9. Berlapang Hati
Ibu Maya keluar dengan setengah berlari. Suara seruan Debi yang terdengar terengah-engah membuat beliau ikut cemas.
Ibu
Ada apa, De? (Dengan wajah panik)
Maya
Tidak ada apa-apa kok, Bu... Debi aja yang berlebihan... (Sahut Maya yang merasa malu terhadap teman-temannya atas kelakuan adiknya.)
Debi
Kalau tidak ada apa-apa, kenapa Kak Maya diantar teman-teman Kakak?
Maya
Iih, Dee... Kak Maya kan setiap minggunya ada belajar kelompok. Jadi, minggu ini di rumah kita...
Maya
Boleh kan, Bu? (Mengarah pada ibunya)
Ibu
Ooh... Ibu pikir ada apa tadi? Tentu boleh dong, Nak... Ayo suruh teman-temanmu masuk...
Maya
Ayo, parkirkan saja motor kalian di samping sana...
Maya berucap sambil menunjuk ke area samping rumahnya yang lumayan luas.
Ia kemudian berjalan ke tempat ibunya setelah menepuk pelan lengan Debi. Debi meringis malu sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Maya menyalami tangan ibunya, hal yang biasa ia lakukan setiap kali pergi atau sepulang sekolah.
"Siang, Tante..." Semua teman-teman Maya menyapa ibunya dengan ramah.
Ibu
Siang juga... Ayo, masuk...
Semua teman-teman Maya bergantian menyalami tangan ibunya, lalu berduyun masuk ke dalam rumah sederhana itu.
Maya
Beginilah keadaan rumahku... Kalian semua diharap maklum, ya... (Dengan wajah kaku menahan rasa malu.)
teman Maya (Elen)
Bersih, adem lagi...
Ibu
(Tersenyum) Ya sudah, semuanya duduk dulu, ya...
Ibu
Debi, bantu kakakmu membentangi karpet...
Debi mengambil karpet yang tergulung tegak di sudut rumahnya, lalu membentanginya di tengah-tengah rumah.
Karpet yang berukuran 160×240 itu pun cukup buat menampung Maya dan teman-teman sekelasnya yang berjumlah dua puluhan, meski hanya pas-pasan.
Ibu
Sementara kalian mulai belajarnya, Ibu buatkan minum sama cemilan, ya...
Teman Maya (Edo)
Terima kasih, Bu... Ibu tidak perlu repot-repot...
Teman Maya (Sinta)
Huuu... MPO (menarik perhatian orang) banget sih... Kita-kita haus juga kali... Gerah...
Ibunya Maya hanya tersenyum menanggapi ucapan Elen.
Ibu
Tunggu sebentar, ya...
Ibu
Debi, bantuin Ibu, Nak...
Debi mengangguk dan kemudian mengekori ibunya ke dapur.
Senopati
Sebelum memulai pelajarannya, kita berdo'a dulu ya...
Semuanya mengangguk setuju, lalu membaca doa di dalam hati mereka masing-masing.
teman Maya (Elen)
Ayo, May... Dimulai pelajarannya...
Maya
Baiklah, teman-teman buka buku Bang Soal halaman 56, ya...
Mereka memulai belajar kelompok. Maya tampak sibuk menjelaskan tema pelajaran yang saat itu sedang mereka hadapi.
Teman Maya (Sinta)
Aduh, May... Panas nih... Emangnya kamh nggak ada kipas gitu?
Maya
(Sesaat ia terdiam, lalu melirik kearah seno dengan wajah memerah karena malu.)
Maya
Aku nggak punya, Shin... (menjawab dengan bibir bergetar)
teman Maya (Elen)
Gerah apanya sih, Shin? Kita-kita nggak gerah kok... Iya, kan, teman-teman? (Mengarah kepada seluruh temannya)
Yang lainnya hanya tersenyum sambil menggeleng membenarkan ucapan Elen.
teman Maya (Elen)
Tuh, kan... Kamu saja yang kayak cacing kepanasan. Nih, pakai kipas aku sementara... (Menyodorkan sebuah kipas lipat kearah Shinta)
Shinta tampak bersungut dibuatnya.
teman Maya (Elen)
Gimana pelajaran mau masuk kalau hati kamu sempit gitu, Shin... Sedari tadi kamu saja yang sibuk mengeluh...
Comments
Fatonah
ya itulah tmn ga ada ahklak el smbong pla
2021-12-21
0
Yuli maelany
kalo gak nyaman kan tinggal pulang aja,dari pada bikin risih yang punya rumah.....
2021-12-14
0
Asri
si sinta, sok kaya apa kaya beneran ya, sehingga ngeluh trs sedari sampai di rumah maya 🤔
2021-12-06
2