Pak Edi dan Bu Nir sudah menjelaskan semuanya secara rinci pada Dona. Dona pun mulai mengerti dengan semua keadaan yang tengah dihadapinya.
"Pak, Bu. Apa Dona masih sekolah?" Tanya Dona.
"Lah, kamu kan baru masuk kelas 2 SMA nak. Memang sudah mau masuk sekolah?" Tanya Bu Nir.
Sebenarnya Dona di kehidupan sebelumnya sudah mengenyam pendidikan hingga mendapatkan gelar sarjana. Tapi bagaimanapun, di kehidupan yang dijalani nya saat ini dirinya masih gadis yang berusia 16 tahun. Jadi mau tidak mau Dona harus kembali mengenyam pendidikan SMA.
'Meskipun bosan harus mengulang semuanya dari awal, tapi aku harus mencobanya.' ucap Dona dalam hati.
"Nak, kamu kan baru sadar dari koma yang sangat panjang. Sudah banyak pelajaran yang ketinggalan. Bagaimana kalau kamu masuk tahun depan saja. Biar bisa mengulang pelajaran di kelas 2." Ucap Pak Edi.
"Nggak perlu Pak. Nanti aku bisa belajar biar bisa mengejar ketertinggalan aku." Balas Dona. "Kalau boleh, besok juga aku mau mulai ke sekolah." Lanjutnya.
Pak Edi dan Bu Nir saling tatap.
"Kamu yakin?" Tanya Bu Nir.
"Yakin." Jawab Dona.
Kedua orang tuanya pun setuju. Sore itu juga Dona mulai merubah penampilannya dengan memotong rambut panjangnya menjadi sangat pendek. Kacamata yang selalu menghiasi wajahnya tak lagi ia pakai.
Penampilan diri sedikit banyaknya bisa menggambarkan bagaimana dirinya, bagaimana kepribadiannya, bagaimana kesehariannya, bagaimana perilakunya, bagaimana sifatnya, bagaimana tutur katanya, bagaimana gambaran diri seutuhnya.
Bagi Dona, dengan melihat penampilan, seseorang bisa dengan mudah menilai bagaimana kepribadian dirinya. Tidak selalu benar tentunya, tapi setidaknya orang bisa dengan mudah menebak, bisa dengan mudah melihat dan merasakan nyaman ketika seseorang berada di dekatnya.
Walau penampilan diri terkadang menipu, namun setidaknya dengan melihat penampilan diri sekilas seseorang bisa dalam sekejap menentukan sikap bagaimana cara menghadapi orang lain.
Orang yang berpenampilan seadanya, jorok, bau badan tercium, tentu orang lain akan enggan untuk mendekatinya. Jangankan menginginkan bicara dan ngobrol nyaman dengannya, melihat saja mungkin orang lain sudah merasa enggan.
Setelah selesai dengan perubahan tampilannya, Dona keluar kamar untuk makan malam. Kedua orang tuanya terkejut melihat perubahan penampilan yang dilakukan Dona.
"Ya ampuun Dona. Kamu apain rambut kamu nak? Kenapa jadi seperti ini? Kemana rambut panjang kamu?" Ucap Bu Nir memutar kepala Dona.
Dona memang tampil dengan rambut pendek yang panjangnya hanya sebahu dengan poni yang menutupi keningnya. Bu Nir memegang rambut Dona berulang kali, sementara Pak Edi terlihat bingung dan tak dapat berkata apa-apa.
"Apa bapak tidak suka?" Tanya Dona.
"Suka. Bapak suka sekali. Dona jadi terlihat makin imut." Ucap Pak Edi akhirnya yang ikut berkomentar.
"Imut apanya Pak. Anak bapak ini malah terlihat seperti tokoh film kartun itu Pak. Ganti saja deh nama kamu sekarang jadi Dora bukan Dona lagi." Ucap Bu Nir terlihat frustrasi.
"Bu, coba lihat baik-baik. Justru anak kita kelihatan cantik loh. Bapak saja sampai pangling. Apalagi dia sudah tidak pakai kacamata. Malah buat bapak terlihat seperti sinetron korea yang suka ibu tonton itu. Sampai ketawa-ketawa dulu saat Dona masih kecil." Ucap Pak Edi.
Bu Nir melihat kemudian melihat Dona dengan serius. Matanya kemudian tampak berbinar.
"Benar kan bu. Dona itu sudah seperti Gem Candi yang dulu ibu eluh-eluhkan itu." Lanjut Pak Edi.
"Geum Jan Di, Pak." Protes Bu Nir.
"Iya iya, Jandi. Sama saja sama Candi." Balas Pak Edi.
"Apanya yang sama, beda Pak." Lagi-lagi Bu Nir protes.
"Khem.... Khem... Apa sudah boleh makan?" Ucap Dona yang langsung menghentikan ocehan kedua orangtuanya.
"Tentu saja nak. Ayo makan yang banyak. Lagipula kamu kan sudah 3 bulan tidak makan." Ucap Bu Nir seraya menaruh nasi dan lauk berupa tempe goreng dan gulai ikan ke dalam piring yang ada di depan Dona.
Dona menatap nasi yang sudah dicampur dengan lauk pauk di atasnya itu. Ia bingung bagaimana harus memulai. Sedangkan kedua orangtuanya sudah mulai lahap makan dengan menggunakan tangan.
'Gimana cara makannya?'
"Kenapa nak?" Tanya Pak Edi dengan mulut penuh makanan.
"Emmmm ada sendok gak bu?" Tanya Dona.
Bu Nir dan Pak Edi saling tatap dan melihat ke arah Dona bersamaan dengan pandangan yang membingungkan. Bu Nir baru saja mau bangun, namun dengan cepat Dona menghalanginya.
"Bapak sama ibu makan saja. Biar aku ambil sendiri." Ucapnya berjalan ke arah rak piring lalu mengambil sendok dan garpu serta satu buah mangkuk kecil, dan piring.
Dona kembali ke meja makan dan memasukan sepotong ikan dan kuahnya ke dalam mangkuk, lalu mengambil nasi secukupnya.
"Maaf bu, kalau mau nambah pakai yang ini saja ya. Belum aku sentuh kok." Ucap Dona sembari menyodorkan nasi dan lauk pauk yang tadinya disiapkan Bu Nir untuknya.
Dona mulai makan dengan perlahan, menyendok nasi dan mengambil potongan tempe dengan garpu. Sesekali mengambil kuah ikan dengan sendok dan menyeruputnya.
Bu Nir dan Pak Edi tampak bingung dengan apa yang mereka lihat. Karena dulu, Dona tak pernah makan dengan sendok, apalagi makan dengan begitu anggun dan rapi.
"Pak sepertinya anak kita jelmaan dari seorang bangsawan." Bisik Bu Nir.
"Husshh ngomong apa sih." Balas Pak Edi.
Tapi, dalam hati kecil Pak Edi sendiri timbul pertanyaan. Ada apa sebenarnya dengan puterinya. Setelah sadar dari koma, pandangan mata sang puteri memang sudah tampak berbeda. Caranya berbicara pun berbeda, begitu juga dengan caranya berpakaian.
*************
Pagi harinya, Dona memutuskan untuk kembali ke sekolah di SMA Pelita Harapan. Meski ia tak mengenal siapapun, tapi Dona berusaha menjalani hidupnya yang kini berbanding terbalik dengan kehidupannya yang sebelumnya. Pak Edi bersiap mengantar Dona ke sekolah dengan menggunakan motor legen kesayangannya.
"Ayo nak. Hari ini bapak yang antar. Karena sudah pasti kamu tidak ingat dimana kamu bersekolah." Ucap Pak Edi.
Dona yang sudah mengenakan seragam sekolah berjalan begitu saja melewati Bu Nir yang berdiri di depan pintu.
"Loh, kok nyelonong begitu saja. Gak salam dulu sama ibu?" Ucap Bu Nir.
Dona yang sudah berdiri di dekat Pak Edi terdiam.
"Ayo sana, salam sama ibu mu dulu." Titah Pak Edi.
Meski bingung, Dona kembali mendekati Bu Nir. Bu Nir kemudian menyodorkan tangannya, dengan ragu Dona menyambutnya lalu menciumnya.
'Ada apa ini? Kenapa aku merasa tenang setelah mencium tangan ibu?'
"Kenapa nak?" Tanya Bu Nir.
Dona menggeleng, Bu Nir lalu mengelus pipinya lembut.
"Belajar yang tekun ya nak. Kalau nanti kepalanya sakit atau kenapa-kenapa. Minta izin aja untuk pulang. Biar nanti bapak yang jemput." Pesan Bu Nir.
Dona langsung memeluk Bu Nir. Baru kali ini ia merasakan perhatian dari seorang ibu.
*******
Tiba di sekolah, Dona bertemu dengan sahabatnya Ayu, tapi karena Dona tidak mengenal Ayu, Dona pun mengatakan bahwa dirinya kehilangan ingatan.
"Kamu serius hilang ingatan?" Tanya Ayu dibalas anggukan Dona.
"Ya ampun. Untung kamu punya teman secantik aku yang tak mungkin bisa kamu lupakan ini." Ucap Ayu.
"Jujur saja, aku sebenarnya gak tahu siapa kamu. Tapi karena ada banyak foto kamu di kamar aku, jadi aku yakin kamu itu teman aku." Balas Dona.
"Bukan hanya teman. Tapi BFF. Best friend forever." Ucap Ayu. "Heran deh, kok bisa ya kamu lupa denganku, Ayu Mutia yang mempunyai paras ayu cantik jelita ini."
Dona menggelengkan kepalanya. Setidaknya ia memiliki seorang teman yang sepertinya tulus padanya. Tidak seperti sekumpulan wanita seusianya dulu yang menyebut diri mereka sebagai sahabatnya. Yang pada kenyataannya mereka semua mendekati Dona hanya karena status Dona yang anak orang kaya agar bisa sebanding dengan mereka.
Bersama Ayu, Dona berjalan masuk ke dalam kelas Semua teman sekelas nya menatap Dona dengan heran karena kini terlihat berbeda. Dan pada saat jam pelajaran di mulai, Dona merasa lucu karena ia kembali harus mengulangi bersekolah sebagai siswa SMA. Padahal kenyataannya di kehidupannya yang sebelumnya, Dona sudah menjadi Sarjana.
"Kenapa kamu senyum?" Tanya Ayu.
"Gak kenapa-napa." Balas Dona kembali menahan tawa.
'Takdir apa ini Tuhan?'
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ra dhiraemon
ninggalin jejak
2022-11-24
0
Zen Rumi
👍
2021-12-28
0
SoVay
mencari sahabat yg tulus, memang sulit..
ada yg mau singgah ke.detektif muda?
2021-12-26
0