Hari-hari terus berlalu. Maya sudah mulai melupakan permasalahan rumahnya.
Memang selayaknya ia tidak memikirkan permasalahan orang dewasa.
Ia hanya perlu giat belajar agar menjadi anak yang pintar. Maya sangat berambisi menjadi orang yang sukses di kemudian harinya. Ia ingin membelikan sepetak tanah untuk orang tuanya.
Beberapa kali ujian TO menjelang tamat SLTP, Maya mendapatkan peringkat pertama secara terus menerus.
Maya
Bu, Maya lulus...!
Ibu
Wah, syukurlah, Nak... Maya mau lanjut kemana?
Maya
MAM (Madrasah Aliyah Muhammadiyah) saja, Bu... Biayanya kan nggak besar disana... Nggak apa-apa jalan kaki jauh, yang penting nggak nyusahin ayah dan Ibu
Ibu
Kalau kamu gimana, Lan?
Kak Lani
Lani lanjut ke STAIN ya, Bu? Ibu ada uang, kan?
Debi
Debi MTsM saja, Kak...
Kak Lani
Bagus itu, De... Biar nerusin kakak-kakakmu ini...
Namun keberuntungan berpihak kepada Maya saat itu. Ia akhirnya malah diterima tanpa syarat dan tes di SMAN 1 di kampungnya. Bahkan namanya tidak tertera di mading sekolah itu, sebab ia memang tidak ada niat untuk masuk ke SMA. Hanya saja jika ada namanya di sana, namanya akan tertera di deretan ke lima dari seratus lebih siswa yang mendaftar di sekolah itu berdasarkan urutan nilai tertinggi ke rendah.
Ketika sekolahnya mengadakan tes IQ, Maya memperoleh nilai tertinggi dibanding teman-temannya. Maya terus menyandang peringkat pertama di sekolah itu.
Teman Maya (Edo)
May, sesekali ajak kami ke rumah kamu dong...
Maya
Buat apa? Di rumahku tidak ada apa-apa...
teman Maya (Elen)
Tapi di rumah kamu pasti apa adanya, kan? Dan itu lebih dari cukup... Kami ingin tahu dong... Teman kami yang pintar ini sebenarnya seperti apa kesehariannya... (Merengek)
Maya
Ta-tapi...
teman Maya (Elen)
Kami sudah merencanakannya dari kemarin, dan kami semua sudah sepakat untuk belajar kelompok di rumah kamu... Nanti pulang sekolah kita semua akan ke rumah kamu, May...
Maya
Hah?
Teman Maya (Sinta)
Kami penasaran seperti apa rumahmu... Pasti berantakan ya? Kok kamu sedari tadi keberatan begitu? (Bicara dengan nada sombong)
teman Maya (Elen)
Berantakan atau nggak, yang penting kami sudah tahu dimana rumah kamu nantinya, May... Kamu tidak usah dengerin ucapan mak lampir ini...
Teman Maya (Sinta)
Isshhh... (Menampakkan wajah sinis, lalu melenggang pergi dari hadapan Maya dan temannya yang lain.)
Maya
Rumah aku sempit, Len... Nggak akan muat buat menampung kita sekelas. Gerah juga...
teman Maya (Elen)
Hati saja yang dilapangin, May... Yang sombong kan cuma Sinta... Yang lainnya nggak tuh...
Maya
Hmmm... Ya sudah deh... Terserah kamu saja... (Pasrah)
Teman Maya (Edo)
Berati deal ya? Nanti pulangnya kamu boncengan sama aku saja...
teman Maya (Elen)
Huuu... Cari kesempatan dalam kesempitan... Yang bakal boncengin Maya itu Seno...
Comments
Fatonah
semngat kak 👍💪💪💪
2021-12-21
1
Ika Sartika
lanjut
2021-12-04
2