"Itu Hans." Kata Kang So-Ra. Hans datang dengan perasaan gundah. Kang So-Ra menelponnya beberapa jam yang lalu.
"Hans, apa kau mengenal Niken Khan? Dia seorang peneliti dari Indonesia. Aku dengar dia mengalami kecelakaan." Kata So-Ra diujung telepon sana. Niken Khan? Hans menelan ludah, nama itu...?
"Nama penaku Niken Khan. Panggillah begitu." Wajahnya yang cantik dengan lesung pipit dikedua pipinya mampu menyihir hati Hans. Hans segera mengenakan mantelnya, lalu pergi menuju rumah sakit dimana Niken dirawat. Sesampainya ia disana,
"Hai." Sapa Hans kepada Jung Il-Nam dan Kang So-Ra.
"Apa ada kerabatnya?" Dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Jung Il-Nam dan Kang So-Ra saling pandang. Hans menelan ludah agak canggung sebenarnya untuk mengakui bahwa ia mengenal Niken.
"Aku." Kata Hans memberanikan diri. Il-Nam dan So-Ra menoleh secara bersamaan. Pandangan mereka seperti sebuah pertanyaan namun tak dapat Hans jelaskan secara detil. "Boleh aku melihatnya sebentar." Lanjut Hans. Dokter berjalan disamping Hans, sembari menjelaskan keadaan Niken. Hans melangkah pelan, ia melihat Niken yang terbaring lemah di kasur putih rumah sakit.
"Ada keretakan dibagian leher dan juga kaki kanannya, pemulihannya pasti lebih lama. Tapi kita harus lihat perkembangan kondisi Niken. Kita akan tahu setelah dia siuman. Dia harus istirahat penuh demi pemulihan. Aku rasa, dia sangat kuat, sehingga tidak ada masalah lainnya yang serius." Jelas dokter.
"Ahh syukurlah." Hans menelan ludah. Ini adalah kali pertama ia bertemu kembali dengan Niken. Wajahnya masih sama seperti dulu. Bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Cantik. Batin Hans.
"Apa hubungan Anda dengan si pasien?" Tanya seorang perawat.
"Uhmmm aku calon suaminya." Spontan Hans menjawab. Jung Il-Nam lantas menoleh. Ia mengernyitkan dahinya. "Beberapa hari terakhir kami memang sedang bertengkar sehingga dia tidak memberitahukanku bahwa ia akan ke Seoul." Lanjut Hans dengan menepuk pundak Il-Nam. Agar lelaki itu tidak curiga terhadapnya.
"Ahh begitu rupanya. Pantas saja dia agak aneh sebelum kecelakaan terjadi." Balas Jung Il-Nam. Hans memicingkan kedua matanya. Seakan ingin bertanya kepada Il-Nam apa yang terjadi kepada Niken.
"Uhmmm, terimakasih sudah menjaga Niken untukku." Kata Hans.
"Syukurlah. Kalau begitu kami berdua pamit." Kata So-Ra. Hans mendesah pelan, lalu ia melangkahkan kaki dengan pelan. Mendekatinya dan meraih tangan Niken.
"Maafkan aku." Lirih Hans tepat ditelinga Niken. Hans menatap lamat-lamat wajah Niken yang putih bersih. Lagi-lagi ia menelan ludah.
***
10 tahun yang lalu, Hans hampir putus asa. Segala cara telah ia lakukan untuk meminta maaf kepada Niken, namun perempuan yang ia cintai itu sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bicara. Waktu cepat berganti, harapan bertemu Niken dan menjelaskan semua kejadian malam itu sirna sudah. Hans meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Sepanjang perjalanannya, ia selalu berdoa kepada Tuhan untuk selalu diberi kesempatan dilain waktu bertemu kembali dengan wanita yang ia cintai. Niken adalah cinta pertama dan terakhir untuknya.
Apakah ini adalah pertanda bahwa Tuhan memberikanku kesempatan untuk meminta maaf dengan tulus kepadamu. Batin Hans. Dengan keadaan mata yang tertutup bola mata Niken bergerak, jari jemarinya pun bergerak pelan, Niken membuka mata pelan-pelan. Ia terkejut ketika ia melihat seorang lelaki ada disampingnya.
"Nuguseyo..?" Ujar Niken menggunakan bahasa Korea yang artinya 'siapa kamu?'
"Naega Hans-ibnida." Balas Hans. Niken mendesah panjang. Jantungnya bergetar dengan cepat. Tiba-tiba tangannya berkeringat. Nafasnya terengah-engah. Ia merasa sangat terkejut bertemu kembali dengan Hans dalam keadaan seperti ini.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Hans cemas ketika melihat Niken penuh dengan keringat saat ia terbangun. Hans segera memencet tombol panggilan. Tidak lama kemudian dokter dan perawat datang ke ruang pemeriksaan. Setelah diperiksa, Hans diberikan resep obat untuk membantu masa pemulihan Niken.
"Kamshahamnida." Hans membungkukkan badannya sebagai rasa hormat kepada orang yang lebih berpengalaman dalam bidang kesehatan. Ia kembali keruang rawat menemui Niken. Kedua mata mereka bertemu. Hans merasa canggung begitu pun dengan Niken.
"Uhmmm, apa kata dokter?" Lirih Niken.
"Dokter bilang kau masih harus dirawat. Aku tadi ke apotek, mereka memberikan resep obat untuk pemulihanmu." Jelas Hans. Glekk. Niken menelan ludah.
"Uhmmm, boleh aku bertanya." Balas Niken.
"Apa?"
"Bagaimana kau tahu aku mengalami kecelakaan?" Tanya Niken sambil mengernyitkan dahinya.
Hans menatap Niken dengan tajam. "Jung Il-Nam dan Kang So-Ra menghubungiku. Dia menanyakan apakah aku mengenalmu atau tidak. Lalu aku datang dan aku bilang ya, aku mengenalmu." Jelas Hans.
"Eee, Il-Nam hanya mengatakan itu saja kepadamu?" Kata Niken. Hans mengangguk.
Tok tok tok, seorang perawat mengetuk pintu, Hans mempersilahkan perawat itu masuk.
"Ini ada makanan dan pakaian pasien. Silahkan menggunakan baju tersebut. Tolong bantu istrinya ya pak." Kata perawat itu. Glekkk. Niken dan Hans menelan ludah.
"Istri?" Niken mengernyitkan dahinya. "Apa maksud perawat itu?." Ujar Niken sambil memandang Hans.
Hans terdiam, "aku yang mengatakan kepada mereka bahwa kau adalah istriku." Jawab Hans dengan santai.
"Ccch, dasar buaya." Ketus Niken sambil menyunggingkan bibirnya.
Hans memandang dengan kesal. "Mworago...?" Tanya Hans.
"Aniya... Amugutdo aniya." Jawab Niken dengan cepat.
"Kalau kau tidak ingin aku membantumu. Cepatlah pulih. Aku tidak mau membuang-buang waktuku dengan merawat wanita sepertimu." Tukas Hans.
Niken menelan ludah. "Waeyo? Kenapa dia jadi berubah seperti itu." Batinnya.
"geureomyeon wae nareul dobgo sipseubnikka? Nan gwaenchanha. Jeongmal jeongmal gwaenchanha." Jawab Niken dengan menggunakan bahasa korea, berharap bahwa lelaki itu tidak mengerti apa yang ia katakan.
"Geureseo? Pergilah ke kamar mandi dan pakai bajumu sendiri." Balas Hans. Niken mengerjapkan mata tak percaya.
"Kau... Kau mengerti apa maksudku?"
"Waeyo? Kau pikir aku tidak pandai berbahasa korea. Nilai bahasaku lebih baik dari pada dirimu." Ketus Hans sambil berjalan menuju pintu.
"Ehhhh, aku tidak bisa berdiri Hans." Niken mencemaskan dirinya sendiri.
"Kau mau aku yang melepaskan bajumu?" Hans menyunggingkan bibirnya.
"Yaaakkk." Niken merapatkan kedua bibirnya. "Hemmmh, bisakah kau membantuku." Tukas Niken dengan nada terpaksa. Hans menghembuskan nafasnya. Pertemuan yang tak disangka-sangka.
***
Niken bermimpi. Mimpi yang indah bersama ayah, namun tiba-tiba mimpi indah itu berubah menjadi mimpi yang sangat buruk. Sehingga perasaan cinta, kasih dan sayang yang ia tujukan untuk sang ayah berubah menjadi kebencian. Niken mulai menunjukan ekspresi yang berbeda kepada ayahnya.
Suatu ketika Reno sedang berdiri dibibir pintu, tangannya terlentang menyambut putrinya yang cantik jelita, "Niken..." Niken berusia 6 tahun saat itu dan dengan gembira ia sambut kedatangan ayahnya. Reno memeluk anak keduanya itu dengan mesra. Penuh kasih sayang layaknya seorang ayah kepada putrinya. Namun beberapa bulan kemudian, sifat Niken berubah. Pandangan terhadap ayahnya pun berubah. Pandangan benci, dendam, dan marah sangat tampak sekali dari ekspresi wajahnya.
Ada alasan mengapa ia menunjukan sikap dingin terhadap Reno. Alasan yang membuatnya merasa takut berhadapan dengan sang ayah. Seringkali Niken merajuk minta ikut pergi bersama sang ibu. "Jihan suruh nginep dirumah ya. Biar Niken ada teman." Ujar ibunya. Tapi Niken menggelengkan kepala, semakin ia mengingat kejadian memalukan itu semakin membuat Niken menderita. "Kalau Niken tidak boleh ikut, Niken nginep di rumah nenek aza." Ujar Niken, hampir membuat sang ibu marah saking jengkelnya.
Niken juga pernah dibawa ke psikolog, karena selalu merasa ketakutan. Sehingga ia didiagnosa mengalami depresi. Niken selalu takut melihat ayahnya, ia juga pernah berteriak saat sedang belajar dikelas. Semenjak itulah Niken merasa bahwa semua lelaki yang ada di dunia ini jahat. Tapi Pak Ramzi kakeknya Niken membuat dirinya merasa berbeda dari sang ayah. Hanya kepada kakeklah Niken mampu merangkul dan mampu percaya. Ia selalu menghindari lelaki yang mencoba mengejek dan melakukan jahat kepadanya. Bersama sang kakek ia merasa tenang, aman dan nyaman.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments