendengar namanya saja.
"Rey tidak menyukaimu."
Wajah Dyra langsung cemberut.
"Kamu bukan tipenya. Lihatlah depan belakang sama saja. Seperti jalan tol, rata tanpa tonjolan!" Cibir Niko tanpa filter.
Dyra sangat kesal mendengar cibiran Niko mengenai fisiknya. "Dasar mesum!"
"Seminggu. Kita pacaran selama seminggu ke depan. Jika dalam seminggu aku tidak menyukaimu kita akan putus."
Dyra menatap aneh mendengar perkataan Niko.
"Ingat... Kamu yang menembakku bukan aku! Beruntunglah aku memberimu kesempatan!"
"Kalau begitu tidak usah memberiku kesempatan. Aku juga tidak butuh kesempatan darimu."
"Aku sedang berbaik hati memberimu kesempatan! Ayo, kita pulang!"
Niko bangkit dan berjalan menuju kasir. Ia membayar makanan di kasir. Setelah itu ia menoleh ke belakang. Lalu menghela nafas, gadis itu masih duduk di sana.
"Ayo, pulang!" Niko mengulurkan tangan di depan meja yang masih di tempati Dyra.
"Hanya seminggu!" Ucap Niko menatap lekat kedua mata Dyra, begitu pun Dyra sebaliknya. Mereka saling bertatapan dengan pikiran masing-masing.
Kedua tangan pun saling bergandengan berjalan keluar kafe. Wajah malu dan salah tingkah terpampang jelas di wajah mereka.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Dian Romadhon
garasi ya.. bukan bagasi. kl bagasi itu yg ada di dalam mobil
2023-12-16
2
Mina Rasi
jadi senyum² sendiri, ingat masa² cinta monyet🤣
2023-05-16
0
afilla
menurut aku mencintai dalam diam alias bertepuk sebelah tangan itu susah susah senang,aku dulu pernah ngalami suka sama cowok tapi tak mampu menyampaikan ,karena pada jaman aku dulu ngga pantas perempuan bilang cinta duluan lain sama jaman sekarang,
2022-02-06
3