"Akan lebih menarik jika aku mengetahui nama kalian? Apa kalian mau memberitahuku."
Namira berbisik ke arah Elric.
"Gawat, dia si pemenggal kepala Evelin... Kenapa dia ada di kota ini?"
"Julukannya terdengar mengerikan."
"Owh, kau mengenalku rupanya... Apa kalian benar-benar tidak ingin menyebutkan nama kalian? Baiklah, akan kuberikan cintaku saja."
"Cepat lari Elric."
SRAK.
Sebuah tebasan angin menyayat tubuh Namira hingga darah memuncrat ke udara saat dia tumbang ke depan.
"Guakh... Cepat lari."
"Jangan bercanda, aku tidak bisa membiarkanmu mati di sini."
"Aaah, ekpresi seperti itu yang kusukai, nah... mari bercinta denganku, aku akan berikan cinta, cinta, cinta.."
"Sial."
Elric mengatupkan mulutnya menahan rasa takut yang menjalar di seluruh tubuhnya, dia melesat ke depan setelah mengepalkan tinjunya.
"Aaah."
Saat bilah pisau menebas di antara lehernya, Elric menunduk di waktu yang tepat dia mencoba memukul wajah Evelin, kemudian disusul dengan tendangan.
Evelin yang menghindarinya tampak kecewa, ia bergerak ke samping, ke belakang seolah ekpresinya mengatakan membosankan.
"Kau tidak bisa bertarung, kau sangat lemah.. Jangan khawatir, aku tetap akan memberikan cintaku."
"Cinta omong kosong, kau hanya hobi membunuh orang."
"Heh kau ini tidak tahu, cinta itu saling menyakiti.. Seperti ini."
Pisau yang berada di tangan Evelin di tusukannya sendiri di perutnya hingga darah mengucur dari ujungnya.
"Lihat, begitu indah bukan? Ketika aku bekerja di rumah bangsawan hal ini sering kualami, seberapa aku berteriak kesakitan, mereka bilang ini cinta, cinta, cinta.. Betapa indahnya."
"Kau?"
Elric langsung terdiam hingga tubuhnya tidak bisa bergerak, ini sesuatu yang tidak ingin dia dengar, namun Evelin terus melanjutkan.
"Suatu hari aku pun melakukan hal sama, aku membedah mereka, mengeluarkan isi perut mereka, menusuk mata mereka dan memenggal kepala mereka, kenangan yang indah.. Itu semua karena cinta."
Satu hal yang bisa Elric pikirkan, orang ini sudah rusak karena hidup di lingkungan yang penuh kegilaan.
Namira berteriak.
"Larilah, dia bukan lawan yang bisa kau kalahkan," sayangnya itu sudah terlambat, tangan kanan Elric terbang ke langit dengan darah yang menyembur memenuhi lantai batu, di saat Elric shock dia di dorong jatuh ke bawah.
Lalu.
Sekitar tiga tusukan menikam dadanya kemudian secara terus-menerus tanpa henti.
"Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta.... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta..."
"Sialan, Elric.." teriak Namira dengan wajah menangis, Di saat itu Namira melirik ke arah peti mati yang selalu dibawanya, selama ini dia tidak pernah melihat isinya meski begitu dia sudah tidak ragu lagi untuk membukanya.
Pada akhirnya dia juga akan mati, ia bangun lalu mendorong peti itu agar terbuka dan di dalam sana terdapat tubuh wanita berambut pirang panjang dengan seluruh tubuh telanjang.
Itu jelas sebuah mayat.
Saat Namira menyentuhnya tubuh itu membuka matanya lalu berdiri.
"Kau masih hidup, tidak mungkin... Jantungmu sudah berhenti."
Wanita itu jelas tidak mengatakan apapun dan melihat ke arah Elric yang sudah tidak bernyawa dengan darah telah menjadi kubangan kolam baginya.
"Aku sangat menikmati ini, sayang kalau aku memenggal kepalamu, karena itu aku akan membawa mayatmu sebagai kenangan, aaah... Sekarang giliranmu gadis kecil."
Namira duduk dan bersandar di peti dengan senyuman di wajahnya.
"Sepertinya sudah waktunya aku berhenti berpetualang, Elric, paling tidak aku tidak membiarkanmu mati sendirian."
Ketika Evelin berjalan mendekat dengan pisau di tangannya, wanita berambut pirang berdiri di antara keduanya.
"Jadi kau ingin duluan, kalau begitu akan kuberikan cintaku.. Loh?"
Kedua tangan Evelin terpotong begitu saja, sebelum dia menyadari apa yang terjadi kepalanya ikut terbang menghasilkan suara aneh saat tubuhnya menyemburkan darah dan tumbang.
Wanita berambut piranglah yang melakukannya dengan pedang cahaya di tangannya, dia tidak mengatakan sepatah kata apapun dan masuk kembali dalam peti sementara Namira membuang kebingungannya lalu mendekat ke arah Elric.
Ketika dia berlutut di sana jantung Elric kembali berdetak, darah yang menggenang di punggungnya kembali ke tubuhnya bahkan tangan yang sebelumnya terpotong kembali bergerak hingga menyatu di tubuh utama, yang bisa dikatakan seluruh lukanya menghilang begitu saja.
Namira membuka mulutnya.
"Elric, kau abadi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Egaega
Selamat tinggal Elric, Terima kasih beberapa Chapter ini :v
2022-10-16
1
Creeper-Chan
yah kirain tamat
2021-11-29
0