Seperti apapun engkau membenciku dan sebesar apapun rasa bencimu padaku. Engkau tetaplah kusayang karena engkau sudah menjadi bagian dari diriku.
______________________________________
"Bos, sebaiknya kita segera keruang rapat sekarang, karena rapatnya akan segera dimulai dalam 5 menit lagi."
Angga mengangguk dan menatap kearah Helena. Ia masih berharap agar Helena mau menunggunya di ruangan ini.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang," ucap Helena yang kembali menghampiri Angga dan sekali lagi ia memberikan kecupan di bibir Angga.
Asra mengalihkan tatapannya kesembarang arah asal jangan menatap sepasang kekasih yang berada didepannya ini. Ia merasa jijik dan tidak habis pikir dengan sikap wanita ini, sungguh tidak tahu malu. Ia mampu memperlihatkan kemesraannya didepan orang lain.
"Bagaimana dengan perkembangan Rika di kantornya?" tanya Angga selepas Helena pergi. Mereka kini sedang berada didalam lift untuk menuju keruang rapat yang berada di lantai 23 gedung perkantoran itu.
"Dia dapat peringatan terakhir dari kantornya, Bos," ucap Asra sambil menekan tombol buka pada lift, saat ini mereka masih berada didalam lift. Setelah sebelumnya terdengar bunyi berdenting pada lift, yang menandakan bahwa lift sudah sampai pada lantai yang dituju.
"Bagus. Terus awasi pergerakannya dan laporkan padaku. Kalau perlu, kamu persulit dia!" perintah Angga yang merasa senang mendapat kabar baik itu dari asistennya. Ia ingin menghancurkan wanita itu secara perlahan-lahan karena dendamnya di masa lalu.
"Baik, Bos," jawab Asra sambil mengangguk samar, yang berjalan dibelakang Angga.
Mereka memasuki ruang rapat dan disambut para staf petinggi-petinggi di perusahaan miliknya tersebut. Ia duduk dengan angkuh ditempat ia biasa duduk saat memimpin rapat. Sedangkan Asra dengan setia berdiri disampingnya.
*******
Rika sedang keluar dari gedung kantornya dan sekarang sedang berada di lobi kantornya. Ia menatap kearah jalanan yang tampak sangat ramai oleh lalu lalangnya kendaraan roda 4 dan roda 2.
"Ka, ikut aku saja ya, nanti aku antar sampai rumah," ajak Ambar sambil menatap Rika yang sedang berdiri dihadapannya.
Rika mengalihkan pandangannya menatap kearah sahabatnya. "Tidak usah Mbar, aku bisa naik ojek online kok," tolak Rika dengan halus. Ia tersenyum lembut kearah Ambar.
"Benaran?" tanya Ambar memastikan.
"Benaran kok. Lagiankan rumah kita tidak searah, aku tidak ingin merepotkanmu. Kasian suamimu menunggu kelamaan di rumah," ucap Rika dengan sedikit goyunan disertai kerlingan.
Ambar sedikit tertawa mendengarnya. "Baiklah kalau begitu, aku duluan ya," ucap Ambar berlalu dari hadapan Rika sambil melambaikan tangannya.
Rika mengangguk dan tersenyum sambil membalas lambaian tangan Ambar. Setelah Ambar menghilang dari pandangannya, senyum Rika yang tadinya manis dan merekah bak bunga mawar yang sedang mekar, kini menghilang dan digantikan dengan senyum kecut. Ia terpaksa berbohong karena tidak ingin terlalu merepotkan Ambar dan juga terlalu bergantung padanya. Apalagi ia akan menyusahkan Ambar kalau Ambar sampai mengantarnya, karena letak rumah mereka yang saling berlawanan arah dan jaraknya yang cukup jauh. Cukup bagi Rika dengan menyusahkannya melalui keluhan dan curhatannya yang setiap hari selalu dibaginya bersama Ambar selama ini.
Rika melangkahkan kakinya dengan perlahan. Ia berjalan kearah tepi jalan raya. Ia berhenti sesaat setelah tiba ditepi jalan, menoleh kekanan dan kekiri untuk mencari tumpangan yang lewat. Ia merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan dompetnya untuk melihat sisa uang yang ada didalamnya. Masih ada 15 ribu dan itu cukup untuknya pulang kerumah dengan cepat.
"Lebih baik aku memesan ojek online biar lebih cepat sampai di rumah," gumam Rika yang sudah mengambil handphonenya dari dalam tas selempangnya dan bermaksud untuk menghubungi ojek langganannya. Belum sempat ia menekan tanda tombol hijau pada panggilan telponnya, handphonenya sudah berdering terlebih dahulu.
"Mas Angga? tumben dia menelpon di jam-jam begini. Ada apa ya?" gumam Rika dengan dipenuhi tanda tanya yang besar dibenaknya.
"Halo Mas, ada apa?"
"Kamu berada dimana sekarang?" tanya Angga diseberang sana.
"Aku sedang berada ditepi jalan masih didepan kantor. Memangnya kenapa Mas, apa Mas mau menjemputku?" tanya Rika yang sudah mengulas senyumnya karena senang dengan dugaannya.
"Enak saja! buat apa aku menjemput kamu, buang-buang uang saja, bahkan juga membuang tenaga dan waktuku. Cepat belikan aku rendang ditempat biasa!" perintah Angga dengan mutlak dan tidak terbantahkan. Bahkan ia merasa tidak bersalah sedikitpun karena hal itu.
Senyum Rika memudar dan menghilang dalam sekejap setelah mendengar permintaan dari Angga. Bukan. Itu bukan sebuah permintaan, tapi lebih tepatnya sebuah perintah.
"Tapi..."
Belum sempat Rika menyelesaikan kata-katanya, telpon sudah dimatikan terlebih dahulu dari seberang sana. Ia mendesah dan menatap kearah handphone yang masih ada didalam genggamannya. Ia terlihat sangat murung, apalagi saat membayangkan masakan rendang yang dimaksud oleh suaminya. Ia tidak dapat memenuhi permintaan dari suaminya kali ini, ia tidak punya uang yang cukup untuk membelinya. Karena Angga terbiasa dengan masakan restoran mewah bukan yang ditempat biasa. Harapannya pupus sudah untuk pulang kerumahnya dengan cepat, ia juga begitu kecewa dengan suaminya yang bahkan tidak mau tahu tentang keadaannya.
"Bagaiaman ini, uangku tidak cukup untuk membeli masakan rendang kesukaan mas Angga?" ucap Rika sambil kembali memeriksa isi dompetnya.
Rika tampak berpikir keras. Ia tidak mungkin dapat menghasilkan uang dalam sekejap dan ia juga tidak mungkin untuk tidak membelikan makanan kesukaan suaminya tersebut. Tidak mungkin ia pulang dengan tangan hampa, pastilah suaminya akan marah karena ketidakbecusannya dalam memenuhi keperluan suaminya. Ia tidak ingin dicap sebagai istri yang durhaka. Ia berusaha memutar otaknya.
"Aku beli di warteg sajalah daripada tidak sama sekali. Mungkin rasanya juga tidak akan jauh berbeda," ucapnya sambil memasukkan dompet dan handphonenya kedalam tas selempangnya.
Rika berjalan menyusuri jalan raya ibukota yang tampak sangat ramai, bahkan bau asap kendaraan tercium semerbak menusuk hidung dan padatnya kendaraan mewarnai jalanan ini. Sesekali ia memperhatikan warteg yang bertengger dipinggir jalan tersebut, untuk mencari menu yang di inginkan oleh suaminya tersebut.
Rika melangkah dengan penuh semangat saat ia melihat spanduk yang bertuliskan 'ada menjual masakan rendang'. Dengan langkah seribu dan senyum lebarnya, ia menghampiri warung tenda tersebut. Ia melihat suasana warung tersebut yang terbilang cukup ramai bahkan terlihat sangat bersih. Ia yakin kalau masakan disini juga tidak kalah enaknya dengan masakan restoran bintang 5.
Pemilik warteg tersenyum manis saat melihat kedatangan Rika.
"Mang, ada jual rendang?" tanya Rika dengan sopan disertai senyuman manis.
Pemilik warung masih tersenyum kearah Rika. "Ada Neng, memangnya Neng mau beli berapa porsi?" tanya pemilik warteg.
"Seporsi harganya berapa, Mang?" tanya Rika.
"Seporsinya Rp. 8.000 Neng. Kalau beli 2 porsi bisa dapat Rp. 15.000," jawab pemilik warung.
"Yaudah, beli 2 porsi tapi dibungkus aja," ucap Rika dengan senyum lebarnya. Ia merasa lega dan juga bersyukur karena keinginan suaminya untuk memakan rendang terkabul.
Setelah Rika menyerahkan uangnya pada pemilik warteg tersebut, ia berjalan pulang dengan gembira. Bahkan perjalanan yang cukup jauhpun bukanlah apa-apa walaupun berjalan kaki. Rasanya segala letihnya menghilang karena merasa sangat lega, rasa kekhawatirannya dapat teratasi sudah.
Rika memperhatikan jalan didepannya, sesekali ia menatap kearah jam yang menempel dipergelangan tangannya. Sudah 15 menit ia lewati untuk berjalan kaki, berarti hampir separuh jalan. Ia mempercepat langkahnya karena ingin cepat sampai di rumah, ia khawatir kalau suaminya kelamaan menunggu dirinya di rumah.
Tiba-tiba Rika merasa pusing, bahkan pandangannya berkunang-kunang. Ia berusaha mempertahankan kesadarannya, namun pandangannya semakin buram, bahkan ia tidak dapat lagi melihat keadaan disekitarnya dengan jelas. Akhirnya Rika ambruk dipinggir jalan.
•
•
•
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Eny
ngelus dodo reeekk dontok sing jenenge Rika , kebangeten
2023-05-10
0
Arainiaty Sindah
dendam apa Angga terhadap rika
2021-04-14
0
Hari Supatmi
cinta buta membuat dirimu terlihat bodoh,rika!!
ayolah kamu hrs berfikir pake logika
2021-04-07
0