Aku tidak tahu dimana aku dapat membuka lembaran baru, aku hanya ingin dunia mengerti betapa aku tulus dalam mencintainya walaupun pertama kalinya bertemu
__________________________________________________
Rahmat menatap tidak nyaman pada perempuan didepannya ini. Ia terus memperhatikan Rika dengan seksama, Rika yang terlihat kesusahan karena badannya yang juga terlihat kurus. Ia mendekap erat Aina yang tertidur pulas dipangkuannya. Pikirannya tampak berkecamuk saat menyaksikan Aina yang terlihat begitu intens, seolah Rika adalah ibunya sendiri. Namun, ia akui kalau perempuan cantik ini sangatlah penyayang dan keibuan, itu terlihat dari caranya memperlakukan Aina. Tapi rasa herannya tidak dapat dihilangkannya dari benaknya, karena setahunya bahwa Aina adalah anak yang tidak mudah akrab dengan siapa saja termasuk teman ayahnya sekalipun. Berbeda dengan wanita ini, ia terlihat begitu istimewa dihati Aina, itu terbukti dengan sikap Aina yang tidur mendekap Rika.
"Mari Pak, saya antarkan non Ainanya kemobil Bapak, Bapak duluan saja," ucap Rika yang membuyarkan lamunan Rahmat yang menelisik dirinya. Ia menggendong Aina dengan perlahan. Ia takut kalau Aina akan terbangun karena pergerakannya.
"Eh, i-iya." gugup Rahmat saat ia dikejutkan oleh pergerakan Rika yang sudah berdiri didepannya. Ia sedikit menundukkan kepalanya. "Sini! biar belanjaan Non, saya yang bawa," ucapnya lagi sambil meraih tas belanjaan Rika yang tergeletak didekat kakinya.
Rika berjalan dengan hati-hati sambil sesekali menatap kearah Aina, ia takut kalau Aina akan terbangun karena pergerakannya. Ia mengiringi langkah Rahmat yang ada didepannya. Ia membayangkan kalau seandainya ia punya anak, pastilah anaknya akan semanis dan selucu Aina. Ia benar-benar mengharapkan anak dari rahimnya sendiri. Tapi mau dikata apa, hingga sekarang suaminya terus saja menolak untuk semua itu. Karena memang kehidupan ekonomi mereka yang mencekik pada dasarnya sebagai alasannya.
"Non, sebelah sini mobilnya!" seru Rahmat saat mereka tiba ditempat parkiran, ia melihat Rika yang masih tertinggal dibelakangnya.
"Oh, iya," jawab Rika yang terkejut, ia sedikit melamun tadi.
"Letakkan dibelakang saja, Non!" seru Rahmat lagi yang sudah membukakan pintu belakang mobil untuk memudahkan Rika meletakkan Aina.
"Jangan panggil saya non, saya tidak biasa dipanggil begitu. Panggil saya Rika saja, agar terasa lebih nyaman," pinta Rika. Ia meletakkan Aina dengan perlahan dan hati-hati. Ia tersenyum dan mengecup Aina sesaat setelah ia melepasnya. Semua itu tidak pernah luput dari pandangan Rahmat.
"Baiklah. Sebaiknya non Rika saya saja yang antar sekalian."
Rika berdiri tepat dihadapan Rahmat. "Tidak usah Pak, saya bisa naik angkot atau ojek kok. Rimah saya juga tidak jauh dari sini kok," Rika menolak halus tawaran dari sopirnya Aina tersebut.
"Tidak apa-apa non Rika, sekalian saja biar lebih cepat."
Rika menatap kearah sopir tersebut dan ia kembali berpikir, namun pergerakan sang sopir lebih cepat darinya. Semua belanjaan Rika sudah dimasukkannya kedalam mobil dan mau tidak mau, Rika harus menyetujuinya.
Ia masuk kedalam mobil dan duduk disamping Aina. Ia kembali mendekap Aina yang tampak bergelung dalam pangkuannya, persis seperti anak kucing. Rika terkekeh membayangkan Aina yang begitu menggemaskan.
Si sopir sesekali melirik kearah belakang melalui kaca spion. Ia menatap takjub pada Rika yang terlihat menyayangi Aina dengan tulus. Mereka layaknya seperti ibu dan anak saat Rika begitu erat mendekap Aina. "Dimana rumahnya, Non?" tanya Rahmat, si sopir.
Rika merasa risih dengan panggilan non yang disematkan oleh pria yang hampir paruh baya tersebut. Namun ia tetap diam saja, percuma juga ia menolak kalau ternyata Rahmat juga akan tetap bersikeras memanggilnya begitu. Ia mengalihkan pandangannya menatap kearah luar jendela, dan menghentikan sesaat belaian tangannya pada rambut dan kepala Aina.
"Itu, disana. Disamping gang itu, kira-kira 4 buah rumah setelahnya!" tunjuk Rika kearah depan masih dengan menjaga inotasi suaranya. Ia kembali menatap kearah Aina, rasanya ia begitu berat melepas anak kecil yang sudah disukainya sejak awal tadi. Tapi ia juga tidak mungkin untuk membangunkan tidur siang anak ini, walaupun bukan di tempat semestinya.
Rahmat hanya mengangguk dan memperlambat laju kendaraannya. Ia membelokkan stirnya kearah rumah yang dimaksud oleh Rika.
"Ini Non rumahnya?" tanya Rahmat memperjelas. Ia masih sungkan untuk memanggil Rika dengan nama saja tanpa embel-embel non. Ia juga sudah menghentikan kendaraannya tepat dihalaman rumah Rika yang terlihat sederhana namun tertata apik. Bahkan halamannya begitu banyak tanaman bunga yang berwarna-warni, walaupun halamannya juga terbilang sempit.
Iya, makasih banyak ya pak ..."
"Rahmat!" jawab Rahmat singkat saat Rika ingin mengucapkan namanya namun terlihat ragu, mungkin dia sudah melupakan perkenalan mereka diawal tadi.
"Ma'af, saya sedikit lupa. Sekali lagi terima kasih banyak pak Rahmat atas kebaikan anda," ucap Rika yang sudah menerima kembali tas belanjaannya yang diserahkan Rahmat padanya.
"Sayq yang seharusnya mengucapkan terima kasih Non, karena non Rika sudah menjaga non Aina dengan baik sebelum saya menemukannya." Ia terlihat sungkan. "Baiklah, kalau begitu saya permisi non. Ma'af, sudah merepotkan," pamit Rahmat yang sudah membuka pintu dan masuk kebalik kemudinya.
Rika hanya menganggukan kepalanya saja. Dan segera memasuki rumahnya setelah mobil yang dikendarai oleh Rahmat menghilang dari pandangannya.
***
Angga sedang menunggu laporan dari asistennya mengenai perkembangan Rika dan juga hasil dari rencana mereka kemarin. Ya, Anggalah yang sudah merencanakan pemecatan Rika tersebut. Ia sangat penasaran dengan hasilnya walaupun ia yakin 100% rencana mereka pasti akan berhasil. Angga menanti asistennya dengan tidak sabaran lagi, bahkan ia terlihat gelisah dan mengetok-ketokan bolpoin keatas meja kerjanya beberapa kali. Waktu yang berjalan sedetik pun terasa berjam-jam baginya.
"Bos, Rikanya sudah dipecat dari kantornya dengan nama yang buruk," lapor Asra saat ia sudah berada dihadapan Angga.
"Bagus! aku sangat senang mendengarnya," ucapnya dengan seringai licik dan meletakkan jari telunjuknya dikepala dan menatap kearah asistennya dengan raut senang.
"Dan dia juga sulit diterima diperusahaan lain, seandainya ia melamar ketempat lain. Karena kinerjanya yang buruk tersebut, Bos," lapor Asra lagi.
Angga hanya menganggukan kepalanya, kali ini ia benar-benar senang dengan hasil kinerja kepercayaannya, benar-benar memuaskan. Rasanya ia baru saja memenangkan tender yang besar. Tapi semua itu tetaplah tidak sebanding dengan kesakitan yang diterima olehnya karena perbuatan Rika dan orang tuanya. Ia masih ingin menyaksikan kehancuran Rika didepan matanya dengan perlahan, agar Rika tahu betapa dirinya sangat menderita selama ini.
"Nanti ambil bonus lebih untukmu," ucap Angga, ia menjentikkan jemarinya. Dengan perlahan ia berdiri dan berjalan kearah jendela luas yang ada dibelakangnya dengan memegang secangkir kopi ditangannya. Sesekali matanya menatap kearah jalanan ibukota yang ada dibawahnya, tampak jalanan itu padat merayap.
"Baik Bos, terima kasih," ucap Asra sambil menundukan sedikit kepalanya sesaat. Walaupun Angga membelakanginya, ia tetap melakukannya. Benar-benar orang yang setia. Ia membalikan badannya untuk segera keluar dari ruangan tersebut. Ia tahu kalau Angga saat ini sedang memerlukan keheningan untuk mengontrol emosinya saat teringat masa lalu.
•
•
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Pemburu Cinta Sejati
org mengira bertahan karna anak2. dia pura2 bodoh untuk tau bahwa psikologi dan mentalnya dirusak dia dan pasangannya yg akan selalu membayangi anak2 SEUMUR HIDUPNYA
2022-01-25
0
Pemburu Cinta Sejati
ketidakharmonisan dlm rumah tangga apalagi ada KDRT dpt menyebabkan anak menjadi :
1. pembangkang/pendiam/pendendam.
2. suka berbuat kekerasan bahkan pada org tuanya karna mengcopy ortu
3. tidak mempercayai pernikahan
4. mudah terjerumus ke hal2 yg buruk karna pergolakan batin
5. dan masih banyak.
Jgn pikir bertahannya kamu menyikapi pasangan hanya menyakitimu, tapi juga anak2mu, jadi jgn hanya memikirkan diri sendiri. Mempertontonkan ketidakharmonisan adalah MIMPI BURUK BAGI ANAK
2022-01-25
0
Pemburu Cinta Sejati
baguslah, kalau tidak mental dan psikologi anak mu akan cacat
2022-01-25
0