03

Pandu melangkah tegas masuk ke rumah mewah pribadi miliknya. Beberapa pelayan di rumah itu menyambut sang tuan muda. Membungkuk hormat saat Pandu berjalan di depan mereka.

Raut wajah Pandu tampak begitu datar, bahkan tidak ada sedikit pun senyuman di wajah lelaki tampan itu. Pandu masuk ke ruang kerja, dan duduk menyilangkan kaki di kursi kebesaran. Kepalanya bersandar pada kursi dan dia melakukan pijatan-pijatan lembut di pelipis.

Selang beberapa saat, pintu ruangan diketuk. Setelah Pandu menyuruh masuk, terlihat Arga keluar dari balik pintu dan berjalan mendekat. Arga membungkuk hormat saat sudah berdiri tepat di depan Pandu.

"Bagaimana, Ga? Kamu sudah menemukan informasi tentang perusuh kecil itu?" tanya Pandu tanpa basa-basi.

"Sudah, Tuan." Arga menjawab sopan. Bibir Pandu terlihat menyeringai tipis.

"Kamu selalu bisa diandalkan, Ga. Sekarang katakan semuanya!" titah Pandu.

Arga menghirup napasnya dalam sebelum mulai berbicara.

"Namanya Kumala Rasya Putri. Tinggal di rumah kontrakan bersama tiga temannya, bekerja sebagai pelayan di Restoran Gama milik Tuan Gatra Mahardika."

"Ternyata hanya seorang pelayan restoran," ledek Pandu, terlihat senyum sinis di sudut bibirnya.

"Iya, Tuan. Dia termasuk gadis ceria yang pekerja keras, Tuan." Arga menambahkan.

"Aku harus memberinya hukuman karena sudah berani mengganggu aktivitasku, apalagi sudah berani menghinaku!" Tangan Pandu terkepal erat sampai buku-buku kukunya memutih saat teringat ucapan Rasya yang mengatakan 'hutan belantara', apalagi saat gadis itu menjulurkan lidah untuk meledeknya.

"Hukuman apa yang akan Anda berikan, Tuan?" Arga menatap Pandu lekat. Dia merasa kasihan dengan Rasya karena seorang Pandu tidak akan membiarkan siapa pun yang sudah mengganggunya bisa hidup dengan tenang.

"Lihat saja nanti. Sekarang kita ke Restoran Gama." Pandu bangkit dari duduk, lalu berjalan keluar ruangan diikuti Arga yang mengekor di belakang.

Senyum seringai semakin terlihat jelas saat Pandu sudah memiliki rencana untuk membuat hidup Rasya menderita karena sudah berani menjadi seorang perusuh untuknya.

***

Rasya sedang membersihkan meja setelah pelanggannya pergi. Menumpuk piring kotor menjadi satu tumpukan lalu membawanya ke tempat cucian piring. Rasya terlihat sangat bersemangat, bahkan senyum di bibir gadis itu terlihat mengembang.

Gatra Mahardika—pemilik restoran, duduk di meja kasir dengan senyum lebar saat melihat Rasya berjalan melewatinya. Gatra begitu kagum dengan gadis tersebut. Gadis cantik yang selalu ceria, apalagi saat mengobrol dengannya, seolah ingin terus mengobrol dan tidak rela jika harus terhenti.

"Ra!" panggil Gatra. Rasya yang baru selesai dengan tugasnya, berjalan mendekati meja Gatra.

"Ada apa, Mas?" tanya Rasya sopan. Walau hubungan mereka dekat, tetapi ketika berada di restoran, Rasya akan menghormati Gatra sebagai bosnya.

"Kamu sudah sarapan?" Gatra bertanya dengan lembut.

"Sudah, Mas. Tadi sarapan bareng si Suketi, Zaenab, sama Markonah." Gatra menutup mulut, menahan tawa saat mendengar jawaban Rasya menyebut nama teman-temannya.

"Kamu ini ada-ada saja." Gatra mendecakkan lidah, diiringi gelengan kepala.

"Memang kenapa, Mas? Mau ngajak sarapan? Aku sih ayo aja. Perut aku masih muat diisi tiga piring nasi goreng," kata Rasya. Dia mengelus perutnya yang rata. Tubuh Rasya terbilang ideal, tidak terlalu gemuk ataupun kurus. Namun, jika menyangkut soal makanan, gadis itu adalah jagonya.

"Suruh Sukma bikin nasi goreng, nanti kita sarapan di ruanganku saja," perintah Gatra. Wajah Rasya terlihat bingung. "Kenapa?" tanya Gatra saat Rasya masih berdiri di tempatnya.

"Tidak perlu deh, Mas. Nanti aku dikira tukang main pelet," tolak Rasya. Dia melirik Bella—teman satu profesi yang menyimpan perasan kepada Gatra, sedang menatap tajam ke arahnya.

"Kenapa begitu?" tanya Gatra penuh selidik.

"Ya, aku ini 'kan cuma pelayan. Masa iya, makan bareng bos di ruang pribadi saat jam kerja. Aku diperlakukan spesial seperti martabak aja," celetuk Rasya. Lagi-lagi, Gatra menutup tawanya.

"Sudah, biarin aja! Ini restoranku. Jadi, aku bebas mau melakukan apa pun." Gatra turun dari kursi, lalu hendak berjalan ke ruangannya. Namun, langkah Gatra terhenti saat melihat dua orang lelaki masuk ke restoran. Bahkan Gatra sampai mengucek mata untuk memastikan kalau penglihatannya tidaklah salah.

"Tuan Pandu." Melihat Gatra yang terkejut, Rasya segera berbalik untuk melihat siapa yang datang. Namun, tubuh Rasya seketika menegang saat melihat lelaki yang kemarin sedang main genjotan, berjalan mendekat dengan raut wajah sangat datar, bahkan Rasya melihat sorot mata lelaki itu begitu tajam.

Matilah aku!

Terpopuler

Comments

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

Rasya lari kedepan 🤣🤣🤣🤣

2024-01-17

0

Kerimpak Kaca Luya

Kerimpak Kaca Luya

🧡🌹💙🌹🧡💙🌹

2022-11-09

0

Mbah Edhok

Mbah Edhok

itu ... itu si hutan belantara berjalan ... Hebaat ! ... si hutan bisa masuk restoran ...

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!