04

Aura di ruangan pribadi Gatra yang berada di restoran begitu mencekam. Awalnya, Gatra sangat bahagia saat Pandu meminta izin berbincang di ruangan pribadinya. Namun, saat Pandu menginginkan dirinya untuk memecat Rasya, membuat senyum Gatra memudar seketika.

"Memang apa kesalahan Rasya, Tuan?" tanya Gatra ingin tahu.

"Gadis itu sudah menggangguku. Jangan terlalu banyak bertanya. Sekarang pilihlah! Kamu mau mempertahankan gadis itu, tapi kehilangan restoran ini. Atau sebaliknya," kata Pandu memberi pilihan. Gatra terlihat bingung harus memilih yang mana.

"Bisakah Anda memberi pilihan yang lain, Tuan?" Gatra berusaha menawar.

"Tidak!" tegas Pandu, "Ga, panggil gadis perusuh itu ke sini!" titah Pandu. Arga mengangguk mengiyakan lalu pergi keluar ruangan. Pandu tersenyum sinis saat melihat Gatra yang terlihat begitu gelisah.

Tidak sampai lima menit, Arga sudah kembali dengan Rasya yang berjalan mengekor di belakang. Arga berdiri di belakang Pandu, dan Rasya pun mengikutinya.

"Kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Pandu dengan kesal. Rasya mendongak dan menatap balik ke arah Pandu.

"Memang aku harus berdiri di mana, Om?" Rasya bertanya dengan santai. Arga melipat bibir menahan tawa, sedangkan Gatra menatap tak percaya setelah mendengar pertanyaan Rasya untuk Pandu.

"Aku bukan om kamu!" bentak Pandu.

"Ya, memang bukan. Kamu 'kan tidak nikah sama tante aku. Eh lupa, aku enggak punya tante," sahut Rasya santai. Pandu mengepalkan tangannya.

"Terus kenapa kamu manggil om?" Pandu mendelik ke arah Rasya yang masih saja terlihat tenang.

"Karena aku mau manggil kamu Bapak, takut kamu tersinggung. Aku yakin kamu belum nikah walau udah kawin berkali-kali," celetuk Rasya. Mata Pandu melebar dengan sempurna, sedangkan Arga tak mampu lagi menahan tawa mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Rasya.

"Berani sekali kamu!" Pandu berdiri dari duduknya.

"Tentu saja berani, Om. Kita sama-sama makan nasi kenapa aku mesti takut? Kecuali kalau Om makan beling, aku baru takut ketularan mendem."

"Kamu tidak tahu siapa aku?" Sorot mata Pandu terlihat penuh amarah, tapi Rasya masih saja bersikap tenang.

"Tidak, Om. Ya udah kalau gitu kita kenalan aja. Katanya kalau tak kenal maka tak sayang, kalau udah sayang jangan lupa kasih uang, biar enggak ditinggal." Rasya mengulurkan tangan. Pandu langsung menepis tangan gadis itu secara kasar.

"Ra, kamu berani sekali." Gatra pun bangkit berdiri. "Kamu tidak tahu siapa dia?" tanya Gatra berjalan mendekati Rasya. Gadis itu menggeleng cepat.

"Memang dia siapa?" tanya Rasya setengah berbisik.

"Dia itu Tuan Pandu Nugraha Andaksa, CEO Andaksa Group."

"What! CEO?" pekik Rasya tak percaya. Gatra mengangguk mengiyakan. "Pantas saja tampan, seperti gambaran di novel yang sering kubaca. Gagah, tampan, kaya, macho, tapi sayang ... suka celap-celup sembarangan!"

"Tutup mulutmu!" bentak Pandu. Secara refleks, Rasya menutup mulutnya.

"Sepertinya kesabaranku sudah habis menghadapimu! Ga, beri dia pelajaran!" titah Pandu.

"Pelajaran apa, Om? Aku udah lulus sekolah," kata Rasya tanpa menurunkan tangannya.

Pandu menyeringai, "Kamu lihat saja nanti!" Lelaki itu kembali duduk di sofa.

"Nona Rasya, Tuan Pandu memberi kesempatan memilih untuk Anda. Pertama, Anda tetap bekerja di restoran ini, tapi Anda harus tinggal bersama dengan Tuan Pandu di rumah pribadi miliknya atau jika Anda menolak maka Anda tetap dipecat dari restoran ini dan nama Anda akan masuk daftar blacklist. Jadi, Anda tidak bisa bekerja di mana—"

"Ini gila!" sela Rasya begitu saja.

"Siapa yang gila?" tanya Pandu setengah berteriak. Wajahnya mulai terlihat penuh amarah.

"Ini seperti novel kebanyakan yang kubaca. Nikah kontrak, tokoh cewek dianiaya, terus habis itu bucin parah. Apa kamu juga akan seperti itu, Om?" tanya Rasya dengan menunjukkan wajah imutnya.

"Siapa yang mau menikah dengan gadis aneh sepertimu?" bantah Pandu. Padahal dalam hati, dia sudah berencana menikahi gadis itu untuk menyiksanya.

"Ya, barangkali Om mau menikah dengan gadis muda sepertiku," sahut Rasya tenang. Gatra yang sedari tadi diam, akhirnya dengan gemas menginjak kaki Rasya karena gadis itu sudah terlalu lancang.

"Sakit, Mas." Rasya sedikit merengek manja.

"Ehem!" Pandu berdeham untuk mengalihkan perhatian mereka.

"Kenapa kamu ham hem ham hem, Om. Dasar tukang celap-celup!"

Terpopuler

Comments

nah

nah

😂😂🤣🤣

2024-04-27

0

nah

nah

hahahaha

2024-04-27

0

Kerimpak Kaca Luya

Kerimpak Kaca Luya

Aku rasa kak athur yg buat novel ini pun sikapnya suka melawak kali....kerana ceritanya dari mula semua bikin ketawa👍👍👍🥰🥰🥰

2022-11-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!