Setelah bertemu Dona, keempat pria itu memutuskan kembali ke sekolah untuk memulai penyelidikan tentang siapa yang menjadi dalang dibalik kejadian yang menimpa Dona. Kali ini mereka berempat benar-benar nampak seperti sekumpulan sahabat yang tengah bekerja sama menyelesaikan suatu masalah.
Mereka berempat duduk di kantin, karena memang saat mereka kembali ke sekolah, tengah berada dalam jam istirahat kedua.
"Gimana menurut lo Bill? Siapa kira-kira yang tengah bermasalah sama Dona?" Tanya Gilang.
"Setau gue sih gak ada. Karena selama ini, Dona anaknya adem ayem aja. Gak pernah terlihat bermasalah dengan orang lain." Jawab Billy.
Aditya dan Raka terlihat tampak berpikir keras. Aditya memainkan jarinya di meja kantin. Sementara Raka pandangan matanya menerawang ke atap kantin. Fokus Raka teralihkan saat melihat seorang siswi menjatuhkan minuman dari atas mejanya.
"Aihhh, sial banget hari ini. Sepatuku jadi kotor."
Suara gadis itu mengingatkan Raka pada kejadian yang pernah terjadi antara Dona dan Ratu.
"Hei, remember when Dona with Ratu and the gang fight?"
"Heh, bocah jenius. Lo ngomong apaan sih. Gak ngerti gue." Ucap Billy.
Raut wajah Aditya dan Gilang langsung berubah dan menatap Raka tajam.
"Gue inget. Apa memang ada hubungannya dengan Ratu dan gengnya?" Ucap Aditya.
"Gue pikir juga gitu. Gue paling tau gimana watak tuh cewek. Tapi, kita gak bisa nuduh sembarangan tanpa bukti." Lanjut Gilang.
"Kalau begitu, kita harus cari bukti." Sambung Raka.
"Eh seriusan deh. Gue nggak ngerti lo pada lagi bahas apaan. Dona, Ratu dan gengnya? Ada apa sama mereka?" Tanya Billy lagi sambil terlihat tengah berpikir. "Apa lo semua mikir kalau dalangnya adalah Ratu dan gengnya?" Lanjut Billy seraya menggaruk kepalanya.
"Nah itu lo tau. Kenapa masih nanya." Balas Aditya.
"Oh jadi beneran itu? Padahal gue cuma nebak-nebak aja. Hahahaha." Billy terbahak.
"Ini bukan saatnya tertawa. Sekarang lo mending mikirin bagaimana caranya agar kita bisa menemukan pelakunya. Jika memang Ratu dan gengnya yang berulah, bagaimana cara kita mencari tahu?" Raka berbicara sambil arah pandangannya tertuju pada gadis yang tadi menumpahkan minuman.
Bel tanda masuk berbunyi, siswa mulai kembali kedalam kelas. Namun, tidak dengan mereka berempat. Mereka masih tampak berpikir, mencari ide bagaimana caranya untuk mendapat informasi dari seseorang yang bisa menunjukkan bahwa dalang dibalik semuanya adalah Ratu dan gengnya.
"Ah, gue punya ide." Gilang menggebrak meja hingga membuat Billy kaget.
"Wooii, bisa gak? Gak usah pakai acara pukul meja segala. Jantung gue hampir copot ini." Protes Billy.
"Hampir copot, tapi gak kan." Balas Gilang.
"Sudah-sudah. Cepat kasih tau ide lo." Aditya mencoba memisahkan perdebatan antara Gilang dan Billy.
"Lo semua tau Tasya gak? Salah seorang anggota gengnya Ratu." Tanya Gilang.
"Yang rambutnya kayak spaghetti belum masak itu? Lurus banget kayak jalan tol." Celetuk Billy.
Ketiga orang lainnya tertawa mendengar ucapan Billy.
"Terus, apa hubungannya Tasya sama penyelidikan kita?" Tanya Aditya kembali.
"Raka harus deketin Tasya pelan-pelan. Setelah itu gali informasi dari dia." Jawab Gilang.
"Kenapa harus gue? Kan lo bertiga juga bisa." Protes Raka.
"Karena Tasya sukanya sama lo. Lagipula kalian juga satu kelas kan? kalau gue gak salah sih." Balas Gilang.
"Udah ikutin aja saran Gilang. Kali aja bisa berhasil. Apalagi lo bisa mengorek informasi dari dia. Kan lebih bagus kalau kita tahunya lebih cepat." Sambung Aditya.
"Bener tuh kata Gilang dan Aditya." Celetuk Billy.
"Ya udah, gue usaha." Akhirnya Raka setuju dengan saran yang diberikan Gilang.
Keempatnya kemudian masuk ke dalam kelas mereka masing-masing, meski terlambat sekitar lebih dari 10 menit. Raka yang kebetulan 1 kelas dengan Tasya memulai aksinya.
'Untung aja dia gak satu kelas dengan ketuanya.' pikir Raka.
Raka mulai mendekati Tasya yang memang hari itu secara kebetulan mendapat bagian sebagai satu kelompok dengannya mengerjakan tugas biologi.
"Pulang sekolah nanti bareng ya. Kita harus langsung ngerjain semuanya di rumah aku. Eh, tapi bentar dulu. Kamu mau ngerjainnya dimana?" Tanya Raka pada Tasya yang sedari tadi menahan suaranya untuk berteriak karena kesenangan bisa satu kelompok dengan cowok yang selama ini dia sukai.
"Di...di rumah kamu aja." Tasya nampak terbata-bata.
"Kalau begitu fix. Entar pulang bareng aku aja." Balas Raka.
Raka berusaha berakting senatural mungkin. Semuanya ia lakukan hanya demi mencari tahu apakah Ratu dan gengnya yang menjadi dalang dibalik semuanya.
*******
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Tasya berpamitan pada Ratu dan yang lainnya bahwa ia tidak bisa ikut mobil sang Ratu, karena harus pulang bareng Raka untuk mengerjakan tugas.
Saat motor Raka yang memboncengi Tasya menjauh, baik Siska maupun Devi merasa bahwa Tasya sedang beruntung. Dan keduanya berharap bisa seperti Tasya yang diboncengi oleh cowok idamannya.
Tugas kelompok Raka dan Tasya pun tak lama rampung setelah mengerjakan semuanya di rumah Raka. Raka pun mencoba menggoda Tasya dengan memegang tangannya lalu membelai rambutnya yang lurus dan panjang. Perlakuan Raka membuat gadis yang memang masih polos itu terlena.
Raka kembali berbisik dengan kata-kata nakal di telinga Tasya hingga membuat gadis itu semakin jatuh dalam buaian Raka. Dan saat itulah Raka tak menyianyiakan kesempatan untuk bertanya pada Tasya dengan merekam pembicaraan mereka melalui ponsel.
"Apa kamu tahu yang terjadi pada Dona?" Bisik Raka merdu di telinga Tasya.
Bulu kuduk Tasya merinding. Baru kali ini dirinya begitu dekat dengan lawan jenis. Apalagi yang tengah bersamanya ini adalah cowok yang selama ini selalu ia dambakan.
"Kami lah yang membuat Dona terkurung di kamar mandi. Tapi itu semua ide Ratu." Balas Tasya tak kalah merdu apalagi Raka menyentuh telinganya.
Ingin sekali Raka menyudahi semuanya, tapi dia tak ingi Tasya curiga. Hingga akhirnya suara ponselnya dapat menghentikan semua adegan absurd yang tengah dilakoni Raka. Setelah itu, tugas keduanya selesai. Raka pun kembali mengantar Tasya pulang ke rumahnya.
*********
Hari berikutnya.....
Semuanya terkuak, bukti yang dimiliki Raka sudah ia berikan kepada Kepala Sekolah. Ratu datang ke sekolah dan tentu saja ditemani ketiga anggotanya. Gilang yang marah hampir saja memukuli Ratu sebagai otak dibalik kejadian yang menimpa Dona saat Dona baru saja masuk kelas. Namun, Aditya dengan cepat menghalanginya.
"Udah. Dia itu cewek." Ucap Aditya.
"Sekarang gue lepasin lo. Tapi gue akan terus mengawasi lo. Dimana pun lo berada." Ucap Gilang dengan mata yang seperti ingin mencengkram Ratu.
Ratu dan geng, yang awalnya bingung 'kenapa tiba-tiba Gilang menjadi marah?' Tak lama, mereka berempat langsung diminta masuk ke ruang guru. Tak butuh waktu lama, Kepala Sekolah pun memberi sanksi skorsing dan pemanggilan orang tua. Ratu dan gengnya pun semakin membenci Dona.
Bersambung....
Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah juga yaa.... 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
El
rasain, bila prlu kluarin aja dri skolah tuh ratu n gengnya
2022-01-01
0