16

Mobil yang dikendarai Arga sedari tadi terus melaju menyentuh aspal jalanan. Sudah hampir satu jam berada dalam perjalanan, tetapi mobil tersebut belum ada tanda-tanda akan berhenti.

Sedari tadi Rasya terus bertanya ke mana tujuan mereka, tetapi Pandu dan Arga mendadak seperti orang bisu. Tidak ada dari mereka yang menjawab sama sekali.

"Om, kok aku berasa lagi pulang kampung ya." Rasya menatap jalanan yang tidak asing baginya. Pandu masih tidak menjawab, hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap ke depan.

"Ish! Ganteng-ganteng kaya orang bisu," gerutu Rasya. Pandu kembali menoleh, tetapi kali ini mata lelaki itu mendelik tajam. Rasya yang melihat tatapan mata Pandu, hanya menunjukkan dua jari tanda damai.

Ponsel Rasya tiba-tiba berdering, sebuah lagu dangdut koplo terdengar memecah keheningan di dalam mobil, bahkan membuat Pandu sampai terlonjak. Dengan gerakan anggun, Rasya mengambil ponsel dari tas selempang kecil yang saat ini berada dalam pangkuannya.

Bibir Rasya tersenyum semringah saat melihat sebuah panggilan video dari tiga sahabatnya. Tanpa berpikir panjang, Rasya langsung menerima panggilan tersebut. Begitu icon hijau telah tertekan, wajah ketiga sahabatnya yang saling berebutan terlihat memenuhi layar.

"Woe! Ngapain rebutan gitu? Kaya lagi rebutan bantuan sembako aja kalian." Rasya tergelak, bahkan tawanya membuat telinga Pandu berdenging. Dengan raut wajah yang begitu kesal, lelaki itu mengusap telinganya.

"Kurap! Elu di mana? Wah, lagi di mobil mewah nih anak." Zety membuka suara, tetapi sesaat kemudian wajahnya terdorong mundur oleh Zahra.

"Jahat banget elu, Ra! Enggak ajak-ajak kita," ucap Zahra.

"Nah iya bener, giliran seneng lupa ama kita, entar kalau sedih baru deh, nangis-nangis," imbuh Margaretha.

"Woi! Suketi, Zaenab, Markonah! Diem, jangan berisik! Om gue lagi tidur." Rasya mengarahkan ponselnya ke arah Pandu yang justru kembali menatap tajam padanya.

"Yaelah, Om. Muka judes amat!" Rasya mengembalikan arah ponselnya. Pandu masih saja tidak membuka suara.

"Ra, elu sebenernya mau ke mana, sih?" tanya Zety.

"Meneketehe! Gue aja cuma ngikut, tapi yang gue lihat dan gue rasakan, ini jalan buat gue pulang kampung, deh." Pandangan mata Rasya kembali mengedar ke luar jendela. Dalam hati, gadis itu membenarkan kalau firasatnya tidaklah salah.

"Pulang kampung?" tanya mereka bertiga kompak.

"Iya, bapak gue sakit. Rencana gue hari ini mau balik pakai travelnya Kang Asep yang ganteng tujuh turunan, tapi kalau pas tanjakan gantengnya ilang itu loh," seloroh Rasya. Gadis itu menutupi tawanya. Arga yang masih fokus dengan setir kemudinya pun, tak kuasa menahan tawa mendengar ucapan Rasya yang terkesan blak-blakan.

"Tumben amat elu pulang kampung enggak pamit dulu sama kita. Kontrakan tanpa elu sepi, Ra."

"Bener! Bagai sayur sop tanpa buntut, wortel dan seledri."

"Jangan pada ngomongin makanan, ntar gue laper malah repot. Gue dari tadi belum makan." Wajah Rasya tampak cemberut. Apa yang dikatakan gadis itu memang benar, sejak keluar dari villa, mereka belum berhenti di rumah makan sama sekali.

"Jangan fitnah elu, Ra. Masa sih, Om Panumu pelit gitu." Ketiga gadis tersebut tidak ada yang percaya dengan ucapan Rasya.

"Beneran, deh. Su ...."

Tut ... tut.

"Kok dimatiin sih, Om?" tanya Rasya heran karena Pandu tiba-tiba saja mematikan panggilan itu.

"Kamu berisik! Aku mau tidur." Pandu berbicara dengan ketus. "Ga! Berhenti di restoran depan," titah Pandu. Mata lelaki itu terpejam dengan kepala bersandar.

"Emang aneh nih orang, katanya mau tidur, tapi minta berhenti di restoran," ujar Rasya. Gadis itu juga ikut bersandar dan menutupi mulutnya yang menguap.

Baru saja Rasya hendak memejamkan mata, mobil tersebut berhenti di sebuah restoran dengan menu tradisional. Mata Pandu yang barusan terpejam, kembali terbuka lebar. Lelaki itu turun dari mobil tanpa menunggu Arga membukakan pintu untuknya.

Rasya pun ikut turun dan berjalan di belakang Pandu bersama Arga. Ketika memasuki restoran tersebut, banyak pasang mata pengunjung terutama wanita yang menatap ke arah mereka.

Wilayah restoran tersebut sudah memasuki pedesaan. Jadi, saat ada orang kota ke sana, sebagian dari mereka akan terpukau. Apalagi, Pandu dan Arga sama-sama tampan dengan kulit putih bersih.

Ketiga orang itu duduk di meja nomor lima, seorang pelayan restoran datang dengan membawa buku menu. Rasya memutar bola mata malas saat melihat pelayan tersebut berjalan sembari membenarkan rambutnya. Genit! Pikir gadis itu.

"Selamat datang, silakan mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut dengan suara yang dibuat manja. Dia meletakkan buku menu di depan Pandu. Lelaki itu membuka buku tersebut dan mencari makanan yang sekiranya bisa membangkitkan selera makannya.

"Anda mau pesan apa, Nona?" tanya Arga yang sedari tadi melihat Rasya hanya membuka buku menu di depannya, padahal dirinya dan Pandu sudah memesan makanan.

"Sebentar, Mbak di sini ada oseng-oseng rempela ati?" tanya Rasya masih dengan fokus pada buku tersebut.

"Ada, Nona."

"Baiklah, aku pesan itu saja, tapi dua porsi ya, Mbak. Minumnya jeruk panas aja." Rasya menatap pelayan yang tampak malas melayaninya.

"Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi." Pelayan itu sedikit membungkuk hormat, dan hendak pergi dari sana, tetapi Rasya menahan langkahnya.

"Mbak, tolong itu kasih ati ayam ya, jangan ati saya karena ati saya udah milik dia seorang, dan tidak ada yang lain lagi." Rasya menunjuk Pandu yang saat ini sedang menatapnya tak percaya. Wajah pelayan tersebut mendadak masam.

"Ingat, Mbak. Dia suami saya!" imbuh Rasya kali ini suaranya terdengar tegas.

"Baik, Nona." Pelayan tersebut terlihat sekali memaksakan senyumnya. Setelah kepergian pelayan itu, Rasya sibuk bermain ponsel seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan dia tidak menyadari kalau ada lelaki yang sedang salah tingkah karena ucapannya barusan.

"Hahaha! Ada yang Ge-er!" Rasya tergelak keras. Ekor matanya melirik Pandu yang sekarang sudah terlihat kesal. "Jangan marah, Om. Ntar kerutan di wajah makin nambah loh," ucap Rasya dengan tenang.

"Kamu!"

"Aku istri sahmu! Hahaha," sela Rasya diiringi gelakan tawa yang begitu menggelegar.

Terpopuler

Comments

nah

nah

wkwkwkwkk

2024-04-27

0

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

wa ha ha 🤣🤣🤣🤣

2024-01-17

0

Mama Pesek

Mama Pesek

hahahaha

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!