Derita akan membuatmu lebih kuat. Air mata akan membuatmu lebih berani. Hentakan-hentakan ujian akan membuatmu lebih bijak. Maka syukurilah masa lalu demi masa depan yang lebih baik.
__________________________________________________
"Aku bekerja tidak komputen kata mereka dan lagi, laporan keuangan yang aku buat kemarin salah fatal, bahkan aku tadi sudah memeriksanya sendiri," lirih Rika sambil menoleh sesaat pada Ambar.
"Kok bisa, bukannya semua laporan keuangan yang kamu buat selalu yang terbaik dan selalu tepat, kalau tidak, mana mungkin mereka mempercayakannya padamu sejak lama," kata Ambar masih menatap Rika.
"Ini memang salahku kok, mungkin aku tidak menyadari kesalahan itu apalagi akhir-akhir ini aku juga bermasalah dengan jadwal masuk kantor, kamu tau itukan?"
"Kamu malah menyalahkan diri sendiri sih, protes dong Rika untuk membela diri atau mempertahankan karir kamu," desak Ambar.
"Sudahlah Mbar, semua sudah menjadi keputusan mutlak perusahaan dan tidak bisa lagi diganggu gugat."
"Tapi, Ka...," Ambar masih ingin membantah. Ia benar-benar tidak tega melihat sahabatnya yang begitu kesusahan dalam hidupnya.Namun masih ada satu kekagumannya pada Rika, ia begitu sabar menerima semua ini.
"Sudahlah, semua sudah menjadi jalanku, takdirku seperti ini. Mungkin kedepannya aku akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Dan dibalik semua ini pasti ada pelajaran yang berharga." Rika tersenyum tulus kearah Ambar, ia berusaha membuat sahabatnya percaya bahwa dirinya baik-baik saja.
"Tapi kita masih bisa bertemu lagikan?" tanya Ambar dengan sedih.
"Kaya mau kemana aja aku! tentulah. Tapi kita bertemu tidak setiap hari loh," canda Rika. "Awas! ibu hamil jangan suka sedih, kasian bayinya nanti ikut sedih dan stress juga," ucap Rika sambil memeluk Ambar. Dibalik punggung Ambar, ia menatap sendu kearah ruangan kantornya sebelum ia melepaskan pelukan perpisahan pada sahabatnya.
"Sudah, kerja sana. Nanti dimarahi atasan loh," ucap Rika lagi dengan sedikit gurauan.
Ambar hanya mengangguk dan menatap sahabatnya dengan sedih. Ia sungguh tidak menyangka kalau kemarin adalah hari terakhir mereka bersama.
Begitupun dengan Rika, ia mendapat dua kejutan sekaligus dihari ini. Kejutan yang membahagiakan dari sahabatnya dan tentunya ia merasa sangat senang. Tapi disisi lain ia juga mendapat kejutan yang sangat pahit, dipecat dari kantornya dan sekarang ia menjadi seorang pengangguran.
Teman-teman satu divisi dengannya tampak terkejut melihat Rika yang sudah membereskan mejanya, mereka tampak heran. Setahu mereka kalau Rika adalah yang paling bisa di andalkan di divisi mereka. Namun, mereka tidak ingin banyak tanya karena mereka tidak ingin menambah kesedihan dan beban pikiran yang ditanggung Rika. Satu persatu dari mereka menghampiri Rika. Memberikan salam perpisahan dan sekaligus pelukan penyemangat bagi perempuan.
Rika segera berlalu dari sana setelah ia berpamitan dengan semua teman-temannya satu divisi. Ia melangkah tanpa ingin menatap kebelakang lagi.
***
Rika pulang kerumahnya dengan keadaan yang sangat letih. Bukan letih fisik, tapi lebih letih hati dan juga pikiran. Ia merasa seolah dipermainkan oleh arus gelombang kehidupan. Ia termenung sesaat didepan rumahnya, menatap kearah pintu yang tertutup rapat. Hening, bahkan hempasan angin pun tak terdengar ditelinganya. Pintu itu, masih sama seperti tadi pagi saat ia meninggalkan rumah. Masih terkunci, apakah suaminya tidak pulang kerumah sama sekali? kemana dia? Ia juga dipusingkan dengan keadaan suaminya diluar sana yang entah dimana keberadaannya, bahkan tidak ada kabar sedikitpun darinya.
"Biarkan saja dia, aku harus mencari pekerjaan yang lain agar kedepannya tidak risau mengenai kebutuhan sehari-hari. Biarlah hari ini aku dirumah dulu," putus Rika yang sudah memasukkan anak kunci kedalam lubangnya.
Ceklek.
Pintu terbuka, suara bedebam pintu terdengar, hanya kesunyian yang menyambut dirinya. Dengan perlahan ia mendudukan dirinya dikursi tamu tersebut dan memijat batang hidungnya sambil memejamkan matanya sesaat. Ia merasa kecewa dengan sikap atasannya dikantor yang memecatnya tanpa percaya padanya, kalau semua itu bukanlah pekerjaannya. Padahal mereka sudah tahu kalau kinerjanya tidak pernah mengecewakan atasannya. Kalaupun mereka percaya itu pekerjaannya, setidaknya mereka masih bisa memberikan kesempatan lagi padanya karena sebelumnya ia tidak pernah melakukan kesalahan seperti itu kecuali terlambat datang kekantor.
Sekali lagi Rika mengusap wajahnya kasar, buat apa ia menyesali semua itu. Toh, rezekinya tidak hanya ada disitu.
"Biarlah semua itu, aku juga tidak mungkin bisa kembali lagi kesana, apalagi hasil kinerjaku yang terakhir terlihat sangat buruk dimata mereka," ucapnya sambil berdiri dan berjalan menghampiri kulkas.
Rika membuka kulkas dan melihat keadaan kulkas yang tidak ada isinya. Ia lupa selama beberapa hari belakangan ini ia tidak pernah mengisinya, karena setiap kali ia mempunyai uang maka suaminya sudah pasti akan selalu meminta jatahnya dengan minta dibelikan makanan diluar. Jadinya ia tidak pernah lagi memperhatikan isi kulkasnya. Ia berinisiatif untuk pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan mereka dengan uang yang baru didapatnya dari hasil gajih terakhirnya yang bekerja selama beberapa minggu saja.
Bergegas ia kekamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai juga tidak lupa ia meraih tas selempangnya. Dengan langkah santai ia menyusuri jalan untuk menuju kearah supermarket, sesekali matanya menatap kearah brosur yang tertempel di pinggir jalan. Hanya untuk sekedar melihat-lihat kalau-kalau ada lowongan pekerjaan. Apapun itu, Rika pasti akan mencobanya asalkan ia benar-benar mampu melakukannya.
Dengan perlahan ia masuk kedalam supermarket dan mengambil trolly untuk memasukkan barangnya. Ia bahkan berkeliling dan sangat memperhatikan setiap rak yang ada untuk mencari diskonan, sambil sesekali meraih barang yang benar-benar diperlukannya saja. Ia benar-benar harus berhemat kali ini, karena ia sekarang juga seorang pengangguran yang sama seperti suaminya.
"Mama... ambilkan Aina coklat itu ma...! rengek seorang anak kecil yang berusia 5 tahun, yang berdiri tepat disamping Rika. Tangannya sibuk menunjuk kearah coklat yang tidak bisa digapainya, sedangkan yang sebelahnya lagi memegang ujung baju tangan Rika.
Rika terkesiap, ia tersentak kaget setelah ada seseorang yang memanggilnya mama dan menarik-narik tangan bajunya. Ia menoleh kesamping dan melihat keberadaan sosok anak kecil perempuan yang terlihat sangat imut dan juga manis dimatanya. "Eh... ada anak kecil," gumam Rika sambil memperhatikan sekeliling mereka untuk mencari keberadaan orang tua gadis kecil tersebut. Ia berjongkok dan menatap kearah Aina yang juga menatap kearahnya dengan selalu mengedipkan matanya, ia terlihat semakin tambah manis dimata Rika.
"Nama kamu siapa, sayang?" tanya Rika dengan lembut, ia menatap bola mata Aina yang terlihat bulat dan membelai surai paniangnya dengan lembut.
"Aina, mama," ucapnya dengan polos.
Rika mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menatap gadis kecil itu dengan dahi berkerut. Apa ia barusan salah dengar dengan kata yang dilontarkan oleh gadis kecil didepannya ini. Ia berusaha untuk tidak mencerna kata-kata tersebut yang dirasanya terdengar sedikit aneh.
"Ma, mama kenapa?" tanya Aina yang sejak tadi memperhatikan wajah Rika yang terlihat diam saja, tangannya juga sudah menyentuh wajah Rika dengan perlahan, tapi kembali diurungkannya setelah mendapat pertanyaan dari wanita didepannya itu.
"Aina kesini sama siapa?" tanya Rika yang tidak menjawab sama sekali pertanyaan dari Aina tadi, yang menanyakan keadaannya. Anak ini hanya sendirian, mungkinkah ia tidak punya orang tua. Rika menatapnya dengan penuh selidik. Ia berdiri dan meraih coklat yang di inginkan oleh Aina sejak tadi.
"Aina mau inikan?" tanyanya lagi dengan tersenyum sambil memegang coklat ditangannya dan memperlihatkannya pada Aina.
Aina mengangguk beberapa kali, ia tampak sangat antusias. Ia tersenyum dan menatap kearah Rika dengan mata yang berbinar penuh harap. Ia juga terlihat melompat-lompat kecil karena saking kegirangannya.
•
•
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Pemburu Cinta Sejati
segala karma itu hanya sebagai bumbu untuk mendapatkan kembali kamu yg udah kurusak
2022-01-25
0
Pemburu Cinta Sejati
dan aku si penyebab deritamu yg akan selalu tersenyum, dulu, kini dan nanti, kau akan selalu jadi hambaku, karna takdirmu begitu 😎
2022-01-25
0
Isam Amoy
Lanjut
2021-03-20
0