O7

"Kagetnya biasa aja kali! Nih iler sampai ngences gini." Rasya mengusap wajah Zety sehingga membuat gadis tersebut terkejut dan berdecak kesal pada akhirnya.

"Yang bener sih, Ra!" cebik Zety dengan tangan terlipat di dada.

"Jangan dzolim-dzolim elu sama gue. Entar enggak gue kenalin sama mereka loh!" Rasya menarik-turunkan alis menggoda sahabatnya.

"Perusuh Kecil! Jangan membuang waktuku! Aku cuma punya waktu dua puluh menit lagi!" Suara tegas Pandu, berhasil mengalihkan perhatian dua gadis tersebut.

"Sabar sih, Om! Aku tuh cuman mau pamitan doang," timpal Rasya diiringi dengkusan kasar.

"Ra, mereka siapa?" tanya Zety setengah berbisik.

"Oh, elu mau kenalan? Bilang aja, jangan sungkan." Dengan gemas, Zety memukul lengan sahabatnya yang sudah berbicara sekeras itu membuat dirinya sangat malu.

"Om! Sebelum pergi kenalin dulu. Ini Suketi, sohib aku." Rasya menarik tangan Zety agar bersalaman dengan Pandu.

"Ra, elu yang bener aja! Nama gue Zety bukan Suketi!" protes Zety tak terima.

"Alah! Sama aja, Zety sama Suketi beda dikit doang. Keseringan manggil Zety, lidah gue kesleo entar. Kamu jadi mau kenalan enggak sih?" Rasya benar-benar tak mau kalah.

Pandu yang mendengar gadis tersebut berceloteh, hanya tersenyum tipis. Gadis itu benar-benar aneh menurutnya, sedangkan Arga melipat bibir untuk menahan tawa.

"Sini tangan kamu, Om!" Rasya menyuruh Pandu mengulurkan tangannya, tetapi lelaki itu hanya bergeming pada posisinya. "Alah! Kelamaan!"

Rasya menarik tangan Pandu begitu saja lalu menyatukan dengan tangan Zety. "Kalau ini namanya Om Panuan."

"Kamu!" sergah Pandu. Dia mendelik ke arah Rasya dan menarik paksa tangannya. Melihat Pandu yang hendak marah, Rasya menunjukkan dua jari tanda damai.

"Elu yang bener aja, Ra!" Zety memukul lengan Rasya sehingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Beneran, Suk. Namanya emang Om Panuan. Pandu Nugraha Andaksa! Dia CEO loh, Suk. Tapi ...." Rasya menghentikan ucapannya untuk menghirup napas dalam-dalam. Rasya mendekati wajah Zety lalu berbisik di telinga gadis tersebut.

"Apa!" Teriakan Zety sampai membuat Pandu dan Arga terjengkit, sedangkan Rasya mengusap telinganya yang berdenging.

"Elu kalau teriak kira-kira dong, Suk. Gue ini masih anak perawan masa iya udah budeg kaya nenek-nenek." Rasya masih terus mengusap telinga karena lengkingan suara Zety benar-benar membuat gendang telinganya hampir pecah.

"Gue 'kan kaget, Ra!" ucap Zety diiringi kekehan. Melihat wajah sebal sahabatnya, membuat kebahagiaan tersendiri untuk Zety.

"Kalian ngomongin apa?" tanya Pandu yang begitu penasaran.

"Enggak papa kok, Om." Rasya menunjukkan rentetan gigi putihnya yang justru membuat Pandu menjadi curiga.

"Kata si Kurap—"

"Kurap?" sela Pandu, dengan kedua alis yang terlihat saling bertautan.

"Iya, Kumala Rasya Putri 'kan disingkat jadi Kurap," sahut Zety santai. Dia tidak peduli pada sahabatnya yang sudah mendelik tajam ke arahnya. Arga tidak kuasa lagi menahan tawa, sedangkan Pandu menyeringai tipis.

Rasya yang melihat seringai itu hanya menelan salivanya susah payah. Dia yakin saat ini Pandu pasti merasa bahagia karena semua ini seperti karma untuknya. Jika Pandu adalah Panuan dan Rasya adalah Kurap maka semua impas bukan?

"Udahlah! Gue ke sini mau pamit, Suk. Bilang Zaenab sama Markonah juga."

"Pamit ke mana, Ra?" tanya Zety menyela.

"Gue mau jadi babunya Om Panu, gegara kejadian kemarin. 'Kan tadi udah gue bisikin."

"Oh, gue lupa kalau barusan elu bisikin gue kalau dia ini Om Tampan yang punya hutan belantara 'kan?" Zety bicara dengan bodohnya. Dengan secepat kilat, Rasya menutup mulut sahabatnya yang sudah keceplosan.

"Jangan didengerin, Om. Dia habis patah hati. Jadi, kalau ngomong suka bener," kata Rasya dengan sedikit gugup. Apalagi saat melihat Pandu yang menggeram.

"Emang gue kalau ngomong bener, kok." Zety menyingkirkan tangan Rasya secara paksa.

"Sudah 'kan pamitannya? Kalau begitu kita harus kembali sekarang!" perintah Pandu. Suaranya begitu tegas, sedangkan raut wajahnya tampak datar.

"Aku belum ambil baju, Om."

"Tidak perlu! Nanti akan aku siapkan seluruh pakaian dan perlengkapan selama kamu hidup denganku," kata Pandu. Kedua gadis itu melongo tidak percaya.

"Yang bener, Om? Kamu serius?" tanya Rasya belum percaya.

"Tentu saja. Aku bukan orang yang suka berbohong!" tandas Pandu. Rasya bersorak kegirangan saat mendengarnya.

"Emang kalau rezeki enggak akan ke mana! Kalau gitu, gue pergi dulu, Suk. Besok pulang kerja gue mampir sini." Rasya mengecup pipi Zety lalu pergi dari sana.

"Hei! Perusuh! Kamu mau ke mana?" teriak Pandu dengan sangat kesal.

"Katanya suruh cepetan, Om. Ayolah, Om!" balas Rasya berteriak, gadis itu pun langsung masuk mobil dan duduk cantik di kursi penumpang, sedangkan Pandu dan Arga segera menyusul.

Namun, saat hendak mencapai pintu mobil, terdengar ponsel Pandu berdering. Dengan malas, lelaki itu merogoh saku dan mengambil ponsel dari sana. Wajahnya semakin terlihat malas saat tahu siapa yang sedang menghubungi saat ini.

💦💦💦

Hallo gaess, apa kabar??

Adakah yang kangen sama Rasya dan Pandu?

Mulai hari ini, kisah mereka bakalan rutin update yaa

Jangan lupa terus pantengin nih,

Perbanyak dukungan yaa,

Selamat pagi, selamat beraktivitas gaess

Terpopuler

Comments

nah

nah

😀😀😀

2024-04-27

0

Fa An

Fa An

aku gak jadi tidur siang gara" Nemu novel author ini🤣🤣🤣

2023-04-17

0

Mama Pesek

Mama Pesek

ampun dah!😆😆😆

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!