Cekrek
Dengan perlahan Dyra membuka pintu rumah. Kepalanya menongol melihat sekeliling dalam rumah. Lalu melangkah pelan dan mengendap-endap menuju kamarnya. Ia sempat melihat sang Bunda yang sedang fokus menonton tv.
"Kalau masuk rumah itu beri salam. Bukan mengendap-endap kayak maling Dyra!"
Dyra yang ketahuan langsung menyengir. Bunda punya mata yang begitu tajam.
"Itu pipi kamu kenapa?" Tanya Bunda gusar, melihat pipi putri kesayangan satu-satunya bengkak.
"I-i-ini... ini Bun..."
"Siapa yang berani menampar anak cantik Bunda?" Wanita paruh baya itu tampak kesal sekali. Seumur hidupnya ia tidak pernah menampar anaknya, kenapa orang lain berani-beraninya menampar Dyra.
"Bun... Dyra sudah nggak apa!" Saat ini ia berbaring di ruang tv, Bunda mengkompres pipi dengan lembut dan perlahan.
"Bunda akan beri pelajaran si Dea-Dea itu. Berani-beraninya menampar anak cantik Bunda!" Ucap Bunda setelah Dyra menceritakan apa yang terjadi di sekolah.
"Ini baju olah raga siapa yang kamu pakai?" Tanya Bunda melihat baju olah raga yang kebesaran dipakai Dyra.
"Niko, Bunda." Jawab Dyra cepat. "Baju Dyra kotor, jadi dia pinjami baju olah raganya."
Bunda mengangguk mengerti.
"Sudah... nggak terlalu nampak bengkaknya. Sana ganti baju! Bunda masak makanan kesukaan kamu."
"Terima kasih, Bunda." Dyra bangkit memeluk Bundanya.
'Seperti apa anak yang bernama Niko? Apa begitu tampan sampai jadi rebutan?!' Batin Bunda penasaran.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Jadi gara-gara rebutan cowok kalian jambak-jambakan?" Tanya Ayah setelah Bunda menceritakan kejadian yang di alami Dyra di sekolah.
"Bukan rebutan, Ayah! Si Dea itu saja yang tidak terima Niko pacaran sama Dyra. Makanya mau ngebully Dyra!" Cerita sang anak.
"Sama saja cuma gara-gara laki-laki!"
Dyra diam sambil melahap makan malamnya.
"Apa yang namanya Niko itu tampan?" Tanya Ayah yang tampak penasaran, Dyra pun mengangguk.
"Tampanan mana sama Ayah?" Tanya Ayah menautkan alisnya, melihat Dyra berpikir sejenak.
"Ayah dong! Niko kalau dibandingkan sama Ayah, seperti remahan peyek." Jawaban Dyra membuat Ayah tersenyum senang.
'Dari pada uang jajanku berkurang.' Dyra tersenyum manis mencari aman.
"Jelaslah Ayah memang paling tampan dong." Ucap Ayah bangga sambil melirik Bunda yang memutar bola matanya malas.
"Makanya Bundamu cinta mati sama Ayah." Goda Ayah. Bunda langsung menatap tak terima.
"Jangan kepedean! Ayah kali yang cinta mati, bukan Bunda."
Ayah tersenyum melihat sang istri berwajah cemberut itu.
"Apa kamu suka sama yang namanya Niko itu?" Tanya Ayah menatap sang putri serius.
Dyra mengangguk. "Gimana bilangnya ya, yah." gadis itu tampak berpikir membuat Ayahnya bingung.
"Jantung Dyra berdebark kencang gitu tiap lihat Niko, yah. Kayak mau copot gitu dari tempatnya!" Ucap Dyra polos. Tanpa malu menceritakan apa yang dirasakannya.
Ayah dan Bunda saling menatap dan kembali menatap anaknya. Gadis kecilnya dulu kini sudah beranjak remaja.
"Ingat pesan Ayah jaga diri dan jangan macam-macam!" Ayah menasehati sang anak panjang lebar. Dyra mendengarkan sambil menganggukkan kepala.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dyra melangkah ke kamarnya, setelah tadi mendengarkan ceramah Ayah. Yang pada intinya, sebagai seorang perempuan harus bisa menjaga dirinya. Tidak terbuai ucapan manis semanis madu dari laki-laki.
Dyra meraih ponsel di atas meja. Mencolok headset ke ponsel lalu merebahkan diri di ranjang empuknya. Alunan musik menggema di telinganya.
Sayang tampanku : Lagi apa?
Dyra tersenyum samar membaca satu pesan masuk. Ia berpikir sebentar dan membalas pesan tersebut.
Me: Lagi mikirin kamu.
Ting... Suara pesan masuk kembali ke ponsel Dyra.
Sayang tampanku : Masa?😊
Me : Tapi bohong.
Sayang tampanku : Hmm 🙄
Dyra tersenyum-senyum pada benda pipihnya. Gadis itu terkejut saat panggilan video masuk. Dyra melakukan olah raga muka lebih dahulu, sebelum menjawab panggilan sang kekasih. Agar tidak ketahuan, kalau ia senang menerima telepon lelaki itu.
"Iya..." Ucap Dyra dengan wajah datar tanpa senyum. Terlihat lelaki itu tersenyum manis. Dyra menahan untuk tak tersenyum, saat melihat wajah Niko yang membuatnya rindu. Padahal baru beberapa jam yang lalu mereka tidak bertemu. Melihat wajah Niko dari layar ponsel membuat hatinya berbunga-bunga.
"Masih sakit pipinya?" Tanya Niko lembut.
Dyra menggeleng. "Sudah nggak bengkak. Tadi Bunda juga sudah mengkompresnya kok!"
"Oh... Besok kalau masih bengkak..." Niko menjeda ucapannya menatap Dyra.
"Aku... aku obati lagi!" Ucap Niko cepat mengalihkan pandangannya.
Dyra pun berusaha tenang menutupi kegugupannya.
"Oh, iya... jadi kamu lagi apa ini?" Niko mengalihkan pembicaraan.
"Aku mau tidur.." Jawab Dyra cepat.
Wajah senyum Niko langsung berubah mendengar gadis itu akan tidur. Ia melakukan panggilan video karena rasa rindunya pada sang kekasih.
"Kamu ngapain nih? Nggak tidur?"
"Ini lagi ngerjai PR." Niko menunjukkan buku-buku pelajarannya.
"Ya sudah, lanjutlah kerjakan PR nya. Aku lagi nggak ada PR. Aku tutup ya!" Ucap Dyra tidak mau mengganggu Niko belajar.
"Jangan!!!" Ucap Niko cepat. "Temani aku bentar yah." Niko menunjukkan wajah memelas yang membuat Dyra ingin tertawa.
"Ya... Dyra sayang?"
Dyra mengangguk, hatinya selalu senang mendengar kata sayang. Padahal Niko sering mengucapkan padanya. Kata yang seperti membuatnya kecanduan. Dyra tidak pernah bosan mendengarnya. Kata-kata yang selalu dirindukan dari orang yang tersayang.
'Aku kangen kamu, sayang...' Dyra senyum menatap Niko. Pantas saja Dea mengajak perang dengannya. Lelaki yang bernama Niko ini, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Wajah tampan nan rupawan,
Hidung mancung bak perosotan,
Sorot mata yang tegas dan tajam,
Dan...
Glek
Bibirnya itu...
Otak Dyra traveling membayangkan bibir yang menggoda iman.
"Sayang..."
"Ya..." Jawab Dyra gelagapan. Wajah gadis itu sedikit memerah, ia ketahuan melamun.
"Kok ngelamun?" Tanya Niko sambil tetap mengerjakan PR nya. Matanya sesekali melihat Dyra.
"Ng-nggak kok." Ucap Dyra merasa sangat malu.
Seperti terhipnotis, wajah Dyra tersenyum manis lagi menatap Niko yang sedang fokus pada PRnya. Dan wajah tersenyum itu langsung berubah datar, begitu Niko melihatnya.
"Bentar ya, sayang... Sedikit lagi selesai kok."
Dyra menggangguk pelan. Menyanggahkan ponsel di bantal. Lalu menarik selimut.
Mata Dyra masih melihat layar ponseknya. Lelaki yang berada di layar ponsel itu masih sibuk mengerjakan PR nya.
"Sudah siap sa...yang." Niko menarik nafas lalu tersenyum pada Dyra. Melihat dari layar ponsel, gadis itu sudah tertidur lelap. Wajahnya begitu polos saat tidur.
Niko menyanggah dagunya, menatap dalam dari layar ponselnya. Diam memandangi wajah sang kekasih. Ia juga menscreenshot layar ponsel. Mengabadikan wajah Dyra yang begitu menggemaskan saat tidur. Dan tersenyum menatap layar ponsel itu.
"Selamat tidur Dyra sayang. Mimpi indah..." Niko mengecup layar ponselnya, seolah dan seakan sedang mengecup Dyra.
"Aku sayang kamu..." Perlahan memutus panggilan video itu. Dengan tersenyum bahagia ia membereskan meja belajar. Lalu pergi tidur, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Niko merebahkan tubuhnya menatap foto Dyra yang tadi sempat diam-diam diambilnya. Perlahan memejamkan mata sambil tersenyum, berharap dapat bertemu Dyra di alam mimpi.
'Ngarep.'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Mina Rasi
itulah rasa ketika jatuh cinta, semua terasa indah wkwk
2023-05-16
3