Ingatan Dona kembali pada saat sebelum kecelakaan. Dimana kedua orang tuanya dengan tega meminta dirinya untuk menikah dengan Pak Herbowo. Seorang pria paruh baya dengan tubuh gendutnya berdiri dihadapan Dona yang baru saja pulang setelah bertemu dengan teman-temannya.
"Kau harus menikah denganku demi melunasi hutang Papa mu. Kalau tidak kalian semua akan jatuh miskin." Ucap Pak Herbowo.
"Tidak. Aku tidak sudi menikah dengan pria tua sepertimu." Balas Dona.
Plakk....!!!
Pipi Dona memerah karena sebuah tamparan keras dari sang Papa yang mendarat di pipinya.
"Anak tidak tahu di untung. Papa sudah memberikanmu semuanya. Sekarang kau harus berkorban sedikit demi keluarga kita agar tidak jatuh miskin. Bukankah selama ini kau juga menikmati kekayaan yang Papa berikan." Teriak Pak Wijaya.
Dona terdiam, pipinya masih merah karena bekas tamparan. Matanya juga memerah dengan tatapan yang sangat marah.
"Hei... Kenapa kau menatap Papa mu seperti itu? Kau harusnya mengikuti kemauan Papa. Ini juga demi dirimu dan juga Mama. Bagaimanapun, Mama tidak mau jatuh miskin. Mama tidak mau hidup serba kekurangan." Ucap Bu Wijaya dengan menarik tangan Dona kasar.
Dona tertawa terbahak-bahak, dia menatap kedua orang tuanya penuh kebencian. Orang tua yang selama ini tak pernah ada untuknya. Orang tua yang selalu lebih mementingkan kekayaan dari pada hubungan keluarga. Bahkan sekarang kedua orangtuanya itu rela mengorbankan anak mereka yang satu-satunya untuk dinikahkan dengan pria hidung belang.
"Kalian berdua tak pantas disebut sebagai orang tua. Aku bahkan tidak memiliki apa yang disebut dengan Mama dan Papa. Sekali lagi aku katakan, aku tidak akan pernah mau menikah dengannya. Kalau mau, silahkan kau saja yang menikah dengannya." Ucap Dona sambil menunjuk sang Mama.
"Kurang ajar." Teriak Bu Wijaya yang hendak menampar Dona, namun dengan cepat di halau nya.
"Jangan pernah berani untuk memukulku lagi. Karena aku tidak akan tinggal diam." Ucap Dona serius.
Dona kemudian berlari keluar rumah hendak menuju mobilnya.
"Kenapa kalian membiarkan dia pergi? Dia bisa saja kabur?" Teriak Pak Herbowo.
"Gadis itu tidak akan kemana-mana. Lagipula dia tak akan bisa hidup miskin." Ucap Pak Wijaya.
"Aku tidak perduli. Cepat kejar dia sekarang juga, karena aku ingin segera menikahinya. Kalau aku gagal menikahinya, jangan harap kalian dapat sepeserpun dari kekayaan yang pernah kalian miliki ini."
Setelah itu, Dona pergi dengan mobilnya dan dikejar oleh beberapa pengawal Pak Herbowo hingga terjadilah kecelakaan yang merenggut nyawanya. Namun, ajaibnya Dona kembali hidup. Tapi, dengan tubuh dan wajah yang berbeda. Dengan identitas yang berbeda dan orang tua yang berbeda pula.
"Apa ini yang dinamakan kehidupan kedua?" Tanya Dona pada dirinya sendiri.
Tepat saat ia tengah fokus dalam lamunannya, pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang wanita patuh baya mengenakan daster dengan membawa nampan dengan baskom berisi air hangat dan handuk kecil. Pandangan keduanya beradu, dan seketika nampan yang dipegang oleh ibu itu jatuh ke lantai.
"Do-dona..." Ucap Ibu itu terbata-bata dengan masih berdiri di depan pintu.
"Paaakk.... Bapaakkk.... Donaa Paakk.... Donaa..." Teriak ibu itu lalu menghambur ke arah Dona dan memeluknya.
Berulang kali wanita yang bernama Bu Nirwana atau Bu Nir itu, menciumi wajah Dona.
"Ya Tuhan, Dona. Kenapa tidak panggil Ibu nak..." Ucapnya berulang kali.
Dona diam mematung dan hanya bisa pasrah menerima perlakuan dari wanita yang merupakan Ibu dari pemilik tubuhnya kini. Tak lama terdengar langkah kaki yang berlarian menuju kamar Dona. Tampak seorang pria dengan perut buncitnya masuk ke kamar Dona. Wajah pria itu tampak meneduhkan bagi Dona yang pertama kali melihatnya.
Pria paruh baya bernama Pak Edi itu tampak meneteskan air mata saat melihat Dona.
"Akhirnya kamu sadar juga nak." Ucapnya seraya memeluk dan mencium kening Dona.
Dona tetap saja diam, karena memang dirinya tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.
'Siapa kedua orang ini? Dan apa hubunganku dengan mereka?' tanya Dona dalam hati.
Pak Edi dan Bu Nir mengusap air mata mereka dan duduk berdampingan menatap wajah Dona yang tampak bingung.
"Dona, kenapa diam saja nak? Apa ada yang sakit?" Tanya Bu Nir.
Dona menggeleng.
Sementara Pak Edi tampak mengerti dengan situasi yang terjadi. Ia menyadari bahwa ada yang berbeda dengan puterinya yang sudah koma selama 3 bulan ini.
"Nak, kamu kenal Bapak?" Tanya Pak Edi.
"Bapak ini bicara apa sih? Masa Dona gak kenal Bapak. Orang Bapak yang selalu gendongin Dona dari masih orok." Ucap Bu Nir.
Dona menggeleng dan membuat sang Ibu tertawa.
"Jangan bercanda dong nak. Masa kamu gak ingat sama Bapak mu yang ganteng mirip Dude Harlino ini?" Lagi-lagi Bu Nir yang bicara.
Lagi-lagi Dona menggeleng dan semakin membuat Bu Nir terbahak sambil memukul pundak suaminya.
"Pak, lihat kelakuan anakmu ini. Mau ngerjain kita dengan pura-pura lupa ingatan seperti di sinetron-sinetron itu Pak." Ucap Bi Nir.
Tawa Bu Nir seketika lenyap saat melihat sang suami terisak.
"Ada apa Pak?" Tanya Bu Nir.
"Coba Ibu lihat tatapannya Dona. Dia benar-benar tak ingat siapa kita Bu. Kecelakaan yang dialaminya 3 bulan lalu pasti sudah membuatnya lupa akan siapa kita." Ucap Pak Edi sedih.
Bu Nir menatap Dona yang masih saja menatap mereka berdua dengan wajah yang memang tampak bingung.
"Ya Tuhaaan. Pak, dosa apa yang sudah Ibu lakukan sehingga dapat cobaan seberat ini. Orang tua mana yang gak sedih Pak, lihat puteri semata wayang yang tidak ingat siapa orang tuanya." Kali ini Bu Nir berteriak dengan tangisannya.
"Sabar, Bu, sabar. Yang penting sekarang Dona sudah sadar. Perlahan kita akan membuat dia ingat tentang semuanya. Meskipun dia tetap lupa, setidaknya kita tetap memiliki dia dan akan terus menjaganya Bu." Ucap Pak Edi.
Dona merasa terharu saat melihat kedua orang yang dihadapannya ini menangis demi dirinya. Dona yang tak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya di masa lalu, merasa begitu beruntung karena terlahir kembali dengan orang tua yang tampak sangat menyayanginya.
"Mmmm Pak, Bu. Meski aku tidak kenal siapa kalian. Aku akan berusaha jadi anak yang baik untuk kalian." Ucap Dona akhirnya.
Pak Edi dan Bu Nir lalu memeluk Dona bersamaan. Setelah itu Pak Edi mulai menceritakan apa yang telah terjadi pada Dona.
Dona akhirnya mengerti tentang apa yang terjadi. Sebuah keajaiban terjadi padanya. Dirinya terlahir kembali dan kebetulan terlahir sebagai seorang gadis muda yang juga bernama Dona. Dahulu Dona hidup sebagai orang kaya yang bergelimang harta. Namun, di kehidupan keduanya, Dona terlahir dari keluarga sederhana. Orang tua Dona yang saat ini, menjelaskan padanya, bahwa Dona sudah koma selama 3 bulan karena mengalami sebuah kecelakaan. Karena sudah tak memiliki biaya dan Dokter mengatakan sudah tidak ada harapan, Dona pun dirawat di rumah seadanya.
"Kalau boleh tahu sekarang tahun berapa?" Tanya Dona.
Dona tampak terkejut saat Pak Edi menjawab pertanyaannya. Karena yang terjadi adalah, kecelakaan yang dialami Dona dimasa lalu terjadi pada 30 tahun yang lalu.
'Apa itu artinya kedua orang tua kandungku di kehidupan sebelumnya masih hidup atau bahkan sudah meninggal?' tanya Dona dalam hati.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
SoVay
reinkarnasi dona
2021-12-26
1
Zen Rumi
lnjt
2021-12-08
0
El
lanjut thor
2021-12-08
0