13

Suasana di ruang makan tampak begitu hening. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar, memecah keheningan di antara mereka. Jika Pandu terlihat menikmati makanannya, berbeda dengan Rasya yang justru sibuk memandang wajah tampan Pandu yang begitu memesona.

Walaupun terlihat fokus pada suapannya, tetapi ekor mata Pandu melirik gadis yang sedari tadi memangku tangan, dan mengamati dirinya.

"Ehem!"

Rasya terjengkit saat dehaman Pandu menyentuh gendang telinganya. Manik mata Rasya menatap piring lelaki itu yang telah kosong, hanya sendok dan garpu yang sudah tertelungkup di atas sana.

"Enak, Om?" tanya Rasya puas.

"Tidak!" sahut Pandu singkat. Lelaki itu mengusap bibir dengan tisu, lalu membuang secara sembarang di piring.

"Yaelah, Om! Enggak usah sok jaim gitu. Bilangnya enggak enak, tapi habis. Dusta sekali," cebik Rasya. Bibir gadis itu mengerucut, tetapi tangannya menumpuk piring kotor bekas Pandu dan Arga yang juga baru saja selesai.

"Tunggu dulu." Pandu menahan Rasya yang hendak pergi dengan dua piring kotor di tangannya.

"Apalagi, Om? Mau nambah?" tanya Rasya malas.

"Kamu kenapa tidak makan?" Pandu balik bertanya setelah menyadari kalau sedari tadi, gadis itu tidak mengambil nasi sedikit pun.

"Astaga, Om. Aku kira mau nambah. Ini aku mau makan di belakang. Sana Om kalau mau istirahat," kata Rasya dengan santai.

"Di belakang? Kenapa tidak di sini?" Kening Pandu terlihat mengerut, membuat kedua alisnya saling bertautan.

Rasya tergelak saat mendengar pertanyaan Pandu yang menurutnya 'bodoh'. Gadis itu menghela napas panjang, lalu mengembuskan dengan kasar.

"Om ini gimana, sih? Mana ada majikan sama pembantu makan dalam satu meja, emang Om enggak risih?" sarkas Rasya yang membuat bibir Pandu bungkam seketika. Bibir gadis itu tersenyum lebar, Pandu yang melihatnya justru merasa tidak enak hati.

"Lain kali makanlah bersama. Jangan makan sendirian," kata Pandu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku enggak makan sendirian, kok, Om. Aku makan sama Jackie," sahut Rasya. Kening Pandu kembali mengerut. Seingat dirinya, hanya mereka bertiga yang berada di Villa itu.

"Jackie siapa?" tanya Pandu penasaran.

"Sudahlah, Om. Mending jangan banyak tanya kaya wartawan. Aku udah laper, sana Om istirahat aja." Rasya berjalan kembali ke dapur.

Pandu menatap tubuh mungil Rasya yang perlahan menjauh dari pandangan matanya. Setelah gadis itu benar-benar tidak terlihat, tatapan mata Pandu beralih menatap Arga penuh selidik.

Arga menelan ludahnya kasar saat melihat sorot mata Pandu yang seakan melahap habis dirinya. Arga hendak beranjak bangkit, tetapi Pandu langsung menahan tangan asisten pribadinya.

"Katakan padaku, siapa Jackie?" tanya Pandu dengan sorot mata yang menajam.

"Saya tidak tahu, Tuan." Arga membungkuk hormat.

"Jangan berbohong, Ga! Bukankah kamu tahu kalau aku tidak suka ada orang lain masuk villa ini!" seru Pandu. Kali ini, cekalan tangannya berubah menjadi sebuah remasan yang kuat.

Melihat emosi atasannya yang hendak naik ke ubun-ubun, Arga hanya menghela napas panjang karena dirinya memang tidak tahu, siapa yang namanya disebutkan tadi.

"Tuan, lebih baik Anda lihat sendiri, lelaki mana yang dibawa Nona Rasya ke sini." Arga berbicara lembut untuk meredam emosi lelaki itu.

Cekalan tangan Pandu terlepas begitu saja. Lelaki itu beranjak bangkit, dan melangkah lebar menuju ke dapur untuk memeriksa. Namun, baru saja sampai di pintu dapur, langkah lelaki itu terhenti dengan tatapan terpaku pada sosok gadis yang saat ini sedang makan dengan seekor kucing di sampingnya.

Arga yang mengekor di belakang pun terkejut melihat pemandangan itu. Tatapan Pandu kepada Rasya terasa semakin dalam. Entah mengapa, lelaki itu merasakan ada perasaan aneh menyusup masuk ke hatinya.

Meooww Meooww

Kucing dengan bulu warna putih berpadu coklat tersebut turun dari meja dan mengendus kaki Rasya saat melihat keberadaan Pandu. Namun, gadis itu belum menyadari sama sekali. Rasya mengambil tulang ayam yang masih menyisakan sedikit daging, lalu menaruh di piring plastik yang terletak di samping piring miliknya.

"Jackie, ayo makan. Biar tubuhmu lebih berisi, tidak kurus seperti aku." Rasya berseloroh, gadis itu mencoba menyuruh kucing tersebut kembali naik, tetapi Jackie hanya mengeong di bawah sana.

Rasya yang melihat pun menjadi begitu heran. Dia segera bangkit, tetapi baru saja duduk tegap, Rasya terkejut saat melihat dua lelaki tampan sedang berdiri dan menatap penuh ke arahnya.

"Mati kita, Jack. Ketahuan Om Panu." Rasya bangkit berdiri dan membawa kucing itu dalam gendongannya.

"Maaf ya, Om!" Setelah mengucapkan itu, Rasya berlari menuju ke taman belakang dengan membawa piring plastik tempat makanan Jackie, sedangkan piring yang berisi makanan miliknya justru tergeletak begitu saja di meja. Pandu yang melihat itu makin terheran-heran.

"Kejar dia, dan suruh dia kembali ke sini, Ga!" perintah Pandu. Suara lelaki itu terdengar begitu tegas.

"Tapi, Tuan—"

"Kejar dia! Bawa dia ke sini, kalau tidak mau, seret saja!" Suara Pandu terdengar meninggi. Mau tidak mau, Arga pun melangkah ke taman belakang untuk mencari gadis itu. Sementara Pandu sekarang beralih duduk di meja dapur dengan tangan yang terkepal erat menepuk meja itu dengan perlahan.

Terpopuler

Comments

Dupiah

Dupiah

giliran kucing di kasih nama yg bagus Jacky kenapa nama manusia dia panggil yg aneh-aneh.dasar kurap.

2023-10-04

0

Mbah Edhok

Mbah Edhok

kenapa Gan Panu?

2022-11-05

0

Aqiyu

Aqiyu

Rasya ga lari kemana-mana om PaNu.....
dia cuma naro si Jecki kebelakang

2022-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!