Seberapa pun aku berusaha keras untuk mempertahankannya, mereka tetap akan melepasku karena kesalahan yang bukan milikku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali aku mempertahankan kebenaran milikku.
__________________________________________________
"Ma'af, kami tidak bisa memberikanmu kesempatan lagi. Ini sudah keputusan dari pemilik perusahaan, apalagi setelah melihat laporan yang kamu buat kemarin, begitu banyaknya kesalahan fatal disana!!" ucap Manejer yang setengah membentak dan menatap Rika dengan sedikit marah.
Rika membelalakan matanya, ia menatap tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Bukankah kalau laporan itu ada kesalahan, seharusnya Randy menyuruhnya untuk kembali memperbaikinya, bukannya menyerahkan pada atasannya. Ia masih mengingat betul tentang percakapan antara dirinya dan juga Randy kepala devisi mereka. Ia pikir semua akan baik-baik saja karena setelah Randy menerima laporannya hingga pagi tadi, tidak ada sedikitpun Randy menghampiri dirinya. Bukankah itu artinya laporannya tidak bermasalah, lalu apa ini, Rika masih menatap kearah atasannya tersebut.
"Tapi Pak, saya tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Saya sudah memeriksanya beberapa kali sebelum saya menyerahkannya pada Randy," ucap Rika membela diri. Ia berusaha menyangkal tuduhan yang dirasanya bukan dirinya yang melakukannya. Ia juga tidak ingin dipecat karena reputasinya yang buruk dan juga performa kerjanya yang jelek.
"Kamu tidak percaya, memangnya kamu mau menyalahkan siapa?" tanya Joko kembali. Ia tidak ingin berdebat seperti ini, seharusnya bawahannya ini menerima saja keputusannya tanpa banyak protes begini. Ia merasa dipersulit sekarang.
"Baiklah kalau kamu tidak percaya," ucapnya lagi. "Randy! masuk!" perintahnya memanggil Randy, namun ia tidak mengalihkan pandangannya seincipun dari Rika. Ia masih menatap wanita yang begitu percaya diri didepannya ini.
Randy yang baru saja dipanggil melalui intercom itu, ia sudah muncul didepan pintu dan masuk kedalam ruangan untuk segera menghampiri manejernya sambil membawa berkas ditangannya, sesuai dengan permintaan manejernya tersebut. Ia menatap kearah Rika dan ia tahu apa yang seharusnya dilakukannya pada wanita yang juga tidak pernah melepas tatapan padanya sejak ia memasuki ruangan tadi.
"Tolong kamu jelaskan pada bawahanmu ini mengenai laporan keuangan yang dibuatnya kemarin," kata Joko menatap datar kearah Randy.
Randy mengangguk dan menghadap kearah Rika. Ia merasa kasihan saat melihat wajah Rika yang tampak memucat, tapi apa mau dikata kalau ini sudah menjadi keputusan atasan mereka.
"Ma'af Rika, apa yang dikatakan oleh pak Joko adalah benar, kamu bisa kembali memeriksa laporan keuangan yang kamu serahkan padaku kemarin," kata Randy sambil menyerahkan berkas yang ada ditangannya. Ia menatap prihatin kearah Rika, ia juga merasakan kejanggalan dalam laporan tersebut, tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa karena bukti sudah ada ditangannya.
Rika dengan sigap mengambil berkas tersebut, ia memeriksanya dengan teliti. Benar, disana begitu banyak kesalahan yang sangat fatal. Tapi ia yakin kalau semua itu bukanlah pekerjaannya, ia cukup hapal dengan berkasnya yang kemarin. Ia menatap kertas tersebut dan membolak-baliknya. Benar, itu bukan kertas laporannya. Pasti ada orang yang sengaja memanipulasi pekerjaannya, entah karena tidak menyukai dirinya ataukah karena ada hal yang lain.
"Tapi Pak, ini bukan pekerjaan saya, saya sangat hapal dengan pekerjaan saya kemarin," kata Rika mengelak sambil menatap kearah Randy dan juga Joko. Ia merasa tidak terima dengan semua kesalahan yang dilimpahkan padanya, sedangkan dia benar-benar merasa tidak pernah melakukannya.
"Sekali lagi aku minta ma'af, itu memang benar pekerjaanmu. Kamu tidak bisa menyangkalnya, karena hanya kamu yang membuat laporan keuangan perusahaan kita bulan ini. Dan juga, kemarin aku langsung menerima laporan ini dari tanganmu sendiri. Mana mungkin itu bukan pekerjaanmu sendiri," sangkal Randy yang tidak terima dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Rika, seolah-olah Rika sedang melakukan tuduhan padanya. Sedangkan ia tahu kalau tugas itu hanya diserahkan pada Rika seorang. Tidak mungkinlah ia melakukannya, yang pasti akan membuat reputasi divisi mereka buruk.
Rika kembali menatap tak percaya pada Randy, ia begitu kecewa mendengar semuanya. Ia hanya ingin mendengar pembelaan yang keluar dari mulut Randy, atau setidaknya Randy berusaha mempertahankannya. Tapi sekali lagi ia berusaha untuk menyadari kalau kedudukannya bukanlah apa-apa bagi mereka semua. Namun, ia masih berharap agar mereka mau mempertimbangkan dirinya sekali lagi, setelah cukup lama ia mengabdikan dirinya diperusahaan ini.
"Rika, ambil gajih dan pesangon kamu. Silahkan kamu keluar dari ruangan ini, dan bereskan semua barang-barang kamu!" ucap Joko yang menatap tajam kearah Rika. Bahkan jari telunjuknya sudah mengacung kearah pintu. Ia merasa geram dan bosan mendengar perdebatan mereka yang begitu alot.
Rika menundukkan kepalanya, dengan berat hati ia meraih amplop tersebut dengan tangan kanannya. Ia merasa cukup lega setelah Manejernya mengakhiri pembicaraan mengenai ini semua, untunglah ia tidak diminta mengganti kerugian pihak kantor karena kesalahan laporan yang dibuatnya.
"Permisi pak," ucapnya dengan lesu sambil melangkah dengan gontai keluar ruangan manejernya untuk menuju kearah kubikelnya.
Rika merubah ekspresi wajahnya, yang tadinya terlihat sedih dan murung, digantikan dengan senyum tipisnya setelah ia melihat Ambar yang menatapnya dengan cemas. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan Ambar yang baru saja didapatnya.
"Bagaimana, semua baik-baik sajakan?" tanya Ambar sambil menghampiri Rika yang sudah berdiri dihadapan meja kubikelnya, ia berusaha membaca mimik wajah Rika yang terlihat selalu mengembangkan senyumnya.
Rika kembali tersenyum tipis dan berpaling kearah Ambar, rasanya ia masih ingin terus bersama-sama dengan sahabatnya ini, bekerja bersama dan berjuang bersama karena hanya Ambarlah yang dia punya untuk berbagi keluh kesah semuanya. Namun, semua ini tidak sejalan dengan keinginannya. Apalah dayanya yang hanya bagian kecil yang bahkan tidak terlihat di perusahaan besar tempatnya berdiri sekarang ini. Ia menuduk sesaat.
"Ambar, ma'af karena aku tidak dapat membantumu untuk menyiapkan kejutan untuk suamimu," lirih Rika.
"Apa maksudmu?" tanya Ambar yang berusaha mengenyahkan segala praduga yang ada dibenaknya. Ia menatap wajah Rika untuk mencari sebuah jawaban disana.
"Aku dipecat Mbar," ucap Rika yang terdengar lirih ditelinga Ambar.
"Apa! kenapa bisa?" tanya Ambar sambil menutup mulutnya dan membelalakan matanya, ia merasa tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
"Ya bisa dong Mbar, mereka berkuasa dan bisa melakukan apa saja pada orang yang lemah dan tidak berdaya seperti kita," Rika tersenyum sambil memasukkan barang-barangnya kedalam kardus.
"Maksudku bukan itu, semua orang juga tahu tentang itu. Maksudku adalah kesalahan apa yang kamu perbuat, Rika?" ulang Ambar. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, Rika masih bisa tersenyum padahal ia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah mati-matian dipertahankannya.
Sedangkan Rika tampak sibuk mengemasi seluruh barang-barang pribadi miliknya, rasanya ia tidak ingin berlama-lama disini, semua begitu membuatnya ingin menangis.
•
•
******
**Bersambung...
Kalau kalian suka pada novelku ini, mohon dukungannya ya. Jangan lupa vote dan juga komennya, ditunggu loh.
😌😊**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Novelita
termehek mehek😭😭
2021-05-19
0
Isam Amoy
😭😭😭😭😭😭🤤
2021-03-20
0
Luiz lee
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-01-10
1