Hanya butuh satu setengah hari saja, setelah Bu Asri menghubungi kerabatnya dikampung dan menyebut semua bahan bahan itu dengan alasan jika ia sedang menderita rematik dan asam urat akut. Maka keponakan Bu Asri siang itu sudah tiba dengan membawa pesanan Bu Asri dengan jumlah banyak.
Tentu saja alasan itu bisa diterima dengan masuk akal oleh siapapun yang melihatnya, tanpa tau rencana Bu Asri yang sesungguhnya dengan bahan bahan itu.
"Bude kenapa bisa kena asam urat?" tanya keponakan Bu asri yang baru saja turun dari taksi dengan menenteng karung.
"Namanya sudah tua nang? Ya begini lah." jawab Bu Asri pada keponakan laki laki nya itu.
"Ya sudah. Ini bahan bahan nya. Ibuk sudah mencarikan semua nya dengan lengkap dan banyak buat stok katanya." ucap keponakan Bu Asri.
Bu Asri mengangguk senang. Mengulurkan sejumlah uang cukup banyak untuk sekedar upah si keponakan yang sudah mau mengantar. Yang di beri uang pun sangat senang.
"Aduh.. Makasih bude ya.?"
"Iyo Nang. Bude juga makasih. Sudah merepotkan kalian."
"Tidak apa apa bude."
"Kalau begitu pulang lah. Gak perlu minep, kasian ibuk mu repot kalau kamu tinggal sendirian. Dan jangan lupa bagi uang nya sama ibuk mu ya?" Bu Asri menyuruh keponakan nya cepat pulang dan tidak membolehkan dia menginap. Sebenarnya bukan begitu, Bu Asri hanya tidak sabar dengan bahan bahan itu ingin segera mengolah nya untuk Tuan muda nya.
"Iya bude. Kalau begitu saya pulang." sahut Keponakannya lalu mencium tangan bude nya dan masuk kembali ke taksi yang sengaja masih menunggu nya.
Setelah melihat keponakan nya sudah berlalu, Bu Asri segera masuk membawa karung itu dan menyimpan bahan bahan itu di kamar nya, lalu pergi menemui Mia.
___
"Bu asri, bisa mengolah nya kan? Saya akan memberitahu caranya." ucap Mia dengan semangat yang berapi api setelah Bu asri memberitahu jika bahan bahan yang di butuh kan Mia sudah tersedia.
"Tentu Nona, tentu. Memang saya yang harus melakukan nya agar tidak ada yang curiga." jawab Bu Asri juga penuh semangat.
Mia pun mengambil kertas dan menulis apa saja yang harus di lakukan Bu asri dengan bahan bahan itu.
"Ini Bu, ibu bisa mengeringkan sisa nya. Bahan bahan itu akan tetap berfungsi walaupun dalam keadaan kering. Asal jangan sampai busuk saja." ucap Mia mengulurkan kertas.
Sekali lagi Bu Asri memahami tulisan Mia. Dan berulang kali bertanya agar lebih jelas. Setelah paham, Bu Asri segera berlalu dari kamar Mereka untuk segera mengolah ramuan untuk Garra.
Mia menghela nafas lega, menoleh ke arah Garra yang sedang tertidur.
Mia mendekat, duduk di samping Garra.
Mengambil tangan Garra dan menumpang kan di pangkuan nya. Mia memeriksa kembali.
"Beruntung saraf otak besar Tuan muda belum terkena. Dia masih bisa berpikir dengan jernih. Dan saraf bagian mata juga belum terinfeksi. Jika sudah, kemungkinan tuan muda akan buta dan bisa gila juga." gumam Mia.
"Hanya demi harta,. bisa bisa nya keluarga mu melakukan ini Tuan muda. Sungguh malang sekali nasib mu." Mia menatap wajah Garra.
Tampan dan penuh kelembutan.
'Mungkin Tuan muda adalah seorang yang penuh kelembutan dan kasih sayang.'
Yang di pegang menggerakkan kepalanya, membuat rambut ikal nya sedikit berantakan mengenai wajah.
Tangan Mia menyibakkan rambut itu, menyelipkan di belakang telinga. Rasa ingin membelai wajah itu menggelitik hati Mia. Dan tanpa di sadari tangan Mia sungguh membelainya.
Merasa wajahnya tersentuh, Garra membuka matanya. Pandangan langsung tertuju pada wajah manis di depan nya, lalu melirik tangan mungil yang masih menyentuh wajahnya.
Melihat Garra membuka mata, Mia cepat menarik tangan nya.
"Maaf Tuan muda. Maaf sudah menggangu tidur tuan muda." gelagapan seperti sedang tertangkap basah, tak sadar jika tangannya yang kiri masih menggenggam tangan Garra.
Garra tidak menunjuk kan ekspresi marah. Malah tersenyum manis ke arah Mia yang gugup.
"Tuan mau mandi? Saya akan segera siapkan." mencari alasan karena malu kepergok, sambil menaruh kembali tangan Garra di atas kasur.
Mia menyiapkan air hangat untuk mandi Garra.
Jika di Pagi hari Mia akan memandikan Garra dengan air dingin, tapi sore harinya dengan air hangat.
Lalu Mia menyelesaikan rutinitas yang sekarang sudah tidak bisa lagi ditinggal kan nya.
Mau malu , mau canggung atau apalah, itu tidak jadi soal lagi. Mia harus tetap memandikan Garra, membersihkan anu nya yang itu, lalu mengganti baju nya dan menyisir rambut nya. Persis seperti mengurus bayi.
Bayi besar, pantas untuk sebutan Garra.
Bukan, bukan! Tapi bayi raksasa!
Mia terkekeh di balik punggung Garra memikirkan itu.
"Sudah! Tuan muda sudah terlihat tampan dan rapih?" seru Mia setelah selesai menyisir rambut Garra.
Garra menoleh, tersenyum senang. Mengucapkan , Terimakasih Mia, Aku senang, aku bahagia.! Tapi sayang hanya sampai tenggorokan saja.
Garra menunduk, rautnya kembali sedih.
'Kapan semua ini berakhir? Kapan? Aku ingin bisa bicara lagi, walaupun hanya kepada Mia saja.'
"Tuan Muda..!" Mia mengejutkan Garra. Menoleh. Kembali menatap wajah manis itu. Makin teriris hati nya.
"Kenapa Tuan Abraham tidak pernah menengok mu? Apa dia memang tidak pernah menengok mu?" tanya Mia. Garra mengangguk.
"Bedebah sekali ya?" Mia langsung menutup mulut nya dengan tangan nya, merasa keceplosan sudah memaki Abraham di depan keponakannya.
"Maaf."
"Tapi kalau benar Tuan Abraham yang sudah meracuni Tuan muda. Saya akan membenci nya Tuan."
Garra hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Mia. 'Apalagi Aku, bukan hanya akan membenci nya, tapi akan membuat perhitungan besar dengan nya.'
Lama mengobrol, obrolan yang hanya terjadi sepihak itu, karena cuma Mia yang berceloteh kesana kemari sedangkan Garra hanya bisa menggeleng, mengangguk lalu tersenyum saja itu terhenti ketika suara Bu Asri memanggil dari balik pintu.
Mia berlari kecil membuka pintu.
Bu Asri langsung masuk tanpa permisi, langsung menutup pintu dan menguncinya.
"Apa benar seperti ini Nona Mia?" Bu Asri menunjukkan ramuan hasil ciptaan tangan nya kepada Mia. Juga biji asam yang sudah di sulap nya menjadi cairan.
Mia mengangguk senang, puas dengan hasil racikan Bu Asri.
Segera Mia mengambil gelas ramuan itu dan membawa nya pada Garra.
"Minum ini Tuan."
Garra tidak menolak, ketika Mia membantu nya meminum ramuan itu.
Baru saja seteguk, Garra terbelalak. Pait! Ia berteriak di dalam hati.
"Tuan harus menghabiskan nya walaupun pahit." bujuk Mia, tau kalau Garra kepahitan.
Karena keinginan nya untuk sembuh, Garra pun meneguk nya habis, tidak peduli rasa pahit dan pedas di lidah serta terasa mencengkik tenggorokannya.
"Bagus Tuan." Mia senang melihat Garra menghabiskan ramuan itu.
Seperti tau apa yang harus di lakukan melihat Tuan Muda nya kepahitan, Bu Asri mengeluarkan permen dari saku nya dan memberikan pada Mia.
Mia segera membuka nya dan menyuapkan permen itu ke mulut Garra.
"Untuk obat pahit. Karena tidak boleh meminum air putih dulu selama lima menit." ucap Mia. Garra menurut saja.
"Apa yang akan Nona lakukan setelah ini?" Tanya Bu Asri.
"Hanya perlu waktu sekitar tiga jam, ramuan ini akan bereaksi. Nanti malam saya akan mencoba terapi totok untuk membantu mengaktifkan kembali saraf Tuan yang lemah. Sementara saraf yang rusak perlu beberapa Minggu untuk pulih." jelas Mia.
"Nona Mia kenapa bisa tau sedetil itu tentang penyakit Tuan Garra.? Bahkan dokter pun tidak mengetahuinya." tanya Bu Asri penasaran.
Mia menarik nafas, lalu menoleh pada Bu Asri kemudian menatap Garra.
"Kebetulan saya belajar ilmu tentang Saraf, dan kebetulan, saya menguasai nya. Mungkin Tuhan sengaja mempersiapkan ini agar saya membantu Tuan muda." jawab Mia. Masih menatap Garra yang juga menatapnya.
"Penyakit Tuan muda ini sangat mudah ditebak. Mustahil Dokter tidak bisa mendeteksinya. Kalau menurut pemikiran ku, ini hanya termasuk permainan mereka saja." sambung Mia.
"Jadi maksud Nona?"
"Ya... bisa jadi mereka sudah membayar dokter gadungan atau malah mengajak dokter asli nya bersekongkol. Itu menurut saya Bu, kita juga tidak tau." sahut Mia.
Bu Asri manggut manggut, setuju dengan kecurigaan Mia. Selama ini Bu Asri sebenarnya berpikir seperti itu. Tapi apalah daya, Bu Asri hanya seorang pelayan yang tidak punya hak untuk protes atau melakukan apa apa.
Mia kini beralih pada cairan biji asam.
Dengan sebuah suntikan yang memang sudah di siapkan Bu Asri, Mia mulai menyedot cairan itu.
Mia kemudian mencari titik nadi besar di lengan Garra dan menyuntik kan cairan itu.
Baik Bu Asri maupun Mia sama sama menghela nafas. Ada kelegaan tersendiri.
"Semoga ini berhasil!"
bersambung......!!!!!
Jangan lupa untuk tetap pantengin mereka, karena sebentar lagi, bakal ada keseruan antara Mia dan Garra. Pastinya setelah Garra sembuh!
Doain Garra ya kakak!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
ira
semoga berhasil 🤗🤗🤗
2024-05-18
1
Yayad Kurniadi
hahaha...author minta doa untuk garra yang ada dalam cerita yang dikendalikan oleh author.....lanjut thor..
2023-01-22
2
'"d'azZam'🍁💞
sabar ya Mia,,,garra kamu pasti sembuh..
2023-01-15
1