Satu hal yang biasa Maya lakukan beberapa hari terakhir. Mendongakkan wajahnya sesaat ketika seseorang masuk ke dalam kelasnya. Pada saat ia telah melihat kepala yang ingin ia lihat, barulah ia akan terus menunduk sampai guru kelas tiba.
Maya
Rela? Kenapa rasanya tidak rela, ya? (Bergumam dalam hati.)
Maya
Ah, konsentrasi Maya... Konsentrasi... Jangan mikir yang aneh-aneh. (Menggeleng dengan mata terpejam.)
Proses belajar mengajar terus berjalan, dan untungnya Maya dapat fokus menghadapi materi hari itu.
Ketika istirahat tiba, Maya hanya diam di bangkunya, membiarkan semua temannya berlalu memburu waktu luang meninggalkan kelas untuk sejenak.
Senopati
Tidak ke kantin?
Senopati duduk di bangku depan barisannya dengan menghadapkan diri kepadanya.
Maya tersentak. Debaran itu kembali muncul mengganggu jantungnya.
Maya
(Menggeleng.) Kamu?
Senopati
Tidak lapar, tidak haus juga...
Maya
Owh...
Senopati
Owh? Cuma owh?
Maya
Eh?
Senopati
Maya...
Maya
Iya?
Senopati
Ada sesuatu yang ingin aku katakan...
Maya
Apa?
Senopati
Begini, May... Emmm... Tentang konvergen...
Maya
Owh... Materi konvergen... Gimana? Kamu kurang mengerti dimananya tentang itu?
Senopati
Pengertian konvergen... Emmm bisa bersifat memusat, kan?
Maya
Iya...
Senopati
Apa seperti hatiku?
Maya
Eh? (Kebingungan)
Senopati
Rasa di hatiku konvergen hanya untukmu tak terkuanta, May...
Maya
M-maksudnya?
Seno meraih tangan Maya yang terletak di atas meja, dan hal itu sukses membuat Maya menjadi gugup. Rasa-rasanya peluh dingin telah membasahi sekujur tubuhnya.
Senopati
May... Kenapa sekali saja pun kamu tidak pernah melirik aku? Padahal aku butuh seseorang sepertimu, May...
Maya
A-aku semakin tidak mengerti...
Senopati
Aku ingin dekat, bahkan sangat dekat denganmu... Bisakah?
Maya
Kita dekat kok, Sen... Kita kan satu kelas... Kita ketemu tiap hari, kecuali hari libur...
Senopati
Bukan begitu maksudku, May...
Senopati
Aku ingin lebih dari itu...
Maya
Le-lebih?
Senopati
Pacar...
Maya
Ta-tapi, Sen... Aku ini...
Senopati
Apa yang salah dengan kamu, May...?
Gravitasi cinta ini membuat aku jatuh... Aku selalu memikirkan kamu, May...
Maya
Kamu... Apa sedang belajar berkata-kata, lalu menjadikan aku objek_.
Senopati
Objek nyata, May... Perasaan ini benar untuk kamu...
Maya
Manusia bukanlah Matematika yang bisa dijelaskan secara logika, Sen... (Menarik tangannya dari genggaman Seno)
Senopati terlihat kecewa. Ia menatap Maya yang juga memberanikan diri menatap kembali padanya.
Comments
Bundane Yasfa Inara
bhasa merayunya seno kayak vicky prasetyo...😁😁😁
2022-01-18
1
Fatonah
bertmn bleh jngn pcran dlu mai ingat sen wlpun cnta jngn mrusak msa dpan,bljr sja yg rjin smpe keprgruan tnggi msih pnjang loh wkwkwk
2021-12-21
1
Yuli maelany
Deket boleh tapi jangan nyampe ngerusak nilai belajar kalian d sekolah yaa
2021-12-14
0