"Aduh... ngapain sih kalian bawa aku kemari?" Berontak Dyra. Tadi saat ia baru datang ke sekolah. Baru juga sampai gerbang, ia sudah dihadang Dea cs. Dan mereka membawa Dyra ke belakang sekolah.
Ana dan Kiki memegangi sisi kanan dan kiri Dyra. Membuatnya sulit bergerak.
"Eh, Bocil... Nggak ngerti-ngerti dibilangin ya!" Dea menoyor kepala Dyra dengan kuat. Dyra ingin membalas, tapi pegangan kedua temannya Dea cukup kuat.
"Aku sudah bilang, jangan dekati Niko!" Senggak Dea emosian.
"Dia yang dekati aku!" Potong Dyra cepat.
Plak
Dyra terdiam dan menatap Dea tajam, tangan itu berani-beraninya mendarat di pipinya. Ia pun menginjak kaki kedua temannya Dea dan menghempas tangan mereka. Membuat pegangan mereka pun terlepas.
"Kau cari masalah×" Dyra yang sudah geram menjambak rambut Dea.
"Aduh rambutku baru di salon ini!"
Terlibat jambak-jambakan antara kedua gadis remaja itu. Mereka sampai bergelut di tanah.
"Hei... sudah hentikan!" Kedua temannya akan merelai dan hanya memegangi tubuh Dyra. Membuat Dea akan menjambaknya lagi. Dengan cepat Dyra menggigit tangan mereka bergantian.
"Tanganku!!!" Ucap Ana dan kiki melihat bekas gigitan di tangannya. Dengan cepat melepaskan Dyra. Gadis itu terlalu bar-bar.
Dyra kembali menjambak Dea. Tidak dihiraukannya teriakan kesakitan Dea. Gadis itu juga menggigit tangan Dea yang akan mencekik lehernya.
"Apa yang kalian lakukan?"
Di ruang Guru ke empatnya berdiri, dengan penampilan berantakan. Pakaian kotor dan rambut mereka yang hancur. Sungguh sangat berantakan.
"Kenapa kalian bertengkar?" Tanya pak Guru dengan suara tegasnya.
"Dia!" Ke empatnya kompak menjawab. Dyra menunjuk Dea, sementara mereka bertiga menunjuk Dyra. 4 pasang mata itu saling beradu dalam tatapan.
"Mereka bertiga yang cari masalah, Pak!" Ungkap Dyra cepat.
"Bukan, Pak... Dyra yang duluan nyari masalah!"
"Iya pak... Lihat tangan saya sampai digigitnya!"
"Iya pak... Dia yang menyuruh kami ke belakang sekolah. Dan menjambak rambutku!" Adu Dea dengan akting wajah memelas.
Dyra meremas tangannya, bisa-bisanya ketiga orang itu malah membalikkan fakta. Jelas-jelas mereka yang menyeret dirinya.
"Pak... kalau saya mau nyari masalah, masa saya sendirian sementara mereka bertiga. Mereka itu yang cari masalah sama saya!" Dyra membela diri.
Dea tidak terima dan terjadi perdebatan lagi dengan Dyra.
"Kau... Jangan bohong pada pak Guru!!!"
"Kau yang jangan bohong! Kau yang cari masalah duluan!!!"
"Kau!!!"
"Kau!!!"
Pak Guru mengelus dada. Suara kedua gadis itu bisa mengalahkan konser musik.
"Diam!!!" Bentak pak Guru akhirnya. Keduanya pun terdiam dan saling melotot.
"Kalian ini. Saya tidak mau lihat kalian bertengkar lagi. Jika ini terjadi lagi panggil orang tua kalian kemari!" Ancam Pak Guru.
Dyra dan Dea hanya diam menunduk. Jika orang tua Dea tahu ia terlibat pertengkaran di sekolah, ia takut akan dipindahkan dari sekolah. Begitu juga Dyra, jika sampai orang tuanya dipanggil. Pasti akan menyulitkannya. Padahal bukan dia yang cari masalah.
"Permisi, pak..."
Wajah Dyra dan Dea langsung tersenyum melihat sosok yang datang. Sosok yang selalu berkilauan dan menenangkan hati juga sanubari.
"Niko, lihat kelakuan bocil ini, rambutku jadi berontokkan!" Adu Dea menunjukkan rambutnya yang rontok. Dengan nada manja mengadukan perbuatan Dyra.
"Kamu nggak apa?" Niko menyueki Dea, ia lebih mengkhawatirkan pacarnya.
Yang membuat Dea makin kesal. Apalagi saat Dyra mengulurkan lidahnya mengejek dirinya. Seolah-olah Dea sudah kalah telak.
"Si Bocil ini Bar-bar! Lihat yang dilakukannya pada kami."
Dea, Ana dan Kiki menunjukkan bekas gigitan Dyra.
"Itu caranya membela diri! Kalian berani-beraninya mengeroyoknya!" Ucap Niko penuh nada intimidasi membuat ketiganya jadi merinding.
"Maaf, pak... Saya bawa Dyra ke UKS." Niko menarik tangan Dyra agar segera ke luar ruangan itu. Tapi sebelum keluar Niko berbalik dan menunjuk Dea. "Urusan kita belum selesai!!!"
Dyra kini berada di ruang UKS dengan memakai seragam olah raga. Seragam sekolahnya sangat kotor akibat pertarungan sengit dengan Dea.
"Kebesaran bajunya!" Dyra menatap baju olah raga yang cukup besar di tubuh mungilnya.
"Namanya baju pacar." Ledek Mila yang mengkompres pipi Dyra hasil tamparan Dea. "Masalah apa tadi sama Dea, sampai kau ditampar gini?"
"Biasa... mereka nggak suka aku dekat sama Niko. Bukan sekali lho, Mil... Pernah juga mereka mau mengeroyokku di kamar mandi..." Dyra pun mulai menceritakan pada Mila.
"Mereka jahat. Ditolak Niko kok malah kau yang dikeroyok!"
"Ini makan dulu!" Niko datang membawa sebungkus makanan yang diborongnya dari kantin.
"Tadi aku sudah sarapan. Aku mau balik ke kelas. Kamu sana balik ke kelas." Ucap Dyra yang malu. Niko senyum, pasti karena melihatnya memakai baju kebesaran.
"Aku sudah izin tadi. Bawa saja ini. Ntar istirahat makan sama temanmu." Niko memberikan plastik itu pada Dyra. Dan gadis itu menerimanya.
"Terima kasih, ya. Nanti bajumu aku kembalikan ya."
Niko mengangguk.
"Dyr... aku tunggu di luar!" Mila merasa dirinya bagaikan nyamuk di antara mereka.
"Aku masuk kelas ya." Dyra pamit dan akan melangkah keluar.
Niko menahan tangan Dyra dan mengelus pipi Dyra yang cukup bengkak. Niko sangat kesal pasti tamparan itu cukup kuat tadi.
"Sakit?" Tanyanya pelan memastikan. Dyra mengangguk dengan wajah sedih.
Tidak lama wajah Dyra memerah, hatinya berdebar tak karuan. Saat satu kecupan mendarat di pipinya cukup lama.
"Sebentar lagi pasti sembuh. Mana lagi yang sakit?" Tanya Niko dengan tatapan mendalam. Dyra juga menatap Niko dalam.
"Ini... sakit?" Niko menunjuk bibir Dyra. Gadis itu tanpa sadar mengangguk pelan.
Perlahan tatapan mereka makin mendekat. Niko menggenggam satu tangan Dyra erat. Hembusan nafas menerpa wajah keduanya. Wajah mereka sangat dekat mengikis jarak di antara keduanya. Dan...
Tet...
Suara bel istirahat menyadarkan keduanya. Dengan cepat mereka saling menjauh.
"A-aku ke kelas!" Ucap gugup Dyra dengan wajah bak kepiting rebus.
Niko juga gugup. "Ah... Iya!" Menggaruk kepalanya yang tak gatal.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Aku mau bicara denganmu!" Begitu sampai kelas Niko mendatangi meja Dea.
"Aku... aku lagi sibuk!" Ucap Dea membuang wajahnya.
Tanpa basa-basi Niko menarik paksa tangan Dea. Membawa teman sekelasnya itu ke sebuah gudang kosong.
"Kenapa cari masalah sama pacarku?" Tanya Niko menghempas tangan Dea ke tembok. Gadis itu tampak kesakitan, tapi Niko tidak peduli.
"Dia yang cari masalah duluan!"
"Untuk apa dia mencari masalah denganmu? Bahkan dia tidak mengenalmu!"
"Kenapa kamu belain dia?" Dea melipat tangannya di dada.
"Ku peringatkan jangan cari masalah dengannya atau kau akan berhadapan denganku!!!" Ancam Niko dengan aura membunuh.
"Kenapa kau lebih memilih dia? Apa kurangnya aku dibanding dia? Lihat aku, Niko!" Dea memegang tangan Niko. Tapi lelaki itu langsung menepisnya dengan kasar.
"Mau dilihat bagaimana pun. Aku tidak akan menyukaimu. Wajahmu, sifatmu membuatku muak!!!" Ucap Niko dengan wajah sinis.
"Aku... aku..."
"Jangan ganggu pacarku lagi atau... aku akan membunuhmu!"
Dea merinding mendengar ucapan dingin dan tatapan mematikan lelaki itu. Terkejut karena tidak pernah melihat Niko bersikap seperti itu.
'Kau jahat Niko!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ITU TEMAN2NYA DEA, APA UNTUNGNYA BELA2IN DEA, EMANGNYA LO DPT APA DRI DEA, NGAREPIN JAJAN GRATIS DI KANTIN...
2023-01-08
3