"Mau ke perpus?" Tanya Mila yang langsung diangguki Dyra. Bel istirahat telah berbunyi.
"Mau ikut, Mil?" Ajak Dyra yang dengan cepat Mila menggeleng.
"Kalian saja." Mila tidak mau jadi nyamuk di antara mereka.
Sudah seminggu ini setiap jam istirahat pertama, Dyra berada di perpus untuk belajar. Ia selalu semangat ke perpus, karena akan bertemu sang pujaan hati. Niko sudah mengambil tempat duduk dan melambaikan tangan saat Dyra masuk ke perpus.
Niko sekarang pacar yang merangkap guru les. Mengajari Dyra pelajaran yang disebutnya sebagai pelajaran Mematikan. Mengajari dengan sabar, meskipun daya nalar Dyra pada pelajaran itu luar biasa buruk. Bahkan tabel perkalian yang diberikan Niko, Dyra sangat sulit menghafalnya.
"Hah... aku pusing!" Dyra meletakkan kepala di atas meja. Kepala itu dipenuhi angka-angka yang makin lama makin sulit rasanya. Satu soal selesai, kini nambah lagi soal dengan rumus baru. Dan yang pasti penyelesaian berbeda.
"Yang mana yang pusing?" Niko memijat-mijat kepala Dyra pelan. Menunjukkan rasa sayang dan perhatiannya.
"Kiri... yang kanan... agak ke bawah..."
Niko memijat kepala, mengikuti instruksi Dyra. Ada rasa kasihan melihat Dyra yang benar-benar mendengarkan penjelasannya. Tapi sulit menangkap pelajaran itu di kepalanya. Harus sampai berkali-kali baru gadis itu mengerti. Memang harus butuh kesabaran ekstra.
"Aku tidak mengerti ini... Niko ajari aku dong!" Dea yang tiba-tiba datang membawa buku. Jarang melihat Niko ke kantin, akhirnya ia tahu selama ini Niko menghabiskan jam istirahat di perpus. Bersama si Bocil itu.
"Sayang... ayo, kita masuk kelas!" Ajak Niko, Dyra mengangguk dan membereskan buku-bukunya. Mereka lalu pergi tidak memperdulikan Dea yang mengajak bicara.
'Awas saja!!!'
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Sudah sana pulang!" Usir Dyra halus di depan rumahnya. Niko telah mengantarnya pulang.
"Kapan aku boleh masuk?" Tanya Niko, karena gadis itu tidak pernah memperbolehkannya masuk.
"Kapan-kapan." Jawab Dyra santai.
"Ya sudahlah... aku pulang." Ucapnya dengan nada kecewa. Niko melihat kanan dan kiri. Merasa tidak ada orang, dengan cepat ia mengecup pipi kiri Dyra. Membuat gadis itu terkejut dan melihat sekeliling. Takut ada yang melihat.
"Kamu apaan sih?!" Dyra memukul Niko dengan pukulan manja.
"Aku pulang ya." Niko mengelus kepala Dyra. Lalu ia pun menghidupkan motor maticnya. Dan perlahan meninggalkan rumah Dyra diiringi lambaian tangan sang kekasih.
Dyra menghela nafas, menetralkan debaran hatinya. Lalu memasuki rumah.
"Bun... masak apa?" Baru sampai langsung nanya masakan Bunda. Walau sudah makan di luar dengan Niko, perut karet Dyra masih sanggup makan masakan Bundanya.
"Itu siapa yang anter kamu pulang tadi?" Tanya Bunda dengan tatapan menelisik.
Wajah Dyra mendadak pucat. Mulai berpikir, apa Bundanya melihat Niko yang mengecup pipinya tadi. Kalau iya bisa gawat. Bunda nggak memperbolehkannya pacaran dulu, sampai ia tamat SMA.
"I-itu Bun... Teman Dyra, Bun." Jawab Dyra menutupi kegugupannya dengan sedikit berbohong.
"Kok nggak disuruh masuk. Kayak tukang Ojek saja, siap anter pulang!"
"Itu-itu... Itu, Bun. Sebenarnya itu Niko. Dia pacar Dyra, Bun." Gadis itu memilih berkata jujur, dari pada membohongi sang Bunda, yang bisa membuat hidupnya nggak tenang dan diliputi rasa bersalah nantinya.
"Pacar? Bundakan sudah bilang, kamu jangan pacaran dulu!" Bunda menatap sang anak.
"Dyra janji nggak bakal macam-macam kok, Bun. Niko juga nggak pernah macam-macam sama Dyra. Dia sering mengajari Dyra belajar, Bun! Lihat ini Bun... nilai Matematika Dyra ada perubahan setelah diajari Niko." Dyra menunjukkan buku catatan Matematikanya pada Bunda.
Bunda menahan senyum melihat nilai di soal-soal itu. Dapat nilai 30 kadang paling tinggi 50.
Itupun sebenarnya hasil mencontek dari Mila. Yang juga lemah hitung-hitungan. Tapi Mila rajin mengerjakan walaupun tahu bakalan salah jawabannya.
"Nilai kamu 55 lho, sayang." Bunda melihat nilai Dyra yang masih kurang. Menurutnya nggak ada perubahan.
"Itu Dyra menjawabnya sendiri lho, Bun." Jawabnya bangga, biasanya jika ia mengerjakan sendiri, untuk pecah telur saja susah. Nilainya sudah pasti bulat saja.
Dengan sedikit perdebatan, akhirnya Bunda memperbolehkan Dyra pacaran. Dengan catatan gadis itu harus bisa menjaga dirinya dan tidak melakukan hal-hal di luar batasan. Seperti melakukan hubungan se-k sebelum menikah, yang menyebabkan hamil di luar nikah. Yang hal tersebut kebanyakan merugikan perempuan.
"Kalau nanti sudah hamil terpaksa putus sekolah. Kalau pacarnya nggak mau tanggung jawab, bisa hamil tanpa suami. Jadi bahan gosipan tetangga. Terus bisa-bisa bunuh diri atau menggugurkan anak yang di kandungnya. Merugikan belum lagi berdosa..." Jelas Bunda sambil mengambil nasi untuk anak semata wayangnya.
"Gitu ya, Bun..." Dyra bergidik ngeri membayangkan hamil tanpa suami yang pasti jadi bahan gunjingan tetangga. Bagaimana nasib anaknya nanti tanpa seorang Ayah? Dyra menggeleng memikirkan hal itu.
"Kalau laki-laki itu nggak ada cacatnya. Sudah dihamilinya perempuan, masih bisa besoknya dia nyari perempuan lagi. Kalau perempuan sudah begitu, apa lagi sampai hamil. Laki-laki pasti mikir panjang mau sama perempuan itu..." Bunda bercerita panjang lebar, kerugian yang akan didapat perempuan jika melakukan se-k di luar nikah.
Dyra mendengarkan dengan baik sambil melahap masakan sang Bunda. Ia akan mendengarkan nasehat Bundanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Sudah siap PR kamu?" Tanya Niko dari layar ponsel yang diletakkan di atas meja belajar. Wajah lelaki yang juga sedang belajar memenuhi layar ponsel Dyra.
"Belum... kamu sudah siap?" Tanya Dyra sambil sesekali melihat layar ponsel. Wajah Niko yang penuh senyum menatapnya. Membuat pipinya jadi merona. Ia kan malu ditatap seperti itu.
"Sudah dong! Kamu mau ku bantu?"
"Nggak usah... sedikit lagi siap nih PR nya." Dyra kembali fokus mencatat di buku PR nya.
Begitulah tiap malam yang mereka habiskan bersama. Mengerjakan PR dengan video call, seolah sedang belajar bersama. Jika ada yang membingungkan, Dyra akan bertanya pada Niko. Dan lelaki itu menerangkan jawaban dari pertanyaan itu dengan sejelas-jelasnya.
Niko sekarang sedang memperhatikan Dyra dari layar ponselnya. Gadis itu tampak sangat fokus membolak-balikkan buku pelajaran, menyalin ke buku tulisnya.
Wajah cantik dan polosnya membuat Niko tidak pernah bosan memandanginya. Pipi chubby, mata sipit, hidung mungil dan bibir tipis kemerahan. Niko menelan salivanya mengingat ia pernah menyentuh bibirnya sebentar.
'Bagaimana rasanya? Pasti manis.' Pikiran Niko mulai traveling pada bibir yang tiba-tiba merasuki pikirannya.
"Ahh siap juga!" Akhirnya sekian lama mengerjakannya PR itu, ia selesai juga. Dyra merenggangkan tangannya.
"Kamu kok belum tidur?" Tanya Dyra sambil menguap, membuat Niko tampak sedikit kaget.
"Nunggui kamu. Sudah siap semua PR nya?" Tanya Niko berusaha tenang.
Dyra mengangguk. "Sudah jam 10 ternyata, pantas aku sudah ngantuk!" Ia melirik jam dinding.
Niko senyum melihat wajah lesu Dyra dengan mata 5 wattnya itu. "Ya, sudah tidur kita ya.."
"Iya.." Dyra menganguk-anggukkan kepala. Matanya tidak bisa diajak kompromi lagi.
"Selamat malam Dyra sayang... Love you."
"Love you too.."
Dengan cepat Dyra mematikan sambungan video call tersebut. Lalu berjalan cepat ke ranjang dan merebahkan dirinya. Rasa ngantuk sudah menguasainya. Hingga dalam hitungan detik saja Dyra sudah terlelap.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEBENARNYA DI ISLAM HARAM UNTUK PACARA... BNYK ANAK2 MUDA SEKARANG PACARAN HINGGA KBABLASAN KRN KURANGNYA PENDIDIKAN AGAMA DRI ORG TUA..
2023-01-08
2
Muhammad Alwi
vicual nya dong author ..
2022-02-09
2
Miss Taehyung
ahh... mauuu
2022-02-08
1