Niko membawa kantong plastik berisi makanan ke depan ruang guru. Ia melihat Rey yang baru keluar dari sana.
"Ngapain, Bro?" Tanyanya sambil melihat Dyra yang sedang merapikan buku-bukunya dari balik jendela.
"Biasa... ngumpul PR. Kantin yuk!" Ajak Rey.
Niko menunjukkan kantong plastik bawaannya. Sejenak Rey mengangguk mengerti.
"Ah... iya. Ku lihat dia masih di dalam. Aku duluan ya." Rey menepuk pundak Niko dan berlalu pergi.
Tak berapa lama, Dyra keluar dari ruang Guru. Terkejut melihat Niko masih berdiri menunggunya.
"Kok masih nunggu di sini?" Dyra mengira Niko sudah pergi.
"Mau makan sama Kamu." Dengan senyuman ia menunjukkan bawaannya.
Di bawah rindangnya pohon di pinggir lapangan. Dyra dan Niko duduk di sana. Melahap roti dan susu coklat dalam kemasan.
"Tadi ngapain di sana? kok lama?" Tanya Niko setelah menyelesaikan makanannya.
"Nggak ada."
Lelaki itu hanya tersenyum tipis, Dyra tidak mau bercerita padanya.
"Besok malam keluar, yuk!" Ajaknya mengalihkan pembicaraan.
"Be-besok malam?" Dyra mengingat ia besok malam harus mentraktir Rey.
"Hmm... Nggak bisa!" Tolak Dyra langsung.
"Kenapa?"
Dyra berpikir panjang dan tampak bingung merangkai alasan. Tidak mungkin mengatakan ada janji dengan Rey.
"A-aku mau belajar." Ucap Dyra penuh gugup.
Niko menatapnya sejenak. "Baiklah... belajar yang rajin ya!" Niko jadi mengacak rambut Dyra.
"Rambutku jadi berantakan lho!!!" Dyra menjauhkan tangan Niko dari rambutnya. Gadis itu merasa sangat malu juga gugup. Rambutnya yang diacak tapi hatinya yang jadi tidak karuan.
"Aku mau ke kelas!" Dyra langsung pergi sambil setengah berlari menuju kelasnya. Begitu terburu-buru hingga meninggalkan bukunya.
Niko membuka dan melihat-lihat buku catatan Dyra. Dan tidak sengaja melihat sebuah kertas terselip di sana.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bel panjang tanda pelajaran telah usai berbunyi. Murid-murid pada keluar kelas dengan semangat. Sama seperti Dyra dan Mila, mereka berjalan melewati lorong sekolah. Langkah Dyra terhenti saat melihat sosok yang berjalan ke arahnya terlihat begitu berkilauan.
"Dyr!" Mila menyadarkan Dyra.
Gadis itu mencoba menetralkan wajah kagumnya. "Mau apa kamu?" Kata-kata sinis keluar lagi dari Dyra.
Niko memberikan buku pada Dyra. Dyra melihatnya dan baru menyadari jika tadi ia meninggalkan buku itu.
"Pulang yuk!" Ajak Niko.
"Nggak... Aku bareng Mila."
Niko mendengus, Dyra selalu menolak niat baiknya mengantar pulang. Harus dengan pemaksaan baru bisa menurut.
"Ya sudah... Hati-hati di jalan ya. Aku duluan!" Pamit Niko dan berlalu pergi.
Dyra menatap punggung Niko yang perlahan menjauh. Ada rasa kesal dalam hatinya. Niko pergi begitu saja, biasanya lelaki itu memaksa dan menarik tangannya agar mengikutinya.
"Kok nggak mau diantar sih, Dyr? kan lumayan ngirit ongkos!" Ucap Mila jujur.
"Biarkan saja sana!" Dyra melangkahkan kaki kembali.
"Jadi teringatnya hubungan kalian bagaimana?" Mila mulai penasaran.
"Biasa saja. Ia meminta pacaran seminggu, sebentar lagi juga putus!"
"Putus? Apa kau tidak menyukainya?" Mila memicingkan mata.
"Aku?" Dyra menunjuk diri sendiri. "Nggak kerjaan suka sama orang seperti itu!"
"Oh ya... ku dengar teman sekelasnya menyukai pacarmu itu."
Dyra merasa risih mendengar ucapan Mila. "Biarkan saja!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Malam itu Dyra sedang mengerjakan PR di kamarnya. Mencatat dan membolak-balikkan buku pelajarannya. Hingga suara deringan ponsel mengagetkannya.
"Ngapain sih dia nelpon?" Dyra bergumam pelan menatap layar ponselnya. Hatinya berdesir melihat nama kontak tersebut.
Dyra mengangkat panggilan video.
"Halo sayang... lagi ngapain?"
Hampir satu wajah lelaki itu terpampang di layar ponsel.
"Mau apa nelpon?" Tanya Dyra sinis dengan raut wajah cemberut. Wajah gadis itu juga kini mulai memerah.
"Bicara sama kamulah!"
"Aku lagi belajar." Dyra memotong ucapan Niko. "Sudah ya aku matikan!"
"Tunggu tunggu dulu! Kamu belajar saja, aku cuma mau menemani kamu belajar. Janji nggak ribut!"
Dyra meletakkan ponsel di depannya. Dan mulai fokus mengerjakan PR. Sementara Niko amat senang bisa melihat wajah gadis yang sudah mencuri hatinya.
"Cantik." ucap Niko pelan.
"Apa katamu?" Dyra melihat ke layar dan Niko langsung gugup.
"Ng-nggak kok. Kamu belajar apa?"
"Matematika."
"Bisa?"
"Bisa... tadi di ruang guru, Rey telah mengajariku." Dyra yang sedang menulis seketika terhenti menyadari ucapan yang baru dikatakannya.
"Oh..." Raut wajah Niko berubah datar, tidak ada senyum menghiasi wajahnya lagi. "Ya, sudah lanjutlah belajar. Aku mau tidur dulu!"
Dyra menatap layar ponsel. Tidak ada lagi wajah lelaki itu, karena panggilan telah berakhir.
'Dia kenapa sih?' Dyra pun kembali mengerjakan PR nya.
Dyra merapikan buku dan memasukkan ke dalam tas. Setelah itu ia melihat ponselnya. Ia hendak mengirimkan pesan, tapi tidak tahu mau mengetik apa di pesan tersebut. Hingga akhirnya Dyra memilih tidur.
Pagi-pagi Dyra sudah berada di dapur. Membuat Bunda bingung.
"Kamu ngapain?"
"Dyra mau buat sarapan, Bun." Ia sedang memotong-motong sosis.
Tak lama nasi goreng buatan Dyra telah masak.
"Bun... coba rasa enak nggak?"
Bunda mengambil sendok dan merasa nasi goreng buatan sang anak.
"Enak."
"Benar, Bun?" Tanya Dyra tidak yakin. Bunda lalu mengangguk membuat wajah Dyra tersenyum senang.
Gadis itu menyalin nasi goreng ke kotak makan. Satu telur mata sapi, timun, tomat ditata di atasnya. Dyra tersenyum melihat kotak makanan itu.
Di depan gerbang sekolah Dyra berdiri. Melihat-lihat murid-murid yang mulai berdatangan.
'Mana sih?'
Dyra tersenyum tipis saat melihat sebuah motor masuk gerbang, melewatinya dan menuju parkiran. Gadis itu pun berjalan ke arah parkiran.
Motor terparkir dan pengendara membuka helm. Lalu turun dari motor dan terkejut melihat Dyra.
"Kamu... Kamu ngapain di sini?" Tanya Niko melihat Dyra ada di depannya.
"Ini buat kamu!" Dyra memberikan kotak makan yang dibungkusnya pada Niko.
Lelaki itu melihat bungkusan dan saat melihat ke depan lagi Dyra sudah tidak ada. Sudah kabur karena malu mungkin.
Di kelas Niko meletakkan kotak makan di meja. Menatap sambil menahan senyum bahagianya. Rasa kesalnya tadi malam mendadak hilang dengan sogokan Dyra.
"Apa yang lucu dilihati terus? Dibuka terus dimakan." Ledek Bram melihat ekspresi Niko yang berbinar pada kotak makan itu.
"Kenapa?" Tanya Rey penasaran.
"Niko dibuatin sarapan sama pacarnya." Ucap Bram memberitahu.
"Mau dong!" Rey akan merebut tapi Niko langsung menepis.
"Ini dari pacarku!" Niko pun membuka kotak makan dan melahap makanan itu.
"Enak?" Tanya Bram polos. Niko pun mengangguk.
"Aku minta..." Rengek Bram.
"Nggak boleh!" Niko memegang kotak makanannya dan menjauh dari Bram.
"Satu suap saja!" Bram mengangguk-anggukkan kepala membuat Niko jadi terpaksa menyuapkan satu sendok. Temannya memasang wajah minta dikasihani.
"Hmm... Enak. Satu suap lagi!" Rengek Bram tidak tahu malu. Malah minta tambah.
"Dyra membuatnya untukku! Sana minta sama pacarmu untuk membuatkannya." Dengus Niko mempercepat lahapannya. Ia harus segera menghabiskannya.
"Dasar pelit!!!" Bram mencibir.
"Kau mau? Ntar kau bilang pula aku pilih kasih sama kalian!" Niko menyodorkan satu sendok kepada Rey.
"Makanlah! Aku sudah kenyang." Tolak Rey cepat.
Mendengar Rey menolak, dengan cepat Bram memasukkan nasi goreng ke mulutnya, membuat Niko menatapnya tajam.
"Jatah Rey untukku!" Ucap Bram sambil tertawa. "Besok-besok aku harus cari pacar yang bisa masak."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Muhammad Alwi
❤️❤️❤️❤️
2022-02-09
3