Episode Tujuh

10 Tahun yang lalu.

Niken dan Elsa berlari menyusuri trotoar dengan mengenakan baju hitam putih, rambut dikuncir dua, mengenakan papan nama yang digantung dileher mereka. Pintu gerbang sudah ditutup, mereka sudah terlambat.

"Yahhhh gimana dong?" Tukas Elsa dengan wajah yang ditekuk masam.

"Ohhh, jalan belakang." Niken punya ide yang cemerlang dengan meloncat ke tembok di belakang fakultas lain.

"Lu yakin?" Ujar Elsa ragu.

"Ealah... Udah ayo..."

"Kita nggak bakalan ketahuan?"

"Elsa, kita tuh udah jadi murid terbaik di sekolah. Ya kali-kali kek kita manjat dinding. Ini namanya kepepet. Kalau udah kepepet apa aja bisa dilakukan." Kata Niken.

"Kalau ada apa-apa, tanggung jawab lu ya." Balas Elsa.

"Ya kalau ada apa-apa, ditanggung sendiri dong Elsa."

"Yaaaa elu mah gitu."

"Okey-okey, kita sama-sama aja." Balas Niken akhirnya. Niken dan Elsa manjat ke dinding kampus yang nggak seberapa tinggi. Niken manjat terlebih dahulu. Namun begitu ia turun, sudah ada Adam dan Sameer yang memantau pergerakan mereka. Niken segera ditindak lanjuti oleh Adam.

"Niken, entar turunnya bantuin ya." Kata Elsa. Sameer menatap Niken dengan tajam.

"I-i-iya Elsa."

"Kamu, ikut gue." Kata Adam. Niken akhirnya meninggalkan Elsa karena sudah ketahuan duluan. Ia pun di hukum oleh beberapa kakak senior lainnya.

"Nggak usah manja. Ayo push up." Ujar Adam. Mau tak mau Niken menuruti semua perintah kakak seniornya itu.

"Aku capek kak. Boleh ya aku istirahat sebentar." Pinta Niken.

Adam menyunggingkan bibirnya, "ya udah sini sini." Ucap Adam. Niken tersenyum lalu duduk. Karena parasnya yang cantik, Niken di goda oleh beberapa senior lainnya.

"Namamu siapa?" Goda Ghani.

"Niken." Jawab Niken pendek. Adam, Ghani, Viki dan Yudi berkerumun mendekati Niken.

"Wahhh cantik ." Puji Ghani menyenggol Adam.

"Kenalan dulu." Ujar Viki mengulurkan tangannya. Meski agak seram untuk mengulurkan tangan, tapi Niken berusaha melawan rasa traumanya itu. Niken berusaha membalas uluran tangan mereka. Meski pun sebenarnya agak takut karena philophobia yang ia alami selama beberapa tahun terakhir ini semakin memburuk. Ghani, Viki dan Adam saling berebut. Sehingga membuat Niken kembali mengalami kecemasan yang sangat tinggi. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, seluruh tubuhnya bergetar dan dingin, keringat mulai muncul dengan berlebih. Niken merasa sesak nafas pula.

"Enggak... Jangan... Jangan....!!!" Teriak Niken. Saat melihat reaksi Niken yang aneh. Mereka bertiga terdiam. Niken tiba-tiba histeris.

"Ehhh kenapa nangis. Tuh kan elu sih. Udah ya jangan nangis cantik." Kata Adam.

"Biar gue aja." Kata Ghani.

"Gue aja." Tambah Viki.

"Jangan sentuh aku. Tolong..." Teriak Niken. Ia berjongkok dengan takut. Memejamkan kedua matanya. Kenangan pahit saat ia masih berusia 6 tahun itu muncul bagaikan sebuah senjata tajam yang hendak menerkamnya. Bayangan seorang lelaki dewasa yang sangat menyeramkan. Dan tangisan seorang sahabat yang sangat ia cintai.

Tiba-tiba sebuah tangan dengan hangat meraih pundak Niken. Kakek...? Sentuhan tangan itu mirip sekali dengan kakeknya. Karena hanya almarhum-lah yang mampu menenangkan rasa takut dan cemasnya. Kakek...? Batin Niken. "Kau tidak apa-apa?" Suara lelaki itu sangat lembut dan nge-bass Niken membuka matanya pelan-pelan, lalu ia melihat sosok lelaki bertubuh tegap dan bidang dengan jelas. Ia tak sadar saat dirinya dibawa oleh lelaki itu ke taman kampus. Niken berusaha mengatur nafasnya, meskipun ia masih takut.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya lelaki itu lagi. Niken menggelengkan kepala. Saat melihat Adam, Viki dan Ghani reflek Niken mencengkram kedua tangan dia.

"Me-me-mereka." Niken sangat syok, takut kalau-kalau mereka kembali mengganggunya lagi.

"Ssst tenang, mereka tidak akan mengganggumu lagi." Ujar lelaki itu.

"Aku Hans, namamu siapa?" Hans mengulurkan tangannya.

"Niken." Balas Niken pendek. Niken mengulurkan tangannya. Dan sentuhan tangan Hans sangat mirip dengan kakek. Sangat menenangkan. Kenapa ini? Kenapa sangat berbeda? Siapa dia sebenarnya? Batin Niken.

"Kalau ada yang mengganggumu lagi, kau bisa mengadukannya kepadaku. Kau mengerti?" Kata Hans menenangkan. Niken mengangguk. Hans tersenyum sambil mengusap keringatnya. Niken sangat tersipu dengan sikapnya yang hangat dan perhatian.

"Kak Hans...?" Seru Niken.

"Ya..."

"Terimakasih sudah menolongku." Hans mengangguk sambil tersenyum. Saat itu pula, Niken merasakan hal yang berbeda kepada Hans.

"Niken...?" Seru Naira.

"Itu dia." Tunjuk Via. Lalu mereka menghampiri Niken.

"Ngapain lu disini?" Tanya Naina.

"Ehhh si Elsa kemana?" Tambah Naira.

"Kayaknya dia masih dihukum." Jawab Niken. Naira menarik lengan Niken dan mencari Elsa sahabatnya. Elsa ada di kantin bersama Sameer. Kakak senior yang galaknya mirip singa.

"Ya Tuhan, itu anak, kita nyariin ehh malah asyik berdua-duaan dengan kating." Tukas Naina.

"Kating? Kating apaan Na?" Tanya Via.

"Kakak tingkat, Via." Jawab Naina.

"Lagian elu, seenak jidatnya aja ngenyingkat kata-kata." Imbuh Naira.

"Lihat tuh, si Elsa. Lagi ngerayu kakak tingkatnya dia. Nggak sadar kalau cowoknya posesif banget." Tambah Via.

"Bagus dong. Biar putus dia sama si Indra. Gue lebih suka Elsa sama kak Sameer." Balas Naira.

"Ya elu yang suka. Belum tentu si Elsa suka." Kata Naina.

"Nay, kayaknya kalau gue pikir-pikir nih ya, elu deh yang suka sama kak Sameer." Tebak Via.

"Enak aja. Dia tuh bukan tipe gue."

"Kalau tipe gue, yang kayak gitu." Ketus Niken saat melihat Hans bersama teman-temannya. Sontak saja membuat ketiga sahabatnya saling berpandangan.

"Elu sakit, Ken?" Tanya Naina.

"Entah. Gue juga nggak tahu kalau sekarang lu punya selera sama cowok." Ujar Naira.

"Elu nggak apa-apa kan, Ken?" Tambah Via.

"Kalian kenapa sih? Gitu amat sama gue. Gini-gini gue juga normal tau." Balas Niken.

Hans menggapaikan tangan kanannya. Niken tersenyum ceria. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga kanannya.

"Aku kesana dulu." Kata Hans. Niken mengangguk pelan. Seiring waktu berjalan, Hans sering kali mendapati waktu luang untuk mendekati Niken. Dan Niken pun merasa aman jika sedang bersama Hans. Kadang kala Hans menelponnya, mengajaknya jalan menyusuri kampus, atau sekadar mengajak ia makan dan minum. Dia juga selalu menggenggam tangannya, selalu mengkhawatirkannya, dan sangat perhatian. Namun dengan cara Hans seperti itu, Niken selalu diancam oleh senior perempuan yang menjadi kekasihnya Hans.

"Lu tahu nggak? Dia itu playboy kampus. Seluruh kampus juga tahu, Niken. Jangan deh lu terjerumus oleh rayuan dia." Kata Naira. Niken hampir tak peduli.

"Iya, gue tahu dia itu playboy." Balas Niken.

"Terus...? Kenapa lu masih deket sama dia?" Kata Naira.

"Nay, elu pernah nggak ngerasain sesuatu yang belum pernah lu rasain. Seperti, kayak gini, kayak elu yang awalnya nggak percaya sama yang namanya sayang. Terus tiba-tiba ada cowok yang perhatian sama elu, dan ngebuka semua perspektif negatif lu menjadi sesuatu yang kayaknya berarti banget. Ya gue tahu, elu, Naina, Via dan Elsa pernah ngerasain yang namanya pacaran. Sementara gue? Karena dengan keadaan gue yang kayak gini. Susah buat gue percaya sama cowok. Terus tiba-tiba Hans datang dengan sesuatu yang berbeda. Iya gue tahu kalau dia itu playboy. Tapi pernah nggak sih lu mikir, mungkin aja dengan keberadaannya dia sekarang, di dekat gue. Bisa mengubah mind set gue tentang cowok." Jelas Niken. Naira, Naina, Via dan juga Elsa terdiam sejenak.

"Tapi kalau lu kenapa-napa, cerita ya sama kita. Nggak perlu lagi diem-dieman dan nyembunyiin rahasia apapun dengan kita. Kayak Elsa." Tukas Via. Elsa terdiam merasa terpojokan.

(Baca. The Secret Story)

***

Malam minggu itu Hans menjemput Niken dengan motor Vixion berwarna merah. Niken tampak anggun sekali dengan mengenakan baju berwarna mocca. Hans selalu mengajak Niken mengobrol. Niken tidak pernah merasa canggung apalagi merasa gugup. Hans selalu punya cara untuk mencairkan suasana. Setelah selesai menonton, mereka singgah ke tempat makan.

"Duhhh aku lupa." Kata Hans.

"Kenapa?" Tanya Niken.

"Ada kacang gorengnya. Aku alergi." Ujar Hans.

"Sini, biar aku sisihkan kacang gorengnya." Niken menyisihkan kacang goreng ke piringnya. Hans sangat senang menatap wajah Niken. Selain cantik, dia juga baik dan perhatian. Berbeda dengan perempuan yang selama ini ia dekati.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Niken. Hans tersenyum cerah.

"Kau cantik." Puji Hans. Niken tersipu malu. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Gugup.

Makan malam itu memberikan kesan berarti untuk Niken. Karena untuk kali pertama ia merasakan perasaan yang berbeda. Hati Niken melambung tinggi ke angkasa. Ada seberkas cahaya yang menelisik kedalam hatinya. Ia tertegun dengan perlakuan lelaki itu. Niken hampir melupakan bahwa Hans adalah lelaki playboy yang sering merayu banyak perempuan.

"Nggak apa-apa kan kalau kita jalan kaki sebentar?" Kata Hans. Niken menyelipkan rambutnya kebelakang telinga, lalu ia mengangguk.

"Teman-temanmu tidak keberatan kalau aku sering ajak kamu keluar?" Tanya Hans.

"Uhmmm enggak sih. Mereka baik koq. Kita sahabatan udah lama, mereka juga ngerti." Jawab Niken.

"Syukurlah. Takutnya mereka marah sama kamu."

"Eng enggak."

"Kamu mau minum nggak? Aku beli dulu ya. Sebentar, tunggu disini." Ujar Hans, lalu ia berlari ke sebuah warung yang agak jauh dari tempat Niken berdiri.

"Hans kemana? Kenapa dia lama sekali?" Pikir Niken, ia lalu berjalan, hendak menghampiri Hans. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang. Tubuh Niken dibopong oleh seorang lelaki yang tak dikenal.

"Hans... Tolong.... Tolong.... Tolong...." Niken berteriak sekeras mungkin. Hans terkejut mendengar suara Niken, Hans segera berlari sekencang-kencangnya.

"Lepaskan aku. Lepaskan." Tubuh Niken dijatuhkan ke semak-semak, air matanya jatuh pelan-pelan. Mereka hendak memperkosa Niken. Lelaki itu menyentuh pipi Niken, lantas Niken meludahi wajahnya. Dia murka, lalu menampar Niken dengan sangat keras.

"Niken...?" Teriak Hans. Niken mendengar suara Hans tak jauh darinya.

"Hans... Tolong..." Hans siap meninju rahang dua preman itu. Tapi...

"Kau rupanya?" Kata preman yang memiliki tato di pipinya. Hans mengernyitkan dahinya.

"Kita bawa kemana dia?" Lanjut si preman yang satunya. Niken mengernyitkan dahinya. Seakan-akan   kedua preman itu mengenali Hans.

"Ayolah Hans. Jangan berpura-pura begitu. Kita kan sudah merencanakan ini dari awal. Kau yang mengajak dia kencan, setelah itu kita nikmati bersama. Begitu bukan?" Tutur si preman dengan santai. Baik Niken maupun Hans sangat terkejut mendengar kalimat itu.

"Re, re, rencana apa?" Tanya Niken.

"Khasian sekali gadis polos ini." Katanya.

"Apa yang kalian bicarakan?" Hans pun tak mengerti apa yang dikatakan preman-preman itu.

"Namamu Niken bukan?" Tanya si preman. Niken mengangguk. "Dengar, aku melakukan ini karena Hans yang menyuruhku. Ini semua hanya rekayasa. Kau percaya bahwa lelaki itu baik padamu? Ccch, dasar wanita. Dia memang polos." Lanjut si preman. Niken tersentak, air matanya hampir saja jatuh. Ia pikir Hans berbeda dari yang lain. Tapi dia lebih bejad dari yang Niken kira. Hatinya sangat sakit, mendengar ucapan para preman itu. Baru saja ia merasakan indahnya jatuh cinta. Baru saja, ia hendak melepaskan perasaan takutnya yang selama ini menyelimuti dirinya. Tapi semuanya terasa palsu. Niken sangat terluka. Lelaki yang ia anggap berbeda itu, sangat melukai perasaannya. Sebulir air mata tak terasa jatuh. Niken menghapus air matanya, lalu beranjak berdiri.

"Tidak Niken. Itu tidak benar. Aku tidak mengenal mereka." Tukas Hans.

"Ahhh kau ini bagaimana Hans? Baru saja kemarin kau mengatakan bahwa kita akan menikmati gadis ini." Kata si preman. Karena merasa diadu dombakan. Hans menggertakkan rahangnya.

"Bajingan..." Tangannya meninju rahang salah satu preman itu. Emosi Hans naik pitam, ia menghajar mereka sampai babak belur. Sementara itu Niken berlari meninggalkan Hans yang sedang berkelahi. Menyadari Niken meninggalkannya, Hans pun berlari mengejarnya dan berhasil meraih tangan Niken.

"Niken... Niken... Tunggu. Niken....?" Seru Hans. "Aku bisa jelaskan semuanya kepadamu."

"Kalian semua sama." Bentak Niken sambil melepaskan tangannya.

Hans memandang Niken yang berurai air mata, "dengarkan aku. Aku sungguh tidak mengenal mereka. Percayalah padaku."

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Huh?!" Niken menengadahkan wajahnya.

"Aku berani bersumpah." Niken melayangkan tangan kanannya dan mendarat dipipi kiri Hans. "Niken..." Hans menarik tangannya. Tapi Niken melepaskannya dengan kasar.

"Jangan, jangan sekali-kali kau menyentuhku." Ujar Niken kemudian pergi meninggalkan Hans.

Hans sangat kesal dengan kejadian tadi. Semua usahanya gagal total. Ia tidak berhasil mendapatkan hati Niken. Mungkin saja saat ini Niken sangat membencinya. Dengan penuh amarah Hans pulang ke kostannya.

Begitu pun dengan Niken, ia pulang dengan membawa tangis dan luka.

"Ehh Niken baru pulang?" Seru ibu kost. Niken mengangguk. Ibu kost baru saja keluar dari kamar Elsa lalu mengunci kamar itu. Niken mengernyitkan dahinya.

"Elsa kemana bu?" Tanya Niken.

"Elsa udah pindah. Emangnya dia nggak ngasih tahu kamu?" Jawab ibu kost. Niken menghapus air matanya.

"Pindah? Pindah kemana?"

"Wah kalau itu ibu juga nggak tahu." Balas ibu kost. Niken termenung sejenak. Ada apa ini? Kenapa Elsa tiba-tiba menghilang? Akhir-akhir ini Elsa memang berubah. Semenjak orangtuanya bangkrut, Elsa menjadi pemurung dan sering menyembunyikan sesuatu. Niken menenggelamkan dirinya ke atas kasur.

***

Episodes
1 Prolog
2 Episode Satu
3 Episode dua
4 Episode Tiga
5 Episode Empat
6 Episode Lima
7 Episode Enam
8 Episode Tujuh
9 Episode Delapan
10 Episode Sembilan
11 Episode Sepuluh
12 Episode Sebelas
13 Episode Duabelas
14 Episode Tigabelas
15 Episode Empatbelas
16 Episode Limabelas
17 Episode Enambelas
18 Episode Tujuhbelas
19 Episode Delapanbelas
20 Episode Sembilanbelas
21 Episode Dua puluh
22 Episode Dua puluh satu
23 Episode Dua puluh dua
24 Episode Dua puluh tiga
25 Episode Dua puluh empat
26 Episode Dua puluh lima
27 Episode Dua puluh enam
28 Episode Dua puluh tujuh
29 Episode Dua puluh delapan
30 Episode Dua puluh sembilan
31 Episode Tiga puluh
32 Episode Tiga puluh satu
33 Episode Tiga puluh dua
34 Episode Tiga puluh tiga
35 Episode Tiga puluh empat
36 Episode Tiga puluh lima
37 Episode Tiga puluh enam
38 Episode Tiga puluh tujuh
39 Episode Tiga puluh delapan
40 Episode Tiga puluh sembilan
41 Episode Empat puluh
42 Episode Empat puluh satu
43 Episodes Empat puluh dua
44 Episode Empat puluh tiga
45 Episode Empat puluh empat
46 Episode Empat puluh lima
47 Episode Empat puluh enam
48 Episode Empat puluh tujuh
49 Episode Empat puluh delapan
50 Episode Empat puluh sembilan
51 Episode Lima puluh
52 Episode Lima puluh satu
53 Episode Lima puluh dua
54 Episode Lima puluh tiga
55 Episode Lima puluh empat
56 Episode Lima puluh lima
57 Episode Lima puluh enam
58 Episode Lima puluh tujuh
59 Episode Lima puluh delapan
60 Episode Lima puluh sembilan
61 Episode Enam puluh
62 Episode Enam puluh satu
63 Episode Enam puluh dua
64 Episode Enam puluh tiga
65 Episode Enam puluh empat
66 Episode Enam puluh lima
67 Episode Enam puluh enam
68 Episode Enam puluh tujuh
69 Episode Enam puluh delapan
70 Episode Enam puluh sembilan
71 Episode Tujuh puluh
72 Episode Tujuh puluh satu
73 Episode Tujuh puluh dua
74 Episode Tujuh puluh tiga
75 Episode Tujuh puluh empat
76 Episode Tujuh puluh lima
77 Episode Tujuh puluh enam
78 Episode Tujuh puluh tujuh
79 Episode Tujuh puluh delapan
80 Episode Tujuh puluh sembilan
81 Episode Delapan puluh
82 Episode Delapan puluh satu
83 Episode Delapan puluh dua
84 Episode Delapan puluh tiga
85 Episode Delapan puluh empat
86 Episode Delapan puluh lima
87 Episode Delapan puluh enam
88 Epilog
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Prolog
2
Episode Satu
3
Episode dua
4
Episode Tiga
5
Episode Empat
6
Episode Lima
7
Episode Enam
8
Episode Tujuh
9
Episode Delapan
10
Episode Sembilan
11
Episode Sepuluh
12
Episode Sebelas
13
Episode Duabelas
14
Episode Tigabelas
15
Episode Empatbelas
16
Episode Limabelas
17
Episode Enambelas
18
Episode Tujuhbelas
19
Episode Delapanbelas
20
Episode Sembilanbelas
21
Episode Dua puluh
22
Episode Dua puluh satu
23
Episode Dua puluh dua
24
Episode Dua puluh tiga
25
Episode Dua puluh empat
26
Episode Dua puluh lima
27
Episode Dua puluh enam
28
Episode Dua puluh tujuh
29
Episode Dua puluh delapan
30
Episode Dua puluh sembilan
31
Episode Tiga puluh
32
Episode Tiga puluh satu
33
Episode Tiga puluh dua
34
Episode Tiga puluh tiga
35
Episode Tiga puluh empat
36
Episode Tiga puluh lima
37
Episode Tiga puluh enam
38
Episode Tiga puluh tujuh
39
Episode Tiga puluh delapan
40
Episode Tiga puluh sembilan
41
Episode Empat puluh
42
Episode Empat puluh satu
43
Episodes Empat puluh dua
44
Episode Empat puluh tiga
45
Episode Empat puluh empat
46
Episode Empat puluh lima
47
Episode Empat puluh enam
48
Episode Empat puluh tujuh
49
Episode Empat puluh delapan
50
Episode Empat puluh sembilan
51
Episode Lima puluh
52
Episode Lima puluh satu
53
Episode Lima puluh dua
54
Episode Lima puluh tiga
55
Episode Lima puluh empat
56
Episode Lima puluh lima
57
Episode Lima puluh enam
58
Episode Lima puluh tujuh
59
Episode Lima puluh delapan
60
Episode Lima puluh sembilan
61
Episode Enam puluh
62
Episode Enam puluh satu
63
Episode Enam puluh dua
64
Episode Enam puluh tiga
65
Episode Enam puluh empat
66
Episode Enam puluh lima
67
Episode Enam puluh enam
68
Episode Enam puluh tujuh
69
Episode Enam puluh delapan
70
Episode Enam puluh sembilan
71
Episode Tujuh puluh
72
Episode Tujuh puluh satu
73
Episode Tujuh puluh dua
74
Episode Tujuh puluh tiga
75
Episode Tujuh puluh empat
76
Episode Tujuh puluh lima
77
Episode Tujuh puluh enam
78
Episode Tujuh puluh tujuh
79
Episode Tujuh puluh delapan
80
Episode Tujuh puluh sembilan
81
Episode Delapan puluh
82
Episode Delapan puluh satu
83
Episode Delapan puluh dua
84
Episode Delapan puluh tiga
85
Episode Delapan puluh empat
86
Episode Delapan puluh lima
87
Episode Delapan puluh enam
88
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!