Di atas batu jembatan itu, Elric duduk selagi menunggu kedatangan Namira, untuk Mariella dia lebih suka duduk di pangkuan Elric selagi tersenyum senang walaupun hal itu membuat tuannya merasa tidak nyaman
"Mariella ekormu menutupi wajahku."
"Tak apa kan tuan, aku sangat senang jika tuan mau mengelusnya juga."
Elric hanya mendesah pelan sebelum akhirnya dia melihat Namira yang berlari ke arahnya selagi melambaikan tangan.
"Maaf lama."
"Bagaimana soal penyihirnya?"
"Aku menghajarnya sampai babak belur loh," ucap Namira tersenyum lebar memamerkan otot tangannya.
Dalam kasus sebenarnya Namira telah membunuhnya.
"Jadi apa yang mereka rencanakan?"
"Mereka hanya ingin mempersiapkan serangan ke kota ini dan kota lain, karena sudah selesai mari pergi."
Namira berjalan di depan sementara Elric mengikutinya dari belakang setelah memindahkan Mariella di pangkuannya.
"Tuan jangan jauh-jauh."
"Lepaskan tanganku Mariella, sekarang lebih baik kau berjalan di depan untuk memandu kita ke The Little Apple Garden."
"Aku menolak."
Namira yang sedikit risih dengan kelakuan Mariella menghentikan langkahnya lalu menarik Mariella menjauh dari Elric.
"Aku benci harus mengakuinya, akan tetapi aku cemburu, cepat menjauhlah."
"Tidak, tidak mau."
"Kalian berdua."
Ketika mereka berdebat satu sama lain, beberapa pasukan melintas dengan sebuah kereta mewah di tengahnya.
"Minggir kalian semua, kalian menghalangi jalan."
"Maafkan kami."
Elric dengan ringan menarik kerah baju Mariella lalu menarik tangan Namira ke pinggir jalan selagi menatap barisan itu menjauh.
"Yang ada di dalam kereta itu pasti bangsawan," bersamaan perkataan Elric tiba-tiba saja sesuatu menghantam kereta hingga membuat material tanah menyembur ke udara beberapa meter.
Saat debu itu berhamburan ke udara sosok makhluk besar muncul dari sana, tubuhnya berwarna hijau dan wajahnya jelas tidak menyerupai manusia manapun.
Itu adalah sosok monster yang ditakuti banyak orang yang berasal dari ras Orc.
Disaster.
Anehnya moster itu bukan tertuju pada orang-orang yang terbaring di tanah di sekitarnya melainkan pada sosok gadis berambut putih di depannya, dengan kecepatan luar biasa makhluk itu melangkah maju.
"Kenapa dia mengincar kita?" tentu ketiganya berlari menjauh. Namun sayangnya untuk lolos dari Disaster sangatlah mustahil.
Sekali lompatannya bisa menerbangkannya beberapa puluh meter ke udara hingga mampu berdiri di depan ketiganya.
Mariella berkata ke arah Namira.
"Sepertinya dia mengincarmu."
"Mungkin aku pernah membuatnya marah di masa lalu."
Jelas itu hanya kebohongan yang dibuat Namira untuk kedua rekannya, bagaimanapun melihatnya, makhluk ini benar-benar mengincar peti mati yang ada di punggung Namira.
Elric yang sudah menduganya melangkah maju, dengan kontrak yang dimilikinya dia mampu menggunakan kemampuan yang sama dengan Mariella.
Dengan santai dia menyemburkan angin untuk menutupi seluruh tubuh Disaster dengan debu, kendati demikian.
SRAK.
Sebuah suara aneh terbang ke udara bersamaan darah yang menyembur bagaikan air mancur, dari bahu sampai perut bagian samping Elric telah terbelah dua oleh sesuatu yang sangat tajam melebihi pedang, hanya melihat sekilas dia tahu siapa yang melakukannya sebelum rubuh.
Itu adalah seorang pria berambut putih dengan pakaian rapih yang membawa pedang merah ditangannya, atau sejujurnya itu terbuat dari darah.
Namira yang melihatnya dari dekat hanya bisa terbelalak kaget sedangkan Mariella yang hendak mendekat untuk membantu tuannya dihadang oleh Disaster.
"Sialan."
Mariella mengayunkan cakarnya namun wajahnya lebih dulu dihempaskan ke samping lewat pukulan Disaster. Untuk Namira dia tidak ingin bergerak secara gegabah dan menunggu apa yang ingin dikatakan pria di depannya.
"Namaku adalah Rumus, penyihir perwakilan keserakahan, jika kau memberikan peti matinya aku akan membiarkan kalian hidup."
"Ini hanya peti biasa, kenapa kau begitu menginginkannya?"
"Di dalam peti itu, ada penyihir keserakahan generasi pertama bukan.. aku menginginkannya."
Rumus menginjakan kakinya tepat di kepala Elric hingga kepala itu hancur sedangkan satu bola matanya menggelinding ke kaki Namira.
"Elric."
Walau Elric bisa hidup lagi, itu bukan sesuatu yang pantas diterima siapapun.
"Maksudku bukan dia, melainkan orang-orang di sana itu," kata Rumus tersenyum puas.
Menjadikan orang-orang sebagai tawanan adalah sesuatu yang biasa dilakukan para penyihir, Namira tahu betul hal itu. Apalagi dia juga di masa lalu selalu bermain-main dengan nyawa manusia.
Dengan berat hati Namira memberikan peti mati tersebut yang mana dibawa oleh Rumus.
"Pilihan yang bagus, sekarang Disaster, bunuh mereka"
"Itu bukan kesepakatannya," teriak Namira namun Rumus tidak memperdulikannya dan pergi dengan peti matinya.
Saat Namira melangkah maju untuk mengejarnya, Disaster langsung menghadangnya seolah ingin memakannya.
"Lapar, lapar, lapar."
"Jadi begitu, kau terkena kutukan kerakusan."
Namira melompat saat tangan itu menyerangnya, ketika dia hendak membalas sesuatu telah terjadi, beberapa pohon di terbangkan begitu saja ke udara, ketika menengok ke arah pusat kerusakan itu, seekor serigala raksasa telah berdiri di sana.
Serigala itu menggeram dengan mata penuh kebencian lalu melompat mengincar Disaster.
Disaster yang tidak bisa mengelak dari serangan itu dicabik-cabik seperti sebuah boneka hingga setiap tubuhnya berhamburan ke segala arah, selanjutnya kepalanya dihancurkan seperti sebuah tomat.
"Raaaugh."
Namira segera mengelus kaki serigala itu.
"Tenanglah Mariella, Elric abadi."
"Abadi?"
"Um... sebentar lagi dia akan hidup kembali."
Tubuh serigala itu mengecil lalu berubah menjadi sosok Mariella sebelumnya, ketika seluruh tubuh Elric memutar waktunya kembali setiap organ dan darah disatukan kembali.
"Aku benar-benar mudah mati."
"Tuan."
Mariella melompat memeluk Elric selagi menjilati wajahnya.
"Hentikan Mariella, hentikan."
"Seekor hewan memang tidak bisa menahan diri, mari pergi dari sini sebelum mereka mengejar kita," atas pernyataan Namira ketiganya berlari ke arah hutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Creeper-Chan
lah dikasih gitu aja
2021-12-12
0