Elric terbangun dengan perasaan bingung saat Namira yang duduk di sampingnya memeluknya erat, dibanding dirinya keadaan Namira jelas lebih mengkhawatirkan.
"Namira ada apa?"
"Kukira kau sudah mati."
"Mati? Benar, tubuhku bukannya telah di tusuk, tanganku sudah kembali."
Sebelum Namira menjawabnya dari kejauhan terdengar suara penjaga yang mulai mendekati mereka.
"Kita harus pergi."
Elric berjalan ke arah peti mati yang terbuka, sekilas dia melihat sosok wanita di dalamnya lalu menutupnya kembali sebelum membawa peti mati tersebut ke punggungnya dan untuk Namira ia digendong di depan.
"Elric ini memalukan."
"Tahan saja dulu, kau ini cuma gadis kecil."
"Bodoh, aku ini wanita dewasa."
Elric berlari di antara gang sepi kemudian bersembunyi di balik bangunan saat para penjaga berlarian melewatinya.
"Kurasa sudah aman, kita harus mencari sesuatu untuk mengobati lukamu."
"Soal itu, mungkin jawabannya di sana."
Elric menurunkan peti dan Namira sebelum berlari kecil ke arah toko obat di seberang jalan, ia mengeluarkan satu koin emas untuk membeli beberapa obat-obatan berkualitas tinggi sebelum kembali ke arah Namira.
"Heh, kau menghabiskan satu koin emas hanya untukku."
"Tahan sebentar."
"Baik."
Elric mengambil salep dengan dua jarinya kemudian mengoleskannya menyusuri garis luka yang sebelumnya dibuat Evelin.
"Sakit, bukannya ini tidak sopan melihat dada wanita seperti itu."
"Kau tidak memilikinya."
"Aku punya walaupun ukurannya tidak besar."
"Diamlah, aku sedang berkonsentrasi."
"Baik.. Perih."
"Sudah kubilang tahan."
Tak lama kemudian luka di tubuh Namira terobati dalam sekejap, bahkan goresan pun ikut menghilang tanpa bekas.
"Jadi kenapa aku masih hidup?"
"Kau benar-benar tidak tahu, kau ini abadi."
"Mana mungkin aku abadi, aku ini hanya manusia biasa."
"Lalu kenapa tanganmu bisa menyatu kembali dan darahmu kembali masuk ke dalam tubuhmu, itu semua jelas tak masuk akal," atas pernyataan Namira, Elric mendesah pelan lalu duduk selagi bersandar di dinding rumah.
"Aku juga tidak tahu kenapa aku abadi.
Kukira saat datang kemari aku memiliki sihir atau sebagainya tapi malah hal ini yang terjadi, mari abaikan soal itu dulu.. Lalu apa kau mengenal wanita di dalam petinya?"
"Tidak salah lagi wanita itu adalah penyihir keserakahan generasi pertama, Alina."
"Penyihir keserakahan?"
"Diantara semua penyihir, ada tujuh penyihir yang mendapatkan gelar tersebut karena kekejamannya.... Tak kusangka saat semua orang sedang mencari keberadaan mayatnya kita malah memilikinya."
"Aku bisa mengerti soal penyihir, tapi keserakahan, kenapa mereka semua menginginkan mayatnya?"
"Alina dikenal sebagai penyihir yang serakah akan ilmu pengetahuan, dia telah membunuh ratusan juta orang hanya untuk eksperimennya saja dan dikatakan bahwa satu pengetahuannya paling diinginkan semua orang di dunia ini."
"Apa itu?"
"Keabadian, seperti dirimu."
Keheningan terasa diantara keduanya sampai Elric membuka mulutnya.
"Mustahil.. Apa mungkin aku mendapatkan keabadian darinya dan dia juga yang membawaku ke dunia ini?"
"Itu belum pasti lagipula penyihir keserakahan meninggal 10 tahun lalu, kalau tidak salah informasi itu disebar oleh seseorang di semua kerajaan."
"Ada kemungkinan saat itu dia masih hidup kan."
"Entahlah, dibanding itu ada satu lagi yang membuatku bingung, ketika kau tak sadarkan diri, Alina berdiri dan membunuh si pemenggal kepala tersebut."
Elric berteriak kemudian berdiri selagi mengacak-acak rambutnya.
"Aku tidak tahu apapun itu, tapi aku tidak peduli lagi.. Mari tinggalkan kota ini."
"Bagaimana soal roh dan The Little Apple Garden?"
"Kita bisa memikirkannya nanti."
"Tunggu aku."
Namira segera memindahkan petinya ke punggung lalu mengikuti Elric dari belakang, sebelum pergi mereka membeli pakaian baru terlebih dulu lalu berjalan melalui hutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Creeper-Chan
"kau tidak memilikinya" enteng banget
2021-11-30
1