Konsentrasi Maya terpusat pada bayangan Senopati yang tersenyum. Ia memutar pena dengan jari tangannya, lalu memainkannya. Sesekali ia mengetuk-ngetuk pena itu ke meja belajar di hadapannya.
Maya merasa butuh seseorang untuk menjawab kebingungan yang melanda pikirannya saat itu. Hatinya begitu berat memikirkan tentang Senopati.
Ibu
Belum tidur?
Ibunya membuka kain pintu kamarnya. Memang kamar yang ia tempati tidak memiliki pintu.
Maya
Ibu?
Maya
Belum, Bu... Maya masih belajar...
Ibu
Belajar, atau belajar? ( Tersenyum menggoda Maya.)
Maya
Ibuuu
Ibu
Maya jatuh cinta?
Maya
Bolehkah jika Maya jatuh cinta?
Ibu
Jatuh cintanya seperti apa dulu? Negatif apa positif?
Maya
Memangnya jatuh cinta itu ada negatif atau positifnya? Aneh...
Ibu
Sifatnya, tujuannya, gayanya, sama dampaknya... Semuanya positif...
Maya
Maya cuma merasa heran sama perasaan Maya sendiri, Bu... Kok jadi...
Ibu
Jadi dag dig dug setiap kali melihat si dia?
Maya
Ibuuuu...
Ibu
Iya, iya... (Mengelus pundak Maya)
Ibu
Maya suka Seno? (Mulai menatap Maya dengan serius)
Maya
Emmm... Entahlah, Bu...
Maya
Maya tidak mengerti kenapa Maya jadi gemetar setiap kali melihat dia, Bu... Dia itu kayak gimana, ya?
Ibu
Dia baik... Tapi Maya juga harus berhati-hati dengan perasaan Maya sendiri...
Maya
Bisakah Maya tidak lagi memiliki perasaan seperti ini, Bu? Maya merasa terganggu... Maya ingin fokus belajar saja, biar Maya bisa sukses nantinya... Maya ingin beli tanah, lalu buatkan rumah untuk ayah dan Ibu...
Ibu
Bisa... Maya bisa saja tidak lagi memiliki perasaan itu. Hanya saja, apa Maya rela menghilangkan perasaan itu?
Maya
(Terlihat bingung sendiri.)
Melihat reaksi Maya, ibunya tersenyum. Ia seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Maya saat itu.
Ibu
Ada bahasa sekarang yang namanya cinta monyet. Nah, Cinta pertama itu bisa saja cinta-cinta Monyet. Namun cinta monyet tidak hanya terjadi pada cinta pertama...
Kulit dahi Maya berkerut mendengar ucapan ibunya. Mungkin saja ia belum paham, atau malah sama sekali tidak mengerti ucapan ibunya.
Ibu
Begini... Maya boleh saja dekat dengan salah satu teman lelaki Maya melebihi teman lelaki Maya yang lainnya. Maya menspesialkan dirinya... Tapi, Maya seorang gadis remaja yang baik, pintar, dan pastinya mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Ibu
Sudah usianya anak Ibu yang cantik ini merasakan hal aneh begini... Hanya saja, jangan pernah belajar untuk berbohong, meski bohong kepada diri sendiri...
Ibu
Biar lebih fokus belajar, Maya juga perlu memanjakan pikiran Maya. Jangan kuras terus ia dengan materi di sekolah, maupun permasalahan di rumah...
Maya
(Mengangguk) Makasih ya, Bu... Beruntung Maya masih punya Ibu di usia Maya sekarang...
Ibu
(Tersenyum sambil mengusap lembut bahu Maya.) Ya, sudah... Sekarang Maya tidur... Ibu tinggal, Ya...
Maya
Iya, Ibu... (Mengangguk lalu segera membereskan buku di atas meja belajar dalam kamarnya.)
Comments
Yuli maelany
ibu baik banget deh, pengertian 😍😍😍😍😍
2021-12-14
0
Ika Sartika
👍👍👍👍👍🥰🥰🥰🥰
2021-12-07
1
Asri
wah, si maya jatuh cinta sama seno.
ibu, bijak banget deh 😊
2021-12-07
1