Tak tahukah engkau, rasa khawatir karena ketiadaanmu disisiku benar-benar membuatku lemah terbelenggu tak berdaya dan harapan bahagiaku adalah saat bersamamu
__________________________________________________
Rika baru saja selesai mengerjakan pekerjaan kantor yang dibawanya pulang. Sesekali ia menatap kearah jam dinding yang menempel di ruangan kamar mereka. Sudah hampir tengah malam, tapi tidak muncul batang hidung Angga sedikitpun. Ia tampak gelisah memikirkan suaminya yang tidak pulang kerumah hingga sekarang.
"Semarah itukah ia padaku?" gumam Rika yang kembali mengingat percakapan suaminya yang terakhir kali sewaktu dimeja makan tadi. Ia tidak paham, kenapa setega itu suaminya padanya, padahal ia hanyalah seorang wanita. Bukankah seorang wanita adalah pendamping dari seorang suami dan juga merupakan pelindungnya. Tapi ia tidak mau berburuk sangka pada suaminya, karena apapun itu yang di inginkan oleh Angga, akan ia lakukan sebisa mungkin.
Ia berjalan keluar kamar dan melangkah menuju kearah ruang tamu. Dengan perlahan menyibak gorden dan mengintip dibalik gorden kaca untuk memastikan bahwa suaminya sudah ada diluar atau belum. Namun, yang terlihat hanyalah kekosongan, kegelapan yang menyelimuti malam bahkan hanya suasana yang terlihat sangatlah sunyi. Wajar saja, dijam-jam seperti ini adalah jam-jam waktunya semua orang tertidur dengan pulasnya.
Rika mendudukan dirinya disofa, mungkin dia akan menunggu kepulangan suaminya sebentar lagi. Ada apa dengan suaminya, karena tidak biasanya ia bersikap seperti ini sebelumnya, apa ia ada masalah diluar sana. Semua teka-teki terus berkeliaran dibenak Rika. Ia berusaha memasang telinganya dengan benar, namun sayup-sayup yang didengarnya hanyalah suara binatang malam yang bersahut-sahutan bahkan terdengar riuh.
Ia menatap keatas meja didepannya, disana tergeletak handphonenya. Ia meraihnya dan memeriksa pesan ataupun panggilan disana, tapi tidak ada apapun disana, baik pesan ataupun telpon dari suaminya. Berulang kali ia menatap handphone yang ada didalam genggaman tangannya, ia berharap agar Angga menghubunginya. Namun, hingga 30 menit berlalu, handphonenya masih sama seperti semula, tetap sunyi tanpa bunyi. Bodoh memang, menunggu sesuatu yang tidak pasti, sedangkan matanya mulai memberat namun sedapat mungkin ditahan olehnya.
"Mungkin lebih baik aku saja yang menghubunginya terlebih dahulu," gumam Rika yang sudah menekan tombol panggilan warna hijau pada tombol panggilan telponnya. Setelah terdengar bunyi tut tut diseberang sana, yang terdengar bukannya suara Angga melainkan suara operator yang menjawabnya. Rika tampak kecewa tapi ia tidak mau menyerah, ia kembali menghubunginya hingga beberapa kali, namun masih sama, hanya suara operator yang menyahut dari seberang sana. Rika hanya pasrah saja setelahnya, ia yakin kalau suaminya akan baik-baik saja diluaran sana. Mungkin juga handphonenya sedang kehabisan daya sehingga tidak bisa dihubungi. Bergegas ia berjalan menuju kearah kamarnya untuk segera mengistirahatkan dirinya. Karena besok adalah hari yang panjang baginya, ia mesti menyiapkan tenaga yang penuh untuk menuju kearah kantornya.
Keesokan harinya...
Rika baru saja bangun, ia menatap kearah tempat tidur disampingnya. Masih kosong dan masih sama seperti ia awal tidur tadi. Ia meraih handphone yang terdapat dinakas samping tempat tidurnya, ia berharap kalau ada pesan dari suaminya. Namun, rasa kecewanya begitu mendominasinya tatkala ia melihat tak ada satupun pesan ataupun panggilan disana. Ia kembali resah dan merasa khawatir dengan keadaan suaminya diluar sana. Entah dimana dia sekarang dan sedang apa. Rika mengusap wajahnya kasar, ia benar-benar merasa bersalah kini. Gara-gara dirinya yang tidak dapat melayani suaminya dengan baik, suaminya tidak mau kembali kerumah. Bahkan ia juga tidak pernah tahu siapa saja sahabat ataupun teman suaminya, benar-benar situasi yang tidak menguntungkan baginya.
"Aku harus lebih awal pagi ini berangkat kekantor agar aku tidak terlambat lagi," gumam Rika saat menyadari ia yang melamun cukup lama. Ia juga teringat dengan pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu berantakan bahkan diambang kehancuran karena karirnya terancam dipecat. Tapi ia sadar kalau semua itu karena keteledorannya sendiri, andai ia bisa membagi waktu, pasti semua ini tidak akan terjadi.
"Semua ini karena aku yang tidak bisa membagi waktu, ya hanya karena itu," gumam Rika lagi yang langsung duduk dan merapikan tempat tidurnya. Setelahnya ia segera menuju kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum ia membuat sarapan didapur.
Rika termenung menatap pakaian suaminya yang ada dilemari saat ia mengambil dan mengenakan pakaiannya. Ia merasa kesepian pagi ini, biasanya suaminya selalu berteriak memanggilnya dan mengandalkan semua kemampuannya. Walaupun repot tapi ia merasa tidak pernah direpotkan bahkan ia menganggap kalau semua itu harus dilakukannya sebagai bentuk baktinya pada suaminya. Berbeda dengan pagi ini, semua begitu lengang dan terlewati begitu saja tanpa ada artinya.
Rika berjalan kearah dapur dan menyiapkan sarapan simple untuknya dan tidak lupa juga untuk suaminya. Hanya ada roti yang dimilikinya karena memang ia perlu berhemat untuk semua kebutuhannya. Roti tawar yang sudah diberinya selai kacang diletakkannya pada piring, ia tersenyum menatapnya. Ia tahu kalau suaminya selain penggemar berat rendang, ia juga sangat menyukai kacang.
Baru saja ia berdiri dan bermaksud untuk memanggil suaminya agar sarapan bersama, namun ia teringat kalau suaminya sejak semalam tidak pulang kerumah sama sekali. Wajahnya kembali murung setelah mengingat kesalahannya kemarin, ia benar-benar menyesal karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk suaminya.
"Aku harus cepat sarapan," ucapnya sambil menghirup susu yang ada digelasnya, ia juga menggigit rotinya dengan perlahan sambil menerawang mengingat-ingat saat-saat indah bersama suaminya.
"Bagaimana caraku meminta ma'af padamu, Mas?" gumam Rika sambil membersihkan piring kotor miliknya. Pagi ini ia benar-benar kelihatan tidak fokus dengan semua pekerjaannya. Dipikirannya hanya ada tentang suaminya dan rasa bersalah yang menghinggapinya.
Rika menatap jam dinding dan bergegas menuju kearah pintu utama rumahnya, tidak lupa ia meraih tas selempang dan juga tas kerjanya yang ada diatas meja diruang tamu.
Ia berjalan dengan riang, perjalanannya ditempuh selama 30 menit dan itupun kalau tidak ada kendala dijalan. Ia begitu asyik dengan langkahnya hingga tidak menyadari keberadaan seseorang didalam mobil mewah yang sedang mengikutinya dan juga menatap kearahnya dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.
"Kita lihat saja, seberapa kuat dirimu menghadapi situasi ini," gumam Angga didalam hatinya. Ia begitu benci melihat senyum Rika dan juga kebaikan yang diperlihatkannya pada siapapun. Namun semua itu bagi Angga hanyalah palsu dan hanya untuk menutupi sifat busuknya yang sebenarnya yang hanya dirinya yang tahu dan melihatnya.
"Permainan akan segera dimulai," desisnya sambil meletakkan jarinya didagu dan menatap kearah Rika dengan senyum miringnya.
Angga begitu meremehkan orang yang selama ini sangat mencintainya, bahkan rela berkorban dan selalu berjuang apa saja untuknya, hanya demi ingin melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Angga. Tapi Angga seolah menutup mata dan hatinya, sehingga hanya kebencian dan dendamlah yang sudah menguasai hatinya. Ia benar-benar buta dengan keberadaan perempuan yang selama ini selalu ada didepannya yang dengan tulus menyayanginya. Tidakkah ia sedikit memberi rasa pada Rika dan membuka sedikit hatinya. Tidak tahukah ia, jauh didasar lubuk hati Rika yang paling dalam, ia selalu mengkhawatirkan suaminya, namun ia masih bisa untuk menutupinya dengan tingkah riangnya.
"Jalan!" perintah Angga pada sopirnya yang sejak tadi hanya diam saja dan menuruti semua yang diperintahkan oleh majikannya.
Sedangkan Asra yang berada disamping sopirnya hanya menatap dingin kearah Rika yang hampir sampai kehalaman perkantorannya. Sejak tadi ia tampak sibuk dengan berkas yang ada ditangannya, dan sesekali melirik kearah bosnya yang tampak merubah-ubah ekspresinya, dan lebih dominan kepada ekspresi benci dan diakhiri dengan ekspresi yang tampak sedikit senang, karena sebentar lagi akan mendapatkan kabar yang sedikit menyenangkan baginya.
•
•
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
dapurnya tinah
hufff
2022-09-23
0
Marlida Yusuf
bukan tulus bego itu namanya apapun bentuk pengangguran gak bisa seenaknya berbuat suaminya
2022-02-09
0
Putri Lovha Anandha Yuki II
gregettt sama alurr Nyaa.. darii awall tentaNg dendamm tapii Gakk di sebutinn dendamm apaa.. Truss gemesss aamaa si Rikaa Dyaa Nyaa terlaluu Tuluss apaa terlaluu begoo... 🤦🤦
2021-06-04
1