Gilang meraba kening Dona. Tubuh Dona terasa begitu panas, namun bibirnya menggigil.
"Kamu demam Don."
Dengan cepat Gilang membuka seragam sekolahnya dan melepaskan pakaian Dona.
"Maaf aku bukan mau mengambil kesempatan. Aku hanya mau memakaikan kamu pakaian yang kering." Ucap Gilang merasa bersalah.
Sementara Dona hanya bisa diam mendapat perlakuan dari Gilang. Setelah itu Gilang lalu mengangkat tubuh Dona yang sudah mengenakan seragam putih miliknya yang tampak kebesaran di tubuh Dona yang mungil. Gilang berjalan keluar dan melihat sosok Aditya dan Billy tengah berdiri di seberang lapangan. Gilang berteriak dan sontak membuat keduanya menoleh lalu berlari dengan cepat ke arah Gilang.
"Apa yang terjadi?" Tanya Aditya.
"Lo cepat ke toilet, ambil seragam Dona. Dan lo Bill, masuk ke kelas lo bilangin sama guru kalau Dona mau ditemukan pingsan di toilet. Gue mau bawa dia ke UKS dulu kasih obat pereda demam. Setelah itu langsung ke rumah sakit. Sekalian lo ambil tasnya juga." Ucap Gilang yang kini hanya mengenakan kaos oblong berwarna hitam itu.
Suara teriakan Gilang tadi membuat gaduh kelas-kelas yang berada di dekatnya. Apalagi saat Gilang berjalan di tengah lapangan dengan menggendong tubuh Dona membuat para guru yang melihatnya mendekat dan menanyakan apa yang terjadi. Gilang hanya menjawab bahwa ia akan segera membawa Dona ke rumah sakit dan meminta pihak sekolah mengusut tuntas siapa yang telah mengunci Dona di dalam toilet.
Gilang membaringkan tubuh Dona di ruang UKS lalu memberinya obat penurun demam. Petugas yang berjaga di UKS memberikan pertolongan pertama pada Dona dengan mengusap kaki Dona dengan minyak kayu putih setelah Gilang memberinya obat.
"Lang, dingin...." Ucap Dona menggigil.
"Kita ke rumah sakit sekarang." Ucap Gilang.
Kepala sekolah turun tangan saat mendengar kabar bahwa salah seorang siswa di sekolahnya ditemukan pingsan dengan pintu terkunci di toilet sekolah. Kepala sekolah pergi ke ruang UKS untuk memeriksa kondisi Dona. Saat tiba di depan pintu, Kepala Sekolah mendapati Raka, Billy dan Aditya tengah berdiri dengan masing-masing memegang barang milik Dona.
"Kenapa kalian disini?" Tanya Kepala Sekolah.
"Kami, temannya Dona Pak." Jawab Aditya.
Kepala Sekolah masuk ke ruang UKS, hendak bertanya pada Dona. Namun, Gilang ternyata sudah menggendong Dona hendak membawanya pergi ke rumah sakit.
"Saya mau bawa Dona ke rumah sakit Pak." Ucap Gilang hendak melewati Kepala Sekolah.
"Serahkan semuanya pada guru, kamu dan temanmu yang diluar silahkan kembali ke kelas."
"Tidak bisa Pak." Ucap Aditya, Billy dan Raka kompak.
"Kami mau mengantar Dona ke rumah sakit." Sambung Aditya.
"Bapak sudah bilang...."
"Maaf Pak." Gilang menyela ucapan Kepala Sekolah. "Tapi sekarang bukan waktunya berdebat, Dona harus segera dibawa ke rumah sakit. Bapak tidak akan bisa melarang saya, karena saya sahabatnya Dona." Lanjut Gilang.
Meski dilarang Gilang untuk mengantar Dona ke rumah sakit karena itu sudah merupakan tugas guru. Tapi, baik Gilang maupun Aditya dan dua orang lainnya kekeuh untuk membawa Dona pergi. Mereka pun membawa Dona ke rumah sakit ditemani seorang guru piket.
Suasana sekolah menjadi heboh karena kejadian uang menimpa Dona. Ratu dan anggota gengnya yang melihat kehebohan itu, hanya bisa berharap bahwa mereka tidak akan ketahuan sebagai orang yang telah mencelakai Dona.
Kepala Sekolah lalu memerintahkan wali kelas Dona untuk menghubungi kedua orang tua Dona. Setelah itu meminta seluruh siswa untuk berkumpul di depan ruang Kepala Sekolah. Setelah seluruh siswa berkumpul, Kepala Sekolah mulai berbicara.
"Kalian semua pasti sudah mengetahui apa yang terjadi pada salah satu teman kalian." Ucap Kepala Sekolah. "Sejak awal sudah Bapak katakan, tidak boleh ada kasus perundungan di sekolah ini maupun diluaran sana yang disebabkan oleh siswa dari sekolah ini. Bapak tegaskan sekali lagi, siapapun yang terlibat dalam kasus perundungan hari ini akan mendapatkan sanksi yang tegas."
Siska mulai gemetaran, dan memegang tangan Ratu erat. Begitu juga dua orang lainnya, keduanya tampak takut.
"Bagaimana ini Don? Kita pasti dikeluarkan dari sekolah." Ucap Siska pelan, ditengah kerumunan siswa lainnya.
"Diem lo. Lihat kiri kanan kalau mau ngomong. Kita gak akan ketahuan kalau kalian semua diam. Gak ada yang lihat kita melakukan semuanya. Toh si Dona itu juga gak akan tahu siapa pelakunya. Jadi kalian cuma harus tenang doang. Ngerti?" Ucap Ratu dibalas anggukan ketiga anggotanya.
Gilang dan seorang guru membawa Dona ke rumah sakit menggunakan mobil Gilang. Sementara Aditya dan yang lainnya menggunakan motor mereka masing-masing.
Setelah tiba di rumah sakit, Dona langsung dirawat di ruang inap. Dokter langsung memberikan infus pada Dona karena terkulai lemas.
Tak butuh waktu lama, Pak Edi dan Bu Nir tiba di rumah sakit. Keduanya lalu berbicara dengan guru yang mendampingi Dona.
"Apa yang terjadi dengan anak saya Pak?" Tanya Pak Edi.
"Begini Pak Edi. Selaku pihak sekolah yang bertanggung jawab atas Dona, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya karena kejadian ini terjadi di lingkungan sekolah. Kami masih menyelidiki siapa pelaku dibalik perundungan yang dialami Dona."
"Maksud Pak Guru apa ya?" Kali ini Bu Nir yang bertanya.
"Dona ditemukan pingsan di toilet sekolah dengan pakaian yang basah kuyup dan dalam keaadaan pingsan. Sepertinya Dona mengalami perundungan oleh oknum siswa di sekolah. Kami berjanji akan mengusut tuntas kasus ini. Bagaimanapun perilaku perundundungan tidak dibenarkan."
"Ya Tuhan Pak, anak kita Pak." Bu Nir mulai terisak.
Pak Edi mengusap punggung Bu Nir.
"Yang tenang Bu." Ucap Pak Edi. "Kami serahkan semuanya pada pihak sekolah Pak. Semoga pelakunya cepat ditemukan dan bisa diberikan sanksi agar tidak lagi mengulang perbuatan yang bisa mencelakai orang lain." Lanjut Pak Edi.
Bu Nir lalu masuk ke ruang rawat inap Dona. Sementara Pak Edi menemui keempat pria yang selalu dilihatnya mengantar dan menjemput Dona ke sekolah.
"Selamat siang Pak." Sapa keempat pria itu.
Pak Edi menunduk dan berdiri dihadapan mereka semua didepan ruangan Dona di rawat. Pak Edi mulai bertanya apa sebenarnya yang terjadi pada Dona. Gilang pun menjelaskan semuanya secara detail. Mulai dari Billy yang memberi tahu mereka bahwa Dona menghilang hingga dirinya yang menemukan Dona di toilet sekolah dengan pintu yang terkunci dari luar.
"Apa kalian tahu, kira-kira Dona sedang bermasalah dengan siapa di sekolah?" Tanya Pak Edi.
Keempatnya kompak menjawab tidak tahu.
"Siapa diantara kalian yang merupakan teman dekat Dona?" Tanya Pak Edi dengan raut wajah yang bercanda.
Semuanya kembali kompak mengangkat tangan, membuat Pak Edi tertawa. Setelah itu, mereka satu persatu masuk ke ruang rawat inap Dona. Sementara itu Aditya bertugas mengantar sang guru kembali ke sekolah mereka.
Bersambung....
Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah juga yaa.... 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
El
semangaat
2021-12-31
0