Malam minggu adalah malam yang sangat ditunggu-tunggu bagi para remaja baik yang mempunyai pacar atau pun tidak mempunyai pacar. Kalau ada yang bertanya mengapa harus malam minggu, semua orang bisa menjawab, karena malam minggu adalah malam yang panjang dimana esok hari nya adalah hari libur. Oleh sebab itu malam minggu dimanfaatkan oleh kebanyakan para remaja yang masih sekolah, kuliah, maupun yang sudah bekerja untuk beristirahat memikirkan pelajaran sekolah, kuliah atau masalah kerjaan artinya malam minggu adalah waktunya untuk bersenang-senang.
Para remaja yang mempunyai pacar atau kekasih biasanya menghabiskan malam minggu dengan melakukan hal-hal wajib seperti mengunjungi rumah sang kekasih atau berjalan-jalan berdua di taman, pergi ke mall untuk nonton atau karaoke, pergi ke kafe, nonton konser musik, dan lain sebagainya. Bagi para remaja yang tidak memiliki pacar biasanya menghabiskan malam minggu dengan berkumpul bersama teman, pergi ke tempat-tempat gaul anak muda seperti kafe, untuk sekedar mejeng atau mencari kenalan yang nantinya bisa berlanjut ke pacaran.
Berbeda dengan kehidupan yang dijalani Dona di kehidupannya yang lalu. Setiap malam minggu Dona pasti akan keluar rumah, entah sekedar pergi ke cafe bersama teman-temannya. Atau sekedar nonton bioskop, bahkan hampir setiap malam, Dona pasti akan keluar rumah. Karena dia selalu merasa kesepian bila berada di rumah.
Kali ini jauh berbeda, semenjak ia menyadari bahwa Tuhan memberikannya kehidupan kedua beberapa hari yang lalu, Dona jadi lebih sering berdiam diri di rumah. Berinteraksi dengan kedua orang tua barunya. Meski secara lahir Pak Edi dan Bu Nir memang orang tua kandung dari tubuh yang kini ia miliki, namun batin Dona selalu saja mengingat kedua orang tuanya di kehidupannya yang lalu.
Malam minggu kali ini, Dona ditemani Ayu duduk santai di teras rumah. Keduanya mengobrol sambil memakan beberapa potong martabak yang dibawa Ayu setelah sebelumnya tadi mereka makan malam bersama dengan lauk yang di bawa Ayu dari rumahnya.
"Yu, bilang makasih ya sama Mamah mu. Opor ayamnya enak." Ucap Bu Nir ikut duduk bersama Dona dan Ayu di teras rumah.
"Siap Bu. Nanti aku sampein." Jawab Ayu.
"Ngomong-ngomong kalian berdua gak keluar malam mingguan?" Tanya Bu Nir lagi.
"Ya elah Bu, kayak gak tau kita berdua aja. Dari musim duren sampai musim rambutan, aku sama Dona ini gak pernah punya pacar. Jadi, mana ada namanya malam minggu. Bisa keluar rumah main kesini aja udah seneng banget aku. Apalagi bisa diajak nonton bioskop sama pacar." Jawab Ayu dengan gelak tawa.
Bu Nir ikut tertawa dan mulai menceritakan pengalamannya bermalam minggu dengan Pak Edi.
"Emang Bu Nir gak dilarang sama orang tuanya keluar sama pacar. Aku aja nih ya, kayaknya Mama sama Bapak pasti ngelarang aku buat pacaran. Apalagi sampai keluar malam." Balas Ayu lagi.
Dona hanya menyimak sambil terus mengunyah martabak keju yang masih tersisa tinggal beberapa potong itu.
"Untuk apa melarang." Ucap Pak Edi yang tiba-tiba berdiri di pintu rumah lalu duduk di samping Dona. "Kalau nantinya Dona mau pacaran, Bapak gak akan melarang. Asal dengan catatan, Dona harus bisa jaga diri. Jaga kepercayaan yang Bapak sama Ibu berikan. Kalau memang sudah mau serius pacaran, selalu kenalkan sama Bapak dan Ibu si pacarnya itu. Jangan sampai ketemu di luar. Ajak ke rumah, duduk dan mengobrol di rumah biar Bapak bisa lihat orangnya. Setelah itu, Bapak sama Ibu pasti ngebolehin buat keluar rumah sekedar buat ke bioskop atau main ke mall. Asal, pulangnya gak lewat dari jam 10 malam." Lanjut Pak Edi seraya mengusap kepala Dona.
"Bapak serius?" Tanya Dona yang mulai merespon.
"Tentu saja serius. Biar bagaimanapun Bapak juga pernah muda. Ibu mu juga pernah muda, pernah bercinta." Jawab Pak Edi.
"Dan ingat, cowok yang baik itu akan minta izin baik-baik dengan orang tua kekasihnya saat mau diajak keluar malam minggu. Bukan malah ngajak ketemunya diam-diam. Seperti yang Bapak kamu bilang tadi, kami juga pernah muda. Dan sekarang giliran kalian, yang muda yang bercinta. Tapi harus tetap ingat untuk tidak melewati batas." Imbuh Bu Nir.
Dona dan Ayu mengangguk. Dalam pikiran Dona, andai saja kedua orang tuanya di kehidupannya yang lalu bisa sebijak kedua orang tuanya yang saat ini, maka sudah dipastikan bahwa Dona pasti akan bahagia. Dona pun kembali teringat akan kedua orang tuanya yang dulu, dan dia mulai mencari tahu tentang kehidupan dirinya yang sebelumnya melalui ponsel Ayu setelah Pak Edi dan Bu Nir memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
Menurut cerita Ayu, ponsel Dona sudah rusak saat ia mengalami kecelakaan itu. Dan sekarang, orang tuanya tak mampu membelikannya yang baru.
"Kamu tenang aja, kalau ada tugas yang membutuhkan browsing, kita bisa kerjain sama-sama pakai hp aku. Sebenarnya ada warnet sih biar lebih gampang, tapi kamu tahu sendiri kan. Warnet sekarang lebih banyak dijadikan tempat mesum karena model warnetnya yang remang-remang." Ucap Ayu.
Dona tak menggubris ucapan Ayu, ia sibuk melihat layar ponsel Ayu yang masih dalam tahap pencarian. Dia akhirnya menemukan fakta, bahwa dirinya yang bernama Dona Putri Wijaya di kehidupannya yang lalu, telah meninggal dunia 30 tahun yang lalu. Dan kabar mengenai kedua orang tuanya juga sudah meninggal karena bunuh diri disebabkan oleh kebangkrutan yang membuat mereka hilang akal karena jatuh miskin.
'Kenapa bisa seperti ini?' pikir Dona sambil menutup mulutnya.
"Kamu pagi liatin apa sih? Kok kelihatan serius banget." Tanya Ayu yang berusaha melihat ke layar ponselnya yang dipegang Dona.
Dengan cepat Dona menjauhi ponsel itu dari Ayu.
"Aduuhh kamu tuh ya. Ini rahasia." Balas Dona.
"Ya elah Don, aku kepo tau."
"Kepo?" Dahi Dona mengkerut mendengar kata kepo yang diucapkan Ayu.
"Iya, kepo. Ayolah kasih tau aku."
Dona menghela nafas panjang dan segera menghapus apa yang dicarinya di internet. 30 tahun lalu, internet memang sudah ada, namun modelnya jauh berbeda dari masa kini. Untungnya Dona bisa cepat mengerti, hingga ia bisa menggunakan internet masa kini.
Jam setengah 10 malam, Ayu pamit pulang saat dijemput oleh ayahnya. Setelah Ayu pergi, Bu Nir dan Pak Edi mengajak Dona berbicara. Keduanya meminta maaf karena belum bisa memberikan Dona ponsel baru setelah ponsel lamanya rusak.
"Sudahlah, Pak, Bu. Jangan terus-terus merasa bersalah. Dona juga gak minta dibelikan." Balas Dona.
Dona pun mengingat satu hal yang dapat menyelamatkan keuangan kedua orang tuanya kini. Di kehidupannya yang lalu, Dona pernah menyimpan beberapa perhiasan yang dikuburnya di bawah pohon di sebuah bukit kecil yang ada dipinggiran kota. Dona hanya bisa berharap bahwa perhiasan itu masih ada disana.
'Ku mohon Tuhan....' ucap Dona dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments