Disaat aku memulai langkah baru kedepan, aku justru tersandung batu besar yang pasti akan membuatku terjatuh dan merasakan tenggelam di rawa-rawa ujian, tanpa keahlian, pasti akan sangat sulit untukku muncul kepermukaan karena ketiadaan harap pada orang yang dicinta
_________________________________________________
Rika sudah berada di ruangan kantornya, ia merasa begitu lega karena kali ini ia tidak terlambat sama sekali. Akhirnya, ia bisa disiplin sedikit dan semoga besok dia juga akan tetap bisa seperti ini.
"Tumben tersenyum terus, memangnya ada kejutan apa?" tanya Ambar yang baru saja mengisi kubikelnya. Sejak pertama ia datang tadi, ia melihat Rika yang bersikap tidak biasanya. Ia begitu terlihat bahagia, hingga tidak menyadari kedatangan Ambar yang memperhatikannya.
"Lagi senang aja, soalnya aku tidak terlambat lagi," ucap Rika yang masih tersenyum dan menatap kearah Rika. Ia menyimpan rasa gundah dan khawatirnya jauh didalam lubuk hatinya, ia tidak ingin merusak suasana yang terasa manis sekarang ini yang sedang ditularkannya pada sahabatnya.
"Bagus dong, ada kemajuan berarti," ucap Ambar yang merasa ikut senang dengan kebahagiaan yang didapat oleh sahabatnya. "Nanti siang aku ingin cerita sama kamu, kamu bisakan?" tanya Ambar yang kembali menatap serius kearah Rika.
"Soal apa?" tanya Rika yang sudah menghentikan senyumnya. Ia merasa tidak biasa dengan sikap Ambar kali ini, seperti ada yang disembunyikannya. Bahkan juga Ambar sangat jarang berbagi masalahnya pada Rika, justru sebaliknya. Rikalah yang selalu membagi masalahnya dan Ambarlah yang menjadi pendengar yang baik. Dan sekarang, waktu yang tepat untuk menolong sahabatnya, setidaknya ia juga bisa menjadi pendengar yang baik.
Ambar tersenyum, ia menatap kekanan dan kekiri, kemudian menatap kearah Rika. "Aku ingin memberikan kejutan pada mas ," bisik Ambar sambil tersenyum senang, ia terlihat begitu riang.
Rika yang mendengar semua itu tampak membelalakkan matanya. "Kamu...?" tanya Rika pada Ambar sambil menutup mulutnya, dan tidak meneruskan pertanyaannya karena Ambar sudah menganggukan kepalanya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali karena merasa tidak percaya dengan kabar bahagia yang disampaikan oleh Ambar. Namun ia merasa sangat bahagia mendengarnya.
"Ini benar kok Rika," ucap Ambar sambil mencubit dengan gemas tangan Rika.
Rika tampak mengaduh dan dengan segera ia memeluk sahabatnya. "Selamat ya, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu," ucap Rika dengan tulus sambil melepaskan pelukannya.
"Akhirnya semua penantian dan usaha kalian juga do'a-do'a kalian didengar oleh Allah SWT. Semoga kamu bisa menjalaninya dengan baik hingga waktunya melahirkan nantinya," ucap Rika lagi. Ia menatap sahabatnya yang selama ini dengan sabar selalu menemaninya melalui kesulitan hidupnya, bahkan ia selalu menyemangati Rika walau bagaimanapun keadaannya, juga tidak pernah absen dalam menolongnya.
"Sudah. Sekarang kita kerja dulu, sudah waktunya," ucap Ambar yang menyudahi pembicaraan mereka.
Rika mengangguk dan segera menuju kearah kubikelnya. Ia menatap karyawan lainnya yang sudah menempati kubikelnya masing-masing.
"Rika, kamu dipanggil keruangan Pak manejer," ucap Randy yang sudah menghampiri Rika. Rupanya Rika tidak menyadari keberadaan Randy, karena ia terlalu fokus dengan pekerjaannya.
Rika menatap kearah Randy dengan penuh tanda tanya, begitupun dengan Ambar yang ada disebelah kubikelnya. Ia menghentikan sesaat pekerjaannya. Rika merasa kalau ia tidak melakukan kesalahan apapun di hari ini. Tapi, mungkin saja ia dipanggil karena ada hal yang lainnya, ia berusaha menguatkan hatinya dan mengenyahkan semua pikiran-pikiran negatifnya.
"Saya juga tidak tahu ada keperluan apa Pak Manejer memanggilmu, karena beliau tidak mengatakannya padaku," ucap Randy mrnjawab semua kebingungan Rika dan juga Ambar.
"Sudah, kamu kesana saja sekarang, sebelum Pak Manejer marah padamu. Semua akan baik-baik saja, percayalah," Ambar menyemangati Rika dan memberikan senyum hangatnya pada Rika. Ia bisa melihat kegelisahan dimata Rika dan ia berharap agar Rika bisa bersikap tenang.
Rika mengangguk dan segera berjalan kearah ruangan Manejernya.
Tok-tok
Dengan hati-hati ia mengetok pintu ruangan yang ada didepan matanya, ia benar-benar gugup kali ini, padahal biasanya ia tidak seperti ini. Entah kenapa ia merasakan perasaan yang kurang enak kali ini. Setelah terdengar interupsi dari dalam, Rika membuka pintu tersebut dan masuk kedalam ruangan. Dengan wajah tegang, ia berjalan dengan perlahan kearah Manejernya.
"Silahkan duduk!" perintah Manejernya yang menatap Rika sejak kedatangannya tadi sejak ia masuk ruangan. Bahkan ia tidak dapat melepaskan pandangan matanya terhadap Rika. Dan itu membuat Rika sedikit tidak nyaman dan di liputi perasaan tidak menentu.
"Ada apa ya, Pak? Bapak memanggil saya?" tanya Rika yang memperhatikan raut muka Manejernya yang terlihat biasa saja. Ia mulai mengenyahkan rasa khawatirnya dan dapat sedikit bernapas lega. Mungkin itu hanya perasaannya saja.
Joko, selaku Manejer Rika tampak membuka laci mejanya. Ia menyodorkan amplop coklat yang ada ditangannya kearah Rika.
Amplop coklat tersebut berisi sejumlah uang gajih terakhir Rika dan sedikit pesangon, Rika tahu itu. Bukannya ia bodoh, ia sangat tahu, namun ia berusaha menyangkalnya.
"Ini apa Pak?" tanyanya sambil menatap kearah Manejernya dengan keringat yang sudah membanjiri seluruh wajahnya. Ia meremas tangannya untuk menghilangkan kegugupan yang melandanya. Sebisa mungkin ia bersikap tenang. Mungkin ia sedang salah duga, manejernya belum mengatakan apapun juga padanya. Mungkin saja itu bukan gajih terakhir. Ya, pasti ada maksud lain dibalik amplop itu. Ia berusaha membesarkan hatinya, dan kembali menyangkal kenyataan yang sudah hampir didepan matanya. Ia benar-benar membuka telinganya lebar-lebar saat Joko mulai membuka mulutnya, ia takut kalau nantinya ia akan salah dengar.
"Kamu dipecat!!" ucap Joko dengan tegas.
Rika tampak pucat pasi mendengarnya, ia sangat terkejut. Bahkan ia merasa kalau langit sedang runtuh sekarang. Ia baru saja mendapat berita yang sangat buruk, bahkan lebih buruk dari apapun juga yang selama ini dialaminya.
"Tapi Pak... kenapa bisa?" tanya Rika terbata, ia hampir tidak dapat meneruskan kata-katanya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Ia tampak menggosok-gosok telinganya dan mencerna semua ucapan manejernya.
"Kinerja kamu sangat buruk akhir-akhir ini, perusahaan tidak bisa lagi mentoliler kamu. Kami sudah merasa membuang-buang waktu karena sudah mempekerjakan orang yang tidak disiplin seperti kamu, bahkan tidak komputen."
Rika begitu terkejut saat mendengar kata-kata penghinaan atas dirinya, rasanya jiwa dan raganya tercerai berai. Apa mau dikata, ia hanya seorang bawahan saja yang tidak mempunyai kedudukan penting diperusahaan ini.
"Tapi Pak, saya mohon! berikan saya kesempatan sekali lagi, saya berjanji akan memperbaiki semuanya," pinta Rika yang sudah berdiri dari kursinya dan meraih pergelangan tangan Joko, ia memohon dengan wajah memelasnya. Ia berharap agar manejernya mau merubah keputusannya.
Namun dengan cepat pula Joko menepis tangannya. Ia merasa kasihan dengan Rika namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
•
•
********
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Novelita
seddihhhh nyaaa kamu rika😢
kedepannya smga lebih pinter dan bijak liat situasi dll yaaa dek😁😂
2021-05-19
0
Hari Supatmi
kasian banget rika!!
2021-04-07
0
Isam Amoy
Suami g tau diri, cerai kan saja
2021-03-20
0