PSP 3: Kembali ke Sekolah

Pak Edi dan Bu Nir sudah menjelaskan semuanya secara rinci pada Dona. Dona pun mulai mengerti dengan semua keadaan yang tengah dihadapinya.

"Pak, Bu. Apa Dona masih sekolah?" Tanya Dona.

"Lah, kamu kan baru masuk kelas 2 SMA nak. Memang sudah mau masuk sekolah?" Tanya Bu Nir.

Sebenarnya Dona di kehidupan sebelumnya sudah mengenyam pendidikan hingga mendapatkan gelar sarjana. Tapi bagaimanapun, di kehidupan yang dijalani nya saat ini dirinya masih gadis yang berusia 16 tahun. Jadi mau tidak mau Dona harus kembali mengenyam pendidikan SMA.

'Meskipun bosan harus mengulang semuanya dari awal, tapi aku harus mencobanya.' ucap Dona dalam hati.

"Nak, kamu kan baru sadar dari koma yang sangat panjang. Sudah banyak pelajaran yang ketinggalan. Bagaimana kalau kamu masuk tahun depan saja. Biar bisa mengulang pelajaran di kelas 2." Ucap Pak Edi.

"Nggak perlu Pak. Nanti aku bisa belajar biar bisa mengejar ketertinggalan aku." Balas Dona. "Kalau boleh, besok juga aku mau mulai ke sekolah." Lanjutnya.

Pak Edi dan Bu Nir saling tatap.

"Kamu yakin?" Tanya Bu Nir.

"Yakin." Jawab Dona.

Kedua orang tuanya pun setuju. Sore itu juga Dona mulai merubah penampilannya dengan memotong rambut panjangnya menjadi sangat pendek. Kacamata yang selalu menghiasi wajahnya tak lagi ia pakai.

Penampilan diri sedikit banyaknya bisa menggambarkan bagaimana dirinya, bagaimana kepribadiannya, bagaimana kesehariannya, bagaimana perilakunya, bagaimana sifatnya, bagaimana tutur katanya, bagaimana gambaran diri seutuhnya.

Bagi Dona, dengan melihat penampilan, seseorang bisa dengan mudah menilai bagaimana kepribadian dirinya. Tidak selalu benar tentunya, tapi setidaknya orang bisa dengan mudah menebak, bisa dengan mudah melihat dan merasakan nyaman ketika seseorang berada di dekatnya.

Walau penampilan diri terkadang menipu, namun setidaknya dengan melihat penampilan diri sekilas seseorang bisa dalam sekejap menentukan sikap bagaimana cara menghadapi orang lain.

Orang yang berpenampilan seadanya, jorok, bau badan tercium, tentu orang lain akan enggan untuk mendekatinya. Jangankan menginginkan bicara dan ngobrol nyaman dengannya, melihat saja mungkin orang lain sudah merasa enggan.

Setelah selesai dengan perubahan tampilannya, Dona keluar kamar untuk makan malam. Kedua orang tuanya terkejut melihat perubahan penampilan yang dilakukan Dona.

"Ya ampuun Dona. Kamu apain rambut kamu nak? Kenapa jadi seperti ini? Kemana rambut panjang kamu?" Ucap Bu Nir memutar kepala Dona.

Dona memang tampil dengan rambut pendek yang panjangnya hanya sebahu dengan poni yang menutupi keningnya. Bu Nir memegang rambut Dona berulang kali, sementara Pak Edi terlihat bingung dan tak dapat berkata apa-apa.

"Apa bapak tidak suka?" Tanya Dona.

"Suka. Bapak suka sekali. Dona jadi terlihat makin imut." Ucap Pak Edi akhirnya yang ikut berkomentar.

"Imut apanya Pak. Anak bapak ini malah terlihat seperti tokoh film kartun itu Pak. Ganti saja deh nama kamu sekarang jadi Dora bukan Dona lagi." Ucap Bu Nir terlihat frustrasi.

"Bu, coba lihat baik-baik. Justru anak kita kelihatan cantik loh. Bapak saja sampai pangling. Apalagi dia sudah tidak pakai kacamata. Malah buat bapak terlihat seperti sinetron korea yang suka ibu tonton itu. Sampai ketawa-ketawa dulu saat Dona masih kecil." Ucap Pak Edi.

Bu Nir melihat kemudian melihat Dona dengan serius. Matanya kemudian tampak berbinar.

"Benar kan bu. Dona itu sudah seperti Gem Candi yang dulu ibu eluh-eluhkan itu." Lanjut Pak Edi.

"Geum Jan Di, Pak." Protes Bu Nir.

"Iya iya, Jandi. Sama saja sama Candi." Balas Pak Edi.

"Apanya yang sama, beda Pak." Lagi-lagi Bu Nir protes.

"Khem.... Khem... Apa sudah boleh makan?" Ucap Dona yang langsung menghentikan ocehan kedua orangtuanya.

"Tentu saja nak. Ayo makan yang banyak. Lagipula kamu kan sudah 3 bulan tidak makan." Ucap Bu Nir seraya menaruh nasi dan lauk berupa tempe goreng dan gulai ikan ke dalam piring yang ada di depan Dona.

Dona menatap nasi yang sudah dicampur dengan lauk pauk di atasnya itu. Ia bingung bagaimana harus memulai. Sedangkan kedua orangtuanya sudah mulai lahap makan dengan menggunakan tangan.

'Gimana cara makannya?'

"Kenapa nak?" Tanya Pak Edi dengan mulut penuh makanan.

"Emmmm ada sendok gak bu?" Tanya Dona.

Bu Nir dan Pak Edi saling tatap dan melihat ke arah Dona bersamaan dengan pandangan yang membingungkan. Bu Nir baru saja mau bangun, namun dengan cepat Dona menghalanginya.

"Bapak sama ibu makan saja. Biar aku ambil sendiri." Ucapnya berjalan ke arah rak piring lalu mengambil sendok dan garpu serta satu buah mangkuk kecil, dan piring.

Dona kembali ke meja makan dan memasukan sepotong ikan dan kuahnya ke dalam mangkuk, lalu mengambil nasi secukupnya.

"Maaf bu, kalau mau nambah pakai yang ini saja ya. Belum aku sentuh kok." Ucap Dona sembari menyodorkan nasi dan lauk pauk yang tadinya disiapkan Bu Nir untuknya.

Dona mulai makan dengan perlahan, menyendok nasi dan mengambil potongan tempe dengan garpu. Sesekali mengambil kuah ikan dengan sendok dan menyeruputnya.

Bu Nir dan Pak Edi tampak bingung dengan apa yang mereka lihat. Karena dulu, Dona tak pernah makan dengan sendok, apalagi makan dengan begitu anggun dan rapi.

"Pak sepertinya anak kita jelmaan dari seorang bangsawan." Bisik Bu Nir.

"Husshh ngomong apa sih." Balas Pak Edi.

Tapi, dalam hati kecil Pak Edi sendiri timbul pertanyaan. Ada apa sebenarnya dengan puterinya. Setelah sadar dari koma, pandangan mata sang puteri memang sudah tampak berbeda. Caranya berbicara pun berbeda, begitu juga dengan caranya berpakaian.

*************

Pagi harinya, Dona memutuskan untuk kembali ke sekolah di SMA Pelita Harapan. Meski ia tak mengenal siapapun, tapi Dona berusaha menjalani hidupnya yang kini berbanding terbalik dengan kehidupannya yang sebelumnya. Pak Edi bersiap mengantar Dona ke sekolah dengan menggunakan motor legen kesayangannya.

"Ayo nak. Hari ini bapak yang antar. Karena sudah pasti kamu tidak ingat dimana kamu bersekolah." Ucap Pak Edi.

Dona yang sudah mengenakan seragam sekolah berjalan begitu saja melewati Bu Nir yang berdiri di depan pintu.

"Loh, kok nyelonong begitu saja. Gak salam dulu sama ibu?" Ucap Bu Nir.

Dona yang sudah berdiri di dekat Pak Edi terdiam.

"Ayo sana, salam sama ibu mu dulu." Titah Pak Edi.

Meski bingung, Dona kembali mendekati Bu Nir. Bu Nir kemudian menyodorkan tangannya, dengan ragu Dona menyambutnya lalu menciumnya.

'Ada apa ini? Kenapa aku merasa tenang setelah mencium tangan ibu?'

"Kenapa nak?" Tanya Bu Nir.

Dona menggeleng, Bu Nir lalu mengelus pipinya lembut.

"Belajar yang tekun ya nak. Kalau nanti kepalanya sakit atau kenapa-kenapa. Minta izin aja untuk pulang. Biar nanti bapak yang jemput." Pesan Bu Nir.

Dona langsung memeluk Bu Nir. Baru kali ini ia merasakan perhatian dari seorang ibu.

*******

Tiba di sekolah, Dona bertemu dengan sahabatnya Ayu, tapi karena Dona tidak mengenal Ayu, Dona pun mengatakan bahwa dirinya kehilangan ingatan.

"Kamu serius hilang ingatan?" Tanya Ayu dibalas anggukan Dona.

"Ya ampun. Untung kamu punya teman secantik aku yang tak mungkin bisa kamu lupakan ini." Ucap Ayu.

"Jujur saja, aku sebenarnya gak tahu siapa kamu. Tapi karena ada banyak foto kamu di kamar aku, jadi aku yakin kamu itu teman aku." Balas Dona.

"Bukan hanya teman. Tapi BFF. Best friend forever." Ucap Ayu. "Heran deh, kok bisa ya kamu lupa denganku, Ayu Mutia yang mempunyai paras ayu cantik jelita ini."

Dona menggelengkan kepalanya. Setidaknya ia memiliki seorang teman yang sepertinya tulus padanya. Tidak seperti sekumpulan wanita seusianya dulu yang menyebut diri mereka sebagai sahabatnya. Yang pada kenyataannya mereka semua mendekati Dona hanya karena status Dona yang anak orang kaya agar bisa sebanding dengan mereka.

Bersama Ayu, Dona berjalan masuk ke dalam kelas Semua teman sekelas nya menatap Dona dengan heran karena kini terlihat berbeda. Dan pada saat jam pelajaran di mulai, Dona merasa lucu karena ia kembali harus mengulangi bersekolah sebagai siswa SMA. Padahal kenyataannya di kehidupannya yang sebelumnya, Dona sudah menjadi Sarjana.

"Kenapa kamu senyum?" Tanya Ayu.

"Gak kenapa-napa." Balas Dona kembali menahan tawa.

'Takdir apa ini Tuhan?'

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ra dhiraemon

Ra dhiraemon

ninggalin jejak

2022-11-24

0

Zen Rumi

Zen Rumi

👍

2021-12-28

0

SoVay

SoVay

mencari sahabat yg tulus, memang sulit..

ada yg mau singgah ke.detektif muda?

2021-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 PSP 1: Hidup Kembali
2 PSP 2: Kenyataan
3 PSP 3: Kembali ke Sekolah
4 PSP 4: Masa SMA
5 PSP 5: Kesedihan Orang Tua
6 PSP 6: Malam Minggu
7 PSP 7: Bukit
8 PSP 8: Menjual Perhiasan
9 PSP 9: Penjelasan
10 PSP 10: Keempat Pria Populer
11 PSP 11: Bertemu Geng Beauty
12 PSP 12: Berselisih
13 PSP 13: Syarat
14 PSP 14: Bullying
15 PSP 15: Makam
16 PSP 16: Antar Jemput
17 PSP 17: Apa Itu Cinta?
18 PSP 18: Dijebak
19 PSP 19: Rumah Sakit
20 PSP 20: Terbongkar
21 PSP 21: Dijenguk
22 PSP 22: Bermimpi
23 PSP 23: Berkumpul
24 PSP 24: Camping
25 PSP 25: Tersesat
26 PSP 26: Api unggun
27 PSP 27: Akhir Camping
28 PSP 28: New Year
29 PSP 29: Ditembak
30 PSP 30: Permintaan Backstreet
31 PSP 31: Nasehat Pak Edi
32 PSP 32: Berdebat
33 PSP 33: Bersama Aditya
34 PSP 34: Kisah di Sekolah
35 PSP 35: Lulus SMA
36 PSP 36: Perpisahan Dengan Raka
37 PSP 37: Ospek
38 PSP 38: Masalah Ayu
39 PSP 39: Kehamilan Ayu
40 PSP 40: Bertemu Opa Herbowo
41 PSP 41: Berbohong Pada Aditya
42 PSP 42: Menginap
43 PSP 43: Rumor
44 PSP 44: Penjelasan Gilang
45 PSP 45: Tentang Perasaan
46 PSP 46: Dihina
47 PSP 47: Berantem
48 PSP 48: Berbeda
49 PSP 49: Sedih
50 PSP 50: Merasa Bersalah
51 PSP 51: Berpacaran
52 PSP 52: Dilamar
53 PSP 53: Ayu Melahirkan
54 PSP 54: Ternoda
55 PSP 55: Bertemu Aditya
56 PSP 56: Hamil
57 PSP 57: Marah
58 PSP 58: Kebenaran Terungkap
59 PSP 59: Kembali
60 PSP 60: Rencana Ayu
61 PSP 61: Mencoba Melupakan
62 PSP 62: Kampus
63 PSP 63: Dilamar Lagi
64 PSP 64: Menikah
65 PSP 65: Gagal Lagi
66 PSP 66: Sebelum Berangkat
67 PSP 67: Honeymoon Part 1
68 PSP 68: Honeymoon Part 2
69 PSP 69: Honeymoon Part 3
70 PSP 70: Diculik
71 PSP 71: Aditya Datang
72 PSP 72: Jadi Papa
73 PSP 73: Melahirkan
74 PSP 74: Akhir Kisah
75 Info New Novel
Episodes

Updated 75 Episodes

1
PSP 1: Hidup Kembali
2
PSP 2: Kenyataan
3
PSP 3: Kembali ke Sekolah
4
PSP 4: Masa SMA
5
PSP 5: Kesedihan Orang Tua
6
PSP 6: Malam Minggu
7
PSP 7: Bukit
8
PSP 8: Menjual Perhiasan
9
PSP 9: Penjelasan
10
PSP 10: Keempat Pria Populer
11
PSP 11: Bertemu Geng Beauty
12
PSP 12: Berselisih
13
PSP 13: Syarat
14
PSP 14: Bullying
15
PSP 15: Makam
16
PSP 16: Antar Jemput
17
PSP 17: Apa Itu Cinta?
18
PSP 18: Dijebak
19
PSP 19: Rumah Sakit
20
PSP 20: Terbongkar
21
PSP 21: Dijenguk
22
PSP 22: Bermimpi
23
PSP 23: Berkumpul
24
PSP 24: Camping
25
PSP 25: Tersesat
26
PSP 26: Api unggun
27
PSP 27: Akhir Camping
28
PSP 28: New Year
29
PSP 29: Ditembak
30
PSP 30: Permintaan Backstreet
31
PSP 31: Nasehat Pak Edi
32
PSP 32: Berdebat
33
PSP 33: Bersama Aditya
34
PSP 34: Kisah di Sekolah
35
PSP 35: Lulus SMA
36
PSP 36: Perpisahan Dengan Raka
37
PSP 37: Ospek
38
PSP 38: Masalah Ayu
39
PSP 39: Kehamilan Ayu
40
PSP 40: Bertemu Opa Herbowo
41
PSP 41: Berbohong Pada Aditya
42
PSP 42: Menginap
43
PSP 43: Rumor
44
PSP 44: Penjelasan Gilang
45
PSP 45: Tentang Perasaan
46
PSP 46: Dihina
47
PSP 47: Berantem
48
PSP 48: Berbeda
49
PSP 49: Sedih
50
PSP 50: Merasa Bersalah
51
PSP 51: Berpacaran
52
PSP 52: Dilamar
53
PSP 53: Ayu Melahirkan
54
PSP 54: Ternoda
55
PSP 55: Bertemu Aditya
56
PSP 56: Hamil
57
PSP 57: Marah
58
PSP 58: Kebenaran Terungkap
59
PSP 59: Kembali
60
PSP 60: Rencana Ayu
61
PSP 61: Mencoba Melupakan
62
PSP 62: Kampus
63
PSP 63: Dilamar Lagi
64
PSP 64: Menikah
65
PSP 65: Gagal Lagi
66
PSP 66: Sebelum Berangkat
67
PSP 67: Honeymoon Part 1
68
PSP 68: Honeymoon Part 2
69
PSP 69: Honeymoon Part 3
70
PSP 70: Diculik
71
PSP 71: Aditya Datang
72
PSP 72: Jadi Papa
73
PSP 73: Melahirkan
74
PSP 74: Akhir Kisah
75
Info New Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!