Ketidak berdayaanku dalam merengkuh hatimu, membuatku terperangkap dalam jurang cintamu sehingga membuatku buta untuk mengenal rasa sakit
______________________________________
Rika mengangguk dan berdiri sambil menghampiri Ambar yang sudah menunggunya sejak tadi.
"Ayo!" ajak Ambar lagi.
Rika kembali mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Ambar untuk menuju kearah kantin perusahaan yang terletak di lantai dasar disamping gedung kantor, tepatnya disamping lobi.
Sesampainya mereka disana, suasana kantin tampak sangat ramai dan penuh. Mereka berjalan memasuki kanti tersebut serta mencari meja yang masih kosong. Akhirnya mereka menemukannya, tepat berada di pojokan ruangan kantin tersebut.
"Kamu duduk dulu, aku mau pesan makanan kedepan. Kamu mau pesan apa?" tanya Ambar yang masih berdiri dan menatap kearah Rika yang sudah duduk di kursinya.
"Nasi sop aja, minumnya seperti biasa, air mineral. Ma'af karena aku selalu merepotkan kamu," ucap Rika dengan tulus sambil menatap Ambar yang juga menatap kearahnya.
"Kayak sama siapa aja, kamu hari ini terlihat sangat sungkan begitu. Udah, semua anggap seperti hari biasa. Aku tidak suka loh kalau kamu bersikap seperti ini," kata Ambar. "Aku kedepan dulu," ucapnya lagi. Ia menatap sekali lagi kearah Rika, ia melihat Rika yang sangat berbeda hari ini. Selalu mengucapkan hal-hal yang menjurus pada perpisahan. Entah ada apa dengan sahabatnya tersebut.
Tidak! tidak! pasti ini hanya perasaan Ambar saja, mungkin karena Rika menghadapi masalah yang sangat besar hingga ia bersikap seperti ini pada hari ini. Ya, pasti karena itu saja.
Rika mengangguk dan ia menatap seisi kantin yang dipenuhi oleh para karyawan. Kemudian matanya beralih menatap handphone miliknya yang tergeletak diatas meja. Dibibirnya terukir senyum, senyum kecut saat melihat foto yang terpampang sebagai walpaper di handphone miliknya. Disana terlihat foto dirinya dan juga suaminya, mereka terlihat sebagai pasangan yang paling bahagia, dengan saling memandang dengan penuh cinta. Foto itu diambil 10 bulan yang lalu saat mereka dalam perjalanan bulan madu.
"Mas Angga sekarang sedang apa ya? kenapa dia akhir-akhir ini berubah? apa karena ia tidak punya pekerjaan?" gumam Rika sambil menatap foto suaminya yang ada di galerinya. Di foto itu suaminya memeluk dirinya dengan erat dan juga dengan senyum manis menempel di bibirnya, seolah-olah memberikan perlindungan dan kebahagiaan untuknya.
Ia kembali teringat dengan kejadian setahun yang lalu. Saat mereka berjanji untuk mengikrarkan cinta suci mereka, mereka seperti pasangan yang akan selalu bahagia selamanya. Dan saat Angga melamarnya, ia berjanji agar selalu membahagiakan Rika walau bagaimanapun keadaannya. Tapi semua itu hanyalah tinggal janji yang diucapkan suaminya dimasa lalu, yang mungkin sudah dilupakannya sekarang. Bahkan dulu, Angga selalu membuatnya bahagia, walaupun kehidupan mereka sederhana. Tapi kini, ia terkadang selalu menyalahkan Rika atas semua yang terjadi padanya. Egois memang karena selalu melimpahkan kesalahan pada orang lain yang bahkan tidak melakukan hal apapun itu.
"Ka, ini pesanan kamu," ucap Ambar sambil meletakkan nampan yang berisi makanan di meja mereka. Ia menatap prihatin kearah Rika yang melamun sejak tadi sambil menatap kosong kearah handphonenya.
"Rika!" Ambar menyentuh tangan Rika dengan perlahan. Sehingga membuat Rika terlonjak kaget dengan keberadaan Ambar yang sudah duduk dihadapannya. Ia kembali meletakkan handphone yang ada di tangannya keatas meja, sudah berapa lama ia melamun hingga tidak menyadari kedatangan Ambar. Ia tersenyum kearah Ambar dan kembali fokus dengan makanan yang ada dihadapannya, setelah Ambar meletakkannya dengan perlahan.
"Coba kamu ceritakan masalah kamu pagi tadi!" pinta Ambar tanpa basa-basi. Ia menatap Rika dengan serius.
Rika mengambil nasi sopnya dan juga air mineralnya. Ia menatap sesaat kearah Ambar, kemudian menatap kearah air mineralnya. Ia meraihnya dan membuka tutup botolnya serta meneguknya beberapa tegukan. Tangannya masih memegang botol mineral yang masih belum ditutup olehnya.
"Sebenarnya aku dapat peringatan dari Pak Manejer, kalau sekali lagi aku datang terlambat ke kantor, maka aku akan kehilangan pekerjaannku selamanya." Rika masih menatap kearah botol air mineral yang ada di tangannya, dan tidak berani menatap kearah Ambar karena ia tidak ingin melihat respon Ambar yang terkejut saat mendengar kabar darinya.
"Apa!!?" tanya Ambar setengah berteriak. Ia menggebrak meja mereka dengan mata melotot. Sungguh Ambar terlihat sangat mengerikan dengan aura yang mencekam saat sedang terkejut.
Rika meringis menatap kearah Ambar, ia sudah tahu respon apa yang akan diberikan oleh Ambar. Ia menatap kesekeliling mereka, beberapa dari karyawan lain sedang memperhatikan mereka.
"Ka, kenapa bisa?" tanya Ambar yang sudah bisa menguasai emosinya. Ia merubah inotasi suaranya yang kembali normal, setelah ia menyadari bahwa mereka menjadi pusat perhatian seisi kantin.
"Kamu tahukan kalau akhir-akhir ini aku selalu datang tidak tepat waktu, yang artinya aku tidak disiplin." Rika menyendok dan menyuap nasi supnya dengan perlahan, ia mengunyahnya dan menatap kearah Ambar.
"Hanya itu alasannya?" tanya Ambar yang kurang puas dengan jawaban Rika. Ambar juga menyuap makanannya sambil matanya sesekali memperhatikan suasana kantin.
Rika mengangguk dan kembali menyuap makanannya. Ia kembali meraih botol air miliknya dan meneguknya untuk mengangsurkan makanan yang ada didalam mulutnya.
"Kamu tahukan peraturan perusahaan, mereka tidak akan mentoliler kesalahan sekecil apapun itu, terlebih lagi bagi orang yang berpotensi merusak kinerja mereka dan merugikan pihak mereka."
"Iya, kamu benar. Selain itu, memangnya apalagi yang membuat kamu terlambat datang ke kantor? Apa ini masalah suami kamu lagi?" tanya Ambar yang baru saja selesai meneguk minumannya.
"Ya, seperti biasa. Mas Angga akhir-akhir ini selalu marah-marah padaku. Bahkan ia juga selalu meminta uang padaku, yang seharusnya menjadi jatah ongkos taksiku ke kantor, harus berakhir dengan seonggok kue atau cemilan."
"Kenapa kamu tidak minta antar saja padanya, Diakan punya mobil?"
"Dia tidak mau, katanya dia sedang sibuk mencari pekerjaan."
"Perhitungan sekali suamimu. Masa istri sendiri minta antar ketempat kerja, dia malah menolak." Ambar mencibir, ia tidak suka dengan Angga sejak dulu, sejak Rika memperkenalkannya pada Ambar. Ambar merasa bahwa Angga bukanlah sosok yang baik. Apa sih yang dilihat Rika pada Angga hingga ia tidak sadar kalau dia sudah disakiti, apa karena rasa cintanya membutakan mata hatinya sehingga ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dirinya sendiri.
"Sudahlah Mbar, mungkin dia memang ada kesibukan," ucap Rika membela suaminya, ia sudah menghabiskan separuh makanannya.
"Sibuk apa juga, sampai sekarang masih pengangguran," ucap Ambar dengan sinis. "Padahal kamu masih bisa loh berangkat kerja lebih pagi kalau hanya soal Angga yang marah-marah padamu."
"Bukan itu juga sih, setiap pagi aku harus pergi ke restoran yang buka 24 jam untuk membeli makanan kesukaan mas Angga."
"Kenapa kamu tidak masak saja, bukankah masakanmu sangat enak," ucap Ambar yang merasa heran dengan sahabatnya.
"Dia bilang masakanku tidak enak, bahkan ia bosan memakan rasa yang selalu tawar setiap harinya."
"Hah menyebalkan sekali. Itu namanya pemborosan!" ucap Ambar yang tampak sedikit emosi. Dengan cepat ia menyambar gelas minumannya dan meneguknya hingga tandas. Rasanya kepalanya mulai mengeluarkan asap setiap kali mereka membahas masalah Angga.
"Apa yang dia katakan itu memang benar, karena aku yang kurang teliti dalam mengurus rumah tangga," ucap Rika mengalah dan mendukung suaminya. Ia sudah menghabiskan makanannya.
"Kamu selalu saja membela suamimu, yang nyata-nyata selalu menyakitimu secara mental bahkan kamu selalu menurut dan mengalah, padahal nyata-nyata itu akan merugikan dirimu sendiri. Contohnya pekerjaanmu. Padahal kamu sudah berjuang hingga posisimu sedikit naik dari awal kamu bekerja. Apalagi pekerjaan ini sudah kamu lakukan sejak kamu masih sendiri. Apa kamu rela mengorbankan semua itu, perjuangan yang sia-sia. Lalu apalagi yang akan kamu harapkan dari semua ini kalau kamu dipecat, suamimu juga pengangguran," ucap Ambar panjang lebar.
•
•
•
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
ariv viani
males nerusin baca ...
karakter utama mleyot kayak gubug reot
2023-03-24
0
Pemburu Cinta Sejati
Kita selalu egois dalam cinta tanpa tau cinta kita akan merusak anak2 kita. Memilih bertahan atas nama cinta, tapi pura2 bodoh utk tau bahwa ketidakharmonisan rumah tangga membuat mental dan psikologi anak terganggu. Perceraian lebih baik dibandingkan pertengkaran yg dilihat setiap hari oleh anak. Jgn egois. Jgn cuman memikirkan diri kita
2022-01-25
0
Pemburu Cinta Sejati
egois
2022-01-25
0