02

Rasya berlari dengan sangat kencang karena takut Pandu akan mengejar. Tujuannya datang ke hotel adalah untuk memergoki pacar Zety—sahabatnya— pun akhirnya gagal total. Setelah sampai di depan hotel, Rasya segera menghentikan angkutan umum yang lewat untuk pulang ke rumah kontrakan.

"Kenapa lari-lari, Neng?" tanya sopir angkot. Dia kembali melajukan mobil setelah Rasya duduk tepat di belakangnya.

"Bentar, Pak. Aku ambil napas dulu." Rasya mengarahkan telapak tangan ke arah sopir angkot itu. Kemudian, dia menghirup napas dalam dan mengembuskan dengan cepat. "Ah! Lega!"

Kebetulan mereka hanya berdua di dalam angkot, membuat Rasya merasa begitu bebas. "Aku habis lihat adegan dewasa, Pak."

Citt!

Mobil itu berhenti secara mendadak sehingga tubuh Rasya terhuyung ke depan bahkan hampir saja terbentur belakang jok yang diduduki sopir.

"Bukan pemerkos*an 'kan? Kamu tidak dilecehkan 'kan?" cecar sopir tersebut. Rasya menggeleng dengan cepat.

"Bukan, Pak. Pengantin baru kayaknya." Rasya mengambil jalan aman karena dia tidak mau jika akan semakin didesak dengan banyak pertanyaan. Sopir angkot itu hanya mengangguk mengiyakan lalu kembali melajukan mobilnya.

***

"Suketi! Markonah! Zaenab! Gue pulang!" teriak Rasya saat membuka pintu kontrakan yang dihuni oleh empat gadis cantik itu.

"Apaan sih, Ra. Udah kaya tinggal di hutan aja!" protes Zety.

"Gue bawa kabar menghebohkan sejagat raya." Rasya bicara dengan sangat antusias.

"Kabar apaan sih, Ra?" tanya Zahra tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Barusan gue lihat orang anu," kata Rasya. Zety dan Zahra terlonjak kaget. Bahkan Zahra sampai menaruh ponselnya secara sembarang.

"Jangan bilang elu lihat Gunawan lagi genjotan sama wanita lain?" tukas Zety. Wajahnya terlihat begitu sedih.

"Gue emang lihat orang genjotan, tapi bukan Igun! Dia lebih tampan dari si Igun. Lebih macho, lebih gagah dan body-nya uwu banget, tapi sayang ...." Rasya menghentikan ucapannya.

"Sayang apa?" tanya Zahra tak sabar.

"Sabar, Zaenab!" celetuk Rasya.

Zahra mendelik ke arah Rasya. "Gue itu Zahra bukan Zaenab!" timpal gadis itu kesal, Rasya hanya terkekeh.

"Kalian bahas apa sih? Serius banget?" tanya Margaretha yang baru selesai dari kamar mandi.

"Markonah, sini. Gue dapat cerita baru." Rasya melambaikan tangan menyuruh Margaretha untuk bergabung.

"Ra, nama gue bagus-bagus elu ubah jadi Markonah. Gue bilangin bapak baru tahu rasa elu, Ra." Margaretha dengan santai mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil.

"Elu kelamaan, Ra!" cibir Zety yang sudah tidak sabar mendengar kabar tentang Gunawan, kekasihnya yang selingkuh dengan anak sebelah rumah.

"Suketi, elu bisa sabar dikit enggak, sih?" Rasya menyandarkan kepala di sofa. "Gue salah kamar barusan. Bukan kamar yang dipesan Igun yang gue buka."

"Berarti elu belum ketemu Igun?" tanya Zety dengan cepat.

"Belumlah. Gue hampir aja dibunuh sama om tampan gegara ganggu dia yang hampir sampai di puncak kenikmatan," ucap Rasya. Bayangan adegan dewasa tadi secara spontan terputar dalam ingatan membuat Rasya tertawa sendiri.

"Mulai gila ini anak!" kata Margaretha. Dia memegang kening Rasya, lalu beralih memegang pantatnya. Rasya yang melihatnya langsung menggeram kesal.

"Jangan samain kening gue sama pantat elu, Markonah!" protes Rasya.

"Udahlah, Ra. Elu kebanyakan ngelawak. Cepet kasih tahu tuh om tampan kenapa?" Kesabaran Zahra mulai menipis.

"Body macho, roti sobek rasa susu, ganteng, gagah, tapi sayang ...." Rasya kembali menghentikan ucapannya membuat ketiga sahabatnya mendelik tajam. "Sayang bulu keteknya kaya hutan belantara!" imbuh Rasya diiringi gelak tawa yang begitu menggelegar.

"Dasar, Kurap!" Zahra menonyor kepala Rasya sehingga tawa Rasya langsung meredam seketika.

"Bulu ketek buat cowok tuh malah menambah kesan macho, Kurap!" Zety yang merasa begitu gemas, sampai memukul lengan Rasya, dan membuat gadis itu mengaduh.

"Nama gue tuh bukan Kurap! Tapi Kumala Rasya Putri!" bantah Rasya tak terima.

"Alah! Kepanjangan, kalau disingkat sama aja jadi Kurap!" Zety menimpali.

"Enggak papa deh, gue ini Kurap, yang penting gue Kurap paling cantik! No debat no protes! Kalian protes enggak gue beliin cilok!" ancam Rasya.

"Serah elu, deh!" kata mereka bertiga kompak. Rasya hanya menunjukkan rentetan gigi putihnya tanda puas.

Terpopuler

Comments

nah

nah

😀😀smua da nma pggilan

2024-04-27

0

nah

nah

😂😂😂😂😂

2024-04-27

0

Maulana Rahman

Maulana Rahman

/Facepalm//Facepalm/

2024-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!