Jangan patahkan hatiku karena hatiku tidak sekuat karet yang bisa dengan cepat kembali kebentuk semula. Tapi hatiku terbuat dari kesabaran yang akan selalu bisa menutupi luka walaupun membekas
______________________________________
"Mas, bangun sayang. Sudah pagi." Dengan gerakan lembut Rika membelai kepala dan rambut suaminya. Ia bermaksud membangunkannya pagi ini karena Angga akan mendatangi kantor temannya, mungkin ia langsung diterima kerja tanpa interview terlebih dahulu. Rika amat bersyukur akan hal itu, Angga benar-benar beruntung dan dia dapat berfungsi sebagaimana kebanyakan wanita pada umumnya.
Terdengar lenguhan dari Angga, ia membuka matanya dengan perlahan karena ia merasa ada yang mengusik tidurnya. Ia merasakan gerakan halus dikepalanya, dengan ekor matanya ia melirik kearah istrinya yang sedang tersenyum kearahnya. Rasanya ia ingin menepis tangan itu dari kepalanya dan membungkam mulut istrinya agar berhenti menyunggingkan senyum manis padanya.
"Pagi sayang," ucap Rika dengan senyum yang masih setia melekat dibibirnya, sambil mengecup pipi Angga sekilas.
Angga juga mengukir senyum tipisnya untuk membalas senyuman sang istri yang kebetulan sejak kemarin tidak pernah mau lepas dari bibirnya. Sepertinya ia akan mengalami kesialan saja karena bibirnya selalu merekah seperti itu, apa giginya tidak pernah kering, batin Angga didalam hatinya.
"Sayang, kamu ada uang tidak?" tanya Angga dengan manisnya sambil membelai lembut tangan istrinya. Ia menatap penuh harap kearah Rika, walaupun sebenarnya ia sangat tahu kalau Rika akan selalu mengabulkan apapun keinginannya, termasuk hal sepele seperti ini. Ia juga sebenarnya sudah tahu kalau Rika sudah mendapatkan gajih terakhirnya kemarin. Ditambah dengan pesangon kemarin, yah lumayan lah untuk ia belikan es cream. Toh apa salahnya bermanis muka sedikit dan juga berbasa-basi, walaupun sebenarnya ia sangat enggan untuk melakukannya apalagi dengan merendahkan harga dirinya seperti ini.
"Oh uang, ada kok sayang tapi tidak banyak."
"Tidak apa-apa sayang, hanya sebagai ongkos untukku bertemu seseorang, kebetulan dia sedang menawarkan sebuah pekerjaan untukku hari ini."
"Benarkah? Ayo duduk dan bersihkan dirimu dulu, aku tunggu dimeja makan."
Rika melangkahkan kakinya keluar kamar untuk kembali kedapur dan menyiapkan sarapan untuknya dan suaminya, kebetulan ia sudah memasak banyak pagi ini. Ia begitu bahagia mendengar kabar yang disampaikan oleh suaminya. Yang artinya bahwa suaminya akan kembali bekerja dan penghasilan rumah tangga mereka dapat terpenuhi dengan mudah tanpa ia harus mengirit-irit ongkos jalannya. Dan satu lagi yang patut ia syukuri, Angga sudah berubah lebih baik lagi padanya sejak ia keluar dari rumah mereka malam itu. Entah apa yang sudah menempanya diluar sana, yang pasti ia benar-benar bahagia dengan perubahan tersebut. Dan sebab itulah senyumnya tidak pernah luntur sejak kemarin. Angga seolah sudah kembali bersikap seperti awal mereka menikah.
Berbeda dengan Angga, ia tampak tersenyum sinis saat kembali mengingat senyum Rika yang entah sebab apa, tidak pernah pudar dari bibirnya. Dari tatapan matanya pun, jelas senyum itu adalah bentuk suatu kebahagiaan. Ia dapat melihat semua itu. Namun, ia ingin melihat sampai sejauh mana ia mampu mempertahankan senyumnya tersebut. Bergegas ia mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh istrinya diatas tempat tidur tersebut, ia tidak ingin membuat Rika terlalu lama menunggu dan aktingnya pagi ini haruslah sempurna.
Rika sudah selesai dengan hidangan makanan dimejanya. Ia tinggal menunggu kedatangan Angga yang masih berpakaian didalam kamar.
"Wah, banyak bangat sayang makanannya," ucap Angga yang baru datang saat ia menatap kearah meja makan yang dipenuhi berbagai masakan. Ia kembali heran dengan Rika, ini kali kedua Rika memasak banyak setelah kemarin sore. Apakah wanita ini benar-benar sehat, tidak biasanya ia bersikap begini bahkan biasanya cenderung berhemat.
"Iya sayang, anggap saja sebagai perayaan kalau kamu akan bekerja sebentar lagi."
Angga tersenyum menatap kearah Rika, yang senyumnya tidak pernah luntur sekalipun. Ia benar-benar tidak suka melihat senyum itu, rasanya ia ingin menyumpal mulut Rika dengan sesuatu agar mulut itu tetap bungkam. "Anggap saja sebagai perayaan kalau penderitaanmu baru dimulai," gumam Angga dalam hatinya dengan tersenyum miring. Ia memposisikan dirinya duduk tepat dihadapan Rika.
"Ayo, biar aku buatkan untukmu. Kamu harus makan banyak pagi ini, untuk mengisi tenagamu." Rika meraih sendok dan mengisi piring suaminya dengan makanan yang disukai oleh Angga. Rika bersyukur karena Angga tidak menghina masakannya lagi seperti dulu. Rasanya Angga benar-benar berubah setelah tidak pulang kemarin.
Angga tampak makan dengan lahap tanpa memperdulikan Rika yang terus-menerus menatapnya. Ia membiarkan saja semua itu sebelum sesuatu terjadi. Ia akui kalau masakan istrinya tidak lebih hebat dari masakan chef dirumah pribadinya. Perempuan didepannya ini ia akui hebat dalam segala hal sampai-sampai ia sangat sabar dengan kekurangan hidup yang mereka alami. Tapi semua itu tak lantas membuat Angga kagum dan menyerah begitu saja dengan dendamnya dimasa lalu. Walau bagaimanapun, ia bertekad kalau dendamnya pasti akan terbalaskan dengan hal yang lebih menyakitkan daripada yang sudah ia alami. Dan jangan lupakan itu kalau wanita inilah penghancur hidupnya dimasa lalu. Angga menggenggam erat sendok yang ada ditangannya, matanya berkilat penuh amarah namun sebisa mungkin ia bersikap biasa saja.
"Kamu kenapa mas, mukamu memerah? Apa masakannya terlalu pedas?" tanya Rika yang terlihat khawatir melihat perubahan raut wajah suaminya. Angga hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Rika. Dengan sigap Rika meraih gelas yang ada dihadapan Angga dan menyerahkannya pada Angga.
Setelah cukup tenang, mereka melanjutkan makan dalam diam. Sesekali Rika menatap suaminya dengan bahagia. Ia benar-benar bersyukur karena sang suami sudah akan mulai bekerja. Itu artinya ia bisa tinggal dirumah saja dan berencana untuk program hamil.
Hamil?
Rika kembali tersenyum membayangkan kalau dirinya mengalami ngidam dan perubahan bentuk tubuh karena ada janin yang tumbuh didalam perutnya. Bahkan ia juga membayangkan perutnya yang membesar. Pasti mereka akan menjadi keluarga yang bahagia dengan adanya kehadiran seorang bayi ditengah-tengah mereka. Tanpa sadar Rika mengusap perutnya dan itu tak pernah luput dari penglihatan Angga.
"Sayang, kamu kenapa? Kamu sakit?!" tanya Angga yang menatap Rika sejak tadi. Ia melihat Rika yang tersenyum manis namun sedetik kemudian wajahnya tampak memerah. Apa yang sedang dibayangkannya hingga ekspresi wajahnya tidak bisa digambarkan dengan sesuatu. Apa dia punya rencana yang jahat? Angga kembali menggenggam erat sendok yang ada ditangannya untuk menyalurkan rasa kesalnya.
"O-oh, tidak kok sayang, aku cuma sedang bahagia saja," ucap Rika salah tingkah. Ia merasa malu karena terpergok oleh suaminya sedang mengkhayal. Mungkin saja suaminya melihatnya sedang membayangkan hal jorok. Rika menunduk dan kembali menyuap nasinya. Ia tidak terbiasa sarapan dengan roti karena ia merasa laparnya tidak akan hilang kecuali ia makan nasi. Tapi sesekali tidak apalah, disaat-saat terdesak.
"Sayang, gimana kalau kita punya anak sekarang?" tanya Rika dengan perlahan. Rika menatap kearah suaminya yang tanpa tahu kalau wajah Angga sudah menggelap mendengar permintaannya yang sampai kapanpun tidak akan pernah dikabulkannya. Hidup serumah bersama wanita ini saja membuatnya muak dan tersiksa apalagi harus memiliki anak dari rahimnya, sungguh Angga tak sudi.
Cukup lama Angga terdiam sambil menatap Rika dengan ekspresi dingin. Ia paling tidak suka membahas tentang anak dengan wanita ini. Namun sebisa mungkin Angga mengukir senyum manis dibibirnya, ia akan mematahkan harapan Rika yang bahkan jauh sama sekali dari rencana awalnya.
"Kita bisa memiliki anak tapi nanti setelah keuangan kita stabil, baru kita rencanakan lagi. Hamil itu perlu uang banyak loh, persiapan bersalin contohnya ditambah dengan keperluan si bayi."
Rika mengangguk paham mendengar penuturan suaminya. Ia benar-benar menaruh harapan besar sekarang pada Angga. Berharap kali ini Angga akan benar-benar bekerja seperti yang dikatakannya tadi.
"Sayang, aku sudah selesai. Aku ingin berangkat pagi ini, nanti aku terlambat."
Rika berdiri dan menghampiri suaminya, ia berjalan beriringan menuju kearah ruang tamu. "Tunggu dulu, aku ambilkan uangnya," cegah Rika yang sudah berjalan masuk kedalam kamar mereka.
Separuh uang miliknya ia serahkan pada suaminya. Angga hanya tersenyum sinis menatap uang yang tidak seberapa ditangannya tersebut, tapi ia puas karena sudah membuat istrinya sedikit patah semangat pagi ini.
"Makasih sayang," ucap Angga kembali berbasa basi dengan mengecup dahi istrinya, sementara Rika meraih tangan suaminya dan menciumnya. Ia mengantar suaminya hingga didepan rumah.
"Aku dijemput oleh teman," ucap Angga setelah melihat keberadaan mobilnya yang dikendarai oleh Asra sudah terparkir cantik didepan rumah mereka. Bergegas ia mendatangi Asra dan memasuki mobilnya tanpa dibukakan oleh Asra. Ia menatap sesaat kearah Rika yang masih setia berdiri menatap kepergiannya.
Rika segera masuk kedalam rumah untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Hari ini ia akan tetap berada dirumah dahulu untuk mendengar kabar yang akan dibawa oleh suaminya. Rasanya ia sudah tidak sabar lagi menunggu kepulangan suaminya.
Tok tok tok
•
•
********
**Jangan lupa tinggalkan jejak ya, walaupun sekedar saling menyapa :)
Salam Banua 🙏🙏😊**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Anie Sumarni
bosan
2020-11-12
2
Eni Kusrini
muter muter
2020-11-10
4
Bunga Citra
muter2
2020-11-09
0