Saat dendam berbicara, sebesar apapun perhatianmu padaku, semua itu tidak ada artinya, termasuk pengorbananmu. Kamu tidak ubah bagiku hanyalah anak catur, yang kapan saja bisa kudepak jika aku menginginkan.
______________________________________
Rika terdiam mendengar kata-kata Ambar, ia mencernanya dengan baik dan ia akui itu semua memang benar. Kata-kata Angga selalu terdengar pedas di telinganya. Bahkan terkadang ia selalu merampas uang gajih yang baru didapat oleh Rika tanpa menyisakan sedikitpun untuknya. Angga bukanlah lagi suami yang selalu melindungi dan menafkahi istrinya seperti dulu. Justru sebaliknya, ia bahkan bagaikan sebuah ancaman untuk Rika. Tapi Rika tidak bisa melepasnya, ia terlalu sayang bahkan sangat mencintai suaminya sehingga akal sehatnya dibutakan oleh cinta.
"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Kita kekantor sekarang yuk!" ajak Ambar. Ia merasa tidak nyaman melihat perubahan wajah Rika yang terlihat lebih murung dan juga tidak bersemangat. Ambar merasa bersalah kini, tapi ia juga tidak ingin melihat sahabatnya yang terus-menerus terjebak pada lelaki gila seperti Angga.
Rika mengangguk dan berdiri melangkah bersama Ambar untuk kembali ke ruangan mereka. Ia berusaha mengenyahkan pikirannya mengenai suaminya, bahkan ia berusaha selalu berpikir positif mengenai Angga. Namun sepanjang lorong ia hanya diam saja dengan pikirannya yang dipenuhi dengan sosok Angga.
Sedangkan Ambar sesekali melirik kearah Rika, ia tahu kalau Rika sangat dilema dan ia berharap agar sahabatnya bisa membuka matanya lebar-lebar dan melihat kenyataan yang ada didepan matanya untuk melihat kenyataan yang didapatkannya daripada impian yang diharapkannya. Bukan ia menyuruh untuk berpisah dengan Angga tapi ia ingin agar Rika tidak selemah itu dihadapan suaminya.
***
Angga sedang berada di ruangannya, ia bersandar pada sandaran kursi dan memutarnya kekanan dan kekiri. Ia terlihat begitu senang, bahkan tersenyum lebar padahal itu tidak menjadi kebiasaannya. Angga masih mempertahankan senyumnya karena membayangkan wajah istrinya yang kelelahan saat ia berjalan kaki menuju kearah kantornya, apalagi saat ia dimarahi oleh atasannya.
"Benar-benar wanita yang kuat," gumamnya sambil terkekeh. Ia kembali membayangkan sikap Rika yang begitu lembut padanya.
"Rika... Rika, kamu bodoh!" gumamnya sambil menancapkan pena diatas mejanya. Pandangannya berubah menjadi tajam dan rahangnya mengeras. "Tidak akan kubiarkan kamu hidup tenang setelah apa yang kamu lakukan di masa lalu," desisnya tajam.
Tok tok
Pintu ruangannya diketok oleh seseorang dari luar.
"Masuk!" Angga menginterupsi dari tempat duduknya.
Pintu ruangan terbuka, seorang lelaki berumur kisaran 27 tahun masuk kedalam ruangannya. Dia bernama Asra dan merupakan asisten pribadinya Angga, ia sudah lama bekerja pada Angga dan ia begitu setia hingga tidak bisa diragukan lagi kesetiaannya.
"Bos, ada Helena diluar dan ingin bertemu dengan Bos."
"Suruh dia masuk!" ucap Angga dengan senyumnya membayangkan Helena yang datang ke kantornya tanpa diminta.
"Baik Bos," Asra menunduk sesaat dan berjalan keluar ruangan untuk mempersilahkan Helena masuk kedalam ruangan Angga.
Ia menatap tidak suka terhadap wanita yang berpakaian minim dihadapannya ini. Dengan gestur tubuhnya, ia menyuruh Helena masuk. Helena segera masuk dengan mengibaskan rambutnya dihadapan Asra.
Mata Angga tidak pernah lepas dari pintu ruangannya saat pintu ruangan itu terbuka. Ia menatap perempuan bertubuh seksi dan semampai itu dengan tatapan penuh cinta. Perempuan itu sedang berjalan berlenggak lenggok menuju kearahnya bak model diatas panggung catwalk. Ia menatap Angga dengan tatapan menggoda dan sedikit membuka bibirnya yang berwarna merah menyala.
"Sayang, apa kabar? Aku kangen," ucap manja Helena pada Angga. Ia mendekat kearah Angga dan meraih wajah Angga untuk menciumnya. Angga menyambutnya dengan senang hati saat ciuman mendarat di pipi dan bibirnya. Ia memperdalamnya sebagai ungkapan rindunya.
"Ada apa kamu kesini, sayang?" tanya Angga sambil memainkan rambut Helena yang sedang bergelayut manja dipangkuannya.
"Aku hanya kangen kamu, sayang," ucap Helena dengan lebih manja. Tangannya tidak tinggal diam, ia meraba-raba dada Angga dan membuat lingkaran-lingkaran abstrak disana.
"Hahaha... aku tau itu, sayang. Aku juga kangen kamu," ucap Angga sambil tangannya menaikkan dagu Helena dan mendaratkan ciumannya dibibir Helena.
"Kalau kamu yang kesini, pasti ada keinginan yang lain. Lalu, ada apa lagi selain itu?" tanya Angga yang baru saja menyudahi ciumannya. Ia menatap kearah Helena yang tampak manyun dengan bibir merah menyala sehingga membuat Angga semakin gemas melihatnya.
"Kok, kamu tahu sih." Helena meraba rahang kokoh Angga dengan lembut.
"Tentu saja aku tahu dengan kebiasaan kamu, sayang." Angga masih memilin-milin rambut Helena.
"Asra! masuk keruanganku!!" Angga menginterupsi melalui intercom.
Pintu ruangan terbuka setelah 2 menit kemudian. Asra memasuki ruangan atasannya. Ia menatap sesaat kearah Angga, kemudian menunduk hingga ia berjalan mendekati meja atasannya. Ia merasa sangat tidak suka dengan wanita yang tidak tahu malu dan penjilat yang ada dipangkuan atasannya.
"Kamu transfer uang senilai 300 juta kerekening Helena, segera!" ucap Angga tegas.
"Baik Bos," jawab Asra sambil mengangguk. "Sepuluh menit lagi akan ada rapat di ruang rapat," ucapnya lagi masih menatap kearah ujung sepatunya.
Angga hanya menganggukan kepalanya saja. "Siapkan semuanya."
"Siap Bos," ucap Asra lagi. Ia memutar tubuhnya dan berjalan keluar ruangan dengan kepala tegak. Ia sangat heran dengan sikap Bosnya yang sangat menyukai Helena, yang tidak ada nilai positifnya sama sekali di matanya. Wanita yang hanya bisa mengandalkan kecantikan dan juga kemolekan tubuhnya. Dan bosnya begitu tega menyiksa istrinya sendiri yang dengan tulus menerima segala kekurangannya, walaupun selama ini ia telah dibodohi oleh Angga. Wanita itu benar-benar kuat dan tulus pada Angga. Asra menggelengkan kepalanya memikirkan semua itu. Bahkan ia merasa bahwa Helena hanya ingin menguras kekayaan Angga saja.
"Dasar wanita tidak tahu diri," maki Asra yang bergumam pada dirinya sendiri. Namun ia tetap melaksanakan perintah bosnya. Kalau tidak, maka ia akan mendapatkan sanksinya.
"Sayang, makasih... kamu memang benar-benar pacarku yang pengertian sekali," ucap Helena yang terdengar begitu riang dengan suara yang dibuat- buat mendesah. Tanpa segan-segan ia memeluk tubuh Angga dan kembali mendaratkan ciumannya tepat dibibir Angga dan mendapat sambutan dari Angga hingga berlangsung beberapa menit.
"Sayang, kamu mau menungguku disinikan? Sebentar lagi aku akan mengadakan rapat," kata Angga sambil melihat kearah jam yang bertengger di pergelangan tangannya.
"Tidak sayang, aku pasti akan bosan saat berada sendirian disini. Lebih baik aku pulang dulu dan memeriksa keadaan salonku dulu," ucap Helena yang sudah menggeser posisinya dari pangkuan Angga menjadi berdiri.
Angga tampak kecewa mendengarnya, ia masih ingin menghabiskan waktunya bersama kekasihnya, Helena.
Pintu ruangannya kembali terbuka tanpa diketok terlebih dahulu. Asra masuk sambil membawa beberapa berkas di tangannya. Ia menatap kearah bosnya sesaat. Dan juga menatap kearah Helena yang berdiri tidak jauh dari bosnya, dengan tatapan dingin dan tidak suka. Ia tidak menunduk lagi seperti tadi.
Asra juga punya wewenang yang besar di kantor Angga dan juga sangat berpengaruh. Ia bahkan bisa keluar masuk ruangan Angga dengan bebas, karena ia punya aksesnya langsung dari Angga.
•
•
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Pemburu Cinta Sejati
jgn karna ditipu nanti baru nyadar ya
itu namanya pelarian
2022-01-25
0
Pemburu Cinta Sejati
kasian Rika dapet bekas orang wkwk
2022-01-25
0
Isam Amoy
Angga jahat
2021-03-20
0