Banyak anggapan yang mengatakan masa SMA adalah masa yang paling indah dan masa yang paling keren. Semua kenangan tertumpuk dimasa-masa SMA. Dimulai dari mengerjakan PR secara berjamaah, menyenangi mata pelajaran yang gurunya jarang hadir, mencuri-curi waktu untuk duduk di kantin sekalipun itu di jam pelajaran, pamit dari rumah ke orang tua mau belajar di sekolah, namun terkadang sambil diperjalanan, berdoa semoga guru "A" tidak datang, karena PR belum selesai, atau ada jadwal ulangan, atau bisa jadi hari itu belajar mata pelajaran yang tidak disukai.
Menodai meja dengan rumus kimia, rumus fisika dan matematika adalah rutinitas yang tak pernah dilupakan saat akan ujian, dengan satu alasan 'ntar lupa'. Bahkan di rumah semua dinding sudah ditempeli dengan rumus-rumus tersebut. Satu niat asal melihat ke dinding rumus bisa terbaca.
Dona di kehidupannya terdahulu juga pernah melewati masa sebagai seorang siswi SMA selama hampir tiga tahun dan diapun merasakan banyak hal yang tak terduga di masa SMA nya. Dari kejadian pahit yang membuat hatinya teriris, hingga kenangan manis yang selalu membuat meringis. Semua itu telah dialaminya.
Kini ia harus kembali mengulang masa SMA untuk yang kedua kalinya, dan bagi Dona rasanya sungguh berbeda. Dulu, Dona masuk kelas IPA dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Kali ini, Dona seperti dipaksa untuk mengulang semuanya namun dengan cara yang berbeda. Dona dihadapkan dengan mata pelajaran IPS, dan perbedaan yang paling mencolok bagi Dona adalah sosok dirinya yang kini dikejar empat siswa populer di sekolahnya.
Sebelumnya sejak masih sekolah hingga kuliah, Dona tidak pernah berurusan dengan yang namanya pria. Dona tak pernah memberikan kesempatan pada pria manapun untuk mendekatinya. Karena bagi Dona semua pria sama saja, seperti Papanya. Papa yang dimana lebih mementingkan pekerjaan lebih dari apapun. Hingga tak perhatian pada isteri dan anak. Karena kurangnya perhatian sang Papa membuat Mama Dona pun ikut-ikutan menyibukkan diri dengan aktifitasnya tanpa memperdulikan Dona.
Dona menghela nafas panjang, perhatiannya tidak fokus pada guru yang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Perhatian Dona fokus kepada mengingat masa lalunya hingga bel waktu istirahat kedua berbunyi.
"Hey, kenapa dari tadi aku lihat kamu diam aja? Ada yang kamu pikirkan?" Tanya Ayu.
"Hmmm gak ada apa-apa kok. Kita ke kantin aja yuk. Aku lapar." Balas Dona.
Ayu mengangguk dan berdiri bersamaan dengan Dona. Baru saja sampai pintu kelas, langkah Dona sudah dihalangi Aditya, Billy, Gilang dan Raka.
"Ayo, ikut aku saja ke kantin." Ucap Billy.
"Aku saja, aku traktir bakso." Giliran Raka yang bicara.
"Aku bisa belikan kantinnya sekalian buat kamu." Ujar Gilang.
"Sok kaya." Balas Aditya.
"Sorry, aku gak perlu pergi dengan kalian. Pertama aku tahu dimana kantin berada, tak perlu ditemani kalian. Kedua, Ayu ada bareng aku. Jadi tolong minggir karena aku sudah lapar. Kalau kalian gak mau lihat macan lapar ngamuk, lebih baik minggir." Ucap Dona dengan garang.
Setelah berhasil melewati keempat pria itu, Dona pun berjalan menuju kantin bersama Ayu setelah melewati kelas Lola dan ikut mengajaknya ke kantin juga. Ketiganya pun menikmati makan siang mereka dengan tatapan mata yang selalu mengarah pada mereka.
"Kamu nyadar gak sih, kalau sekarang kamu di nobatkan sebagai Promadona sekolah?" Ucap Ayu sambil menyeruput kuah bakso yang dipesannya.
"Gak perduli." Dona sibuk mengunyah makanan yang dibawanya dari rumah.
"Iya bener loh. Aku denger-denger Kak Dona emang disebut sebagai Primadona sekolah ini." Sambung Lola.
"Mungkin kamu lupa, tapi yang ngejar kamu sekarang itu beneran cowok paling populer di sekolah Don. Aditya, Raka, Billy, dan Gilang adalah sama-sama siswa tampan yang populer di sekolah dan memiliki banyak penggemar. Tapi kamu sama sekali gak bergeming. Tak ada satupun diantara mereka yang kelihatannya bisa membuatmu terpesona. Kalau aku nih ya, dari dulu kepincutnya sama..."
"Billy." Ucap Dona menyambung ucapan Ayu.
Ayu tersenyum lalu meminum teh dalam kemasan botol hingga tersisa setengah.
"Karena kamu kehilangan ingatan, jadi aku bakal kasih tahu kamu sesuatu. Dulu kamu itu suka banget sama Aditya." Ujar Ayu.
Pruffftt....
"Yang bener?" Tanya Lola.
Dona yang tengah menenggak air mineral hampir saja menyemburkan air ke wajah Ayu yang duduk didepannya.
"Kenapa kamu? Gak percaya? Dari awal masuk sekolah ini dulu, kamu emang udah kepincut sama Aditya. Nah, giliran sekarang dia deketin kamu, kamu nya malah ngejauh dan sangar kayak sekarang."
"Sudahlah, ngapain dibahas. Yang lalu biarlah berlalu."
"Aku mau tanya sekarang. Kenapa kamu kelihatan jutek banget dan sama sekali gak mau dideketin mereka berempat. Padahal nih ya, cewek lain sudah pasti seneng banget dideketin mereka. Secara mereka rata-rata ganteng dan yang lebih penting populer. Kalau bisa jadi pacar salah satu dari mereka, bukannya bisa jadi siswa populer juga." Ucap Ayu panjang lebar.
"Heh, kalian gak usah mimpi deh jadi siswa populer apalagi sampai jadi pacar salah satu diantara mereka." Ucap Siska tiba-tiba berdiri di samping meja Dona dan Ayu.
Tampak Ratu dan gengnya berdiri dengan congkak dihadapan Dona yang masih melanjutkan makan buah apel hijau yang dibawanya dari rumah. Pandangan Ratu fokus pada kotak makanan berwarna ungu yang sudah kosong dihadapan Dona. Tiba-tiba saja Ratu terbahak.
"Hahahaha.... Gak salah Gilang suka sama cewek kayak gini?" Cibir Ratu.
Dona tak bergeming, dia tetap diam dan melanjutkan aktifitasnya memakan apel. Sementara Ayu dan Lola yang duduk didepannya hanya bisa menunduk.
"Masa iya Gilang suka sama cewek yang bawa bekal dari rumah dengan kotak makanan murahan kayak gitu. Udah gitu bentuk ceweknya dekil lagi." Lagi-lagi Ratu mencibir Dona. "Nama lo Dona kan?" Tanya Ratu.
Dona tetap diam dan tak mau menggubris Ratu, hal itu membuat Ratu dan anggota geng yang lain kesal. Siska yang terkenal garang menggebrak meja Dona hingga membuat Ayu terperanjat. Sementara Dona terlihat santai-santai saja.
"Eh, lo budek ya? Ratu lagi nanya sama lo." Teriak Siska.
"Terus kalau lo udah tau gue Dona ngapain nanya." Balas Dona.
Ayu yang mendengar ucapan Dona tampak semakin kaget.
'Kenapa Dona bisa senekat ini?' tanya Ayu dalam hati.
Siska yang kehilangan kesabaran hendak menarik rambut Dona, namun dengan cepat Dona menangkap tangan Siska dan memutarnya.
"Gue udah pernah bilang, jangan pernah berani buat main tangan ke gue." Ucap Dona yang sudah berdiri lalu mendorong Siska hingga tersungkur.
"Lo berani sama kita-kita..." Teriak Devi yang hendak menyerang Dona bersama Tasya.
Keduanya urung melalukan aksi mereka karena Gilang terlihat mendekat ke arah mereka.
"Kalian mau ngapain?" Tanya Gilang dengan wajah penuh ancaman.
"Eeh Gilang, mau makan apa? Duduk disana yuk, aku traktir." Ucap Ratu bergelayutan di lengan Gilang.
Gilang tak menggubris Ratu dan malah mendekati Dona.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Gilang seraya memegang kepala Dona.
'Sialan, aku dicuekin gara-gara cewek dekil itu.' Ratu bergumam dengan kesal.
Dengan cepat Dona menepis tangan Gilang.
"Aku gak apa-apa. Lebih baik urus pacar kamu dan gengnya. Bilangin buat jangan ganggu aku dan temen-temen aku." Balas Dona seraya memberi kode pada Ayu dan Lola agar ikut dengannya pergi dari kantin.
"Lang, mau...."
"Lepasin." Bentak Gilang seraya menghempaskan tangan Ratu yang memegang lengannya. "Dengerin gue baik-baik. Jangan pernah lo gangguin Dona." Ucap Gilang penuh penekanan lalu pergi meninggalkan Ratu dan gengnya yang berdiri mematung di kantin.
Ratu dan gengnya semakin kesal dan semakin membenci Dona.
"Awas aja tuh cewek. Cari waktu yang baik biar kita bisa ngasih cewek dekil itu pelajaran." Ucap Ratu penuh amarah.
"Oke." Balas Siska.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dede Alman
hilang galu setelah baca novel😊
2022-09-15
1
pelangi pudar
lanjut thor bagus lol karyanya
2021-12-26
1
El
suka banget sama karakternya Dona 😍
2021-12-25
0